06 • Awal mula

2.5K 297 56
                                    

TOXIC🥀

18-tahun yang lalu.

Dalam kamacetan yang padat, terdapat dua orang lelaki yang sedang asik bercerita ria mengenai istri mereka masing-masing yang sama sedang mengandung anak pertama. "Ehh, Beom? kalo anak kita nanti sepasang, kita jodohin bisa kali ya?"

Beom yang sedang menyetir kini menoleh ke samping di mana sang sahabat yang berujar. "Ealaaa... Dori, Dori. Jaman sekarang masih main jodoh-jodohan," Belom berucap sembari tertawa pelan.

"Ya ... biar nanti kita jadi besanan."

"Sebenernya sih, aku iya setuju-setuju aja, tapi aku takutnya nanti anak kita malah jadi beban."

"Ya udah, gimana kalau kita deketin mereka dari kecil, gimana?" tanya Dori. Ia mengutarakan angan-angan yang tentunya belum dapat di bayang-banyangkan.

Beom mengangguk. "Okey juga, tapi semoga anak kita sepasang," Canda Beom sambil terkekeh

Dori tertawa. "kalo gak sepasang jadi Sahabat kayak kita."

"Oke-oke gua setuju."

••

Delapan tahun sudah berlalu, benar saja jika anak Dori dan Beom lahir sepasang. Di taman sekolah dasar terdapat banyaknya anak-anak kecil yang asyik bermain dengan dunia mereka masing-masing. Ada yang bermain bola, berlarian dan ada juga yang bermain ayunan sembari mengunyah ice cream.

"Heza ... liat ini! kupu-kupunya cantik ... Bannget," gadis kecil yang berada di pinggir taman itu meneriaki nama seorang anak laki-laki yang asyik menyusun lego di atas meja taman.

Bicah lelaki itu berlari menghampiri gadis kecil yang baru sama memanggilnya. "Wah ... Iya. Warna kupu-kupunya biru seperti mata kamu,Ve."

Gadis kecil bernama Lavy itu mengangguk menyetujui perkataan Heza. "He'em, cantik 'kan?" tanya Lavy. Senyuman yang ia lemparan pada Heza tak pernah ia biarkan luntur dari bibir indahnya.

Heza berjongkok di samping Lavy. "Iya, tapi kamu lebih cantik, Ve," panggilan Veve itu di berikan oleh Heza sendiri. Itu semua terjadi ketika Heza masih belajar berbicara saat ia berusia satu tahun setengah. Ia lebih mudah menyebut Veve ketimbang memanggil Lavy. Dan panggilan itu masih berlaku baginya hingga saat ini.

Lavy menoleh ke arah Heza sambil tertawa kecil. "Iya lah, aku 'kan memang cantik dong ... Anak Daddy Beom gitu lho..." jawab Lavy dengan percaya diri. Sebenarnya kata-kata itu bukan Lavy yang merangkai sendiri. Tetapi miss Jennie sang tante lah yang memberi tahu kepada Lavy, jika ada yang mengatakan Lavy cantik maka segeralah untuk mengucapkan itu.

"Veve?" panggil Heza.

"Kenapa, Za?"

"Kita pacaran, yuk?" Ajak Heza.

Lavy menyerngit bingung dengan ucapan Heza. "Ehh ... tapi kata miss Jennie, kita 'kan masih kecil. Lavy gak boleh pacaran dulu sama miss."

"Heeemm ..." Heza menghembuskan napas berat sambil menurunkan bahunya. Wajah itu seketika tampak murung dari pada sebelumnya yang begitu cerita. Melihat perubahan wajah Heza. Lavy lantas menyatukan jari-jemarinya ke dalam tangan mungil Heza, sambil melemparkan senyum manis.

TOXIC [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang