19 • Siapa dia

2.2K 240 182
                                    

TOXIC🥀

Lavy terbaring lemah di atas branker rumah sakit, seseorang yang mengantarkannya tadi, hanya menatap Lavy amat dalam dan penuh dengan tanda tanya. "Heza 'kan?" Lavy meboleh mendapati pertanyaan spontan dari lelaki itu dengan sedikit tegas. "Heza ayah dari anak yang lo kandung, 'kan?" Tanya lelaki itu dengan ulang, dan menerima anggukan lemah dari Lavy.

Sejenak lelaki itu memijat keningnya dan menengadahkan kepalanya. "Lo bodoh apa tolol sih, Vy? Seharusnya lo bilang sama dia, kalau anak yang lo kandung itu, anak dia. Bukannya diam aja!" ucap lelaki itu dengan emosi yang mendera.

Lavy menatap lelaki itu dengan tatapan sendu. "Awalnya gue emang mau ngasih kabar ini sama dia, tapi pas gua sampe di sana." sejenak perempuan itu menjeda ucapannya. "Dia lagi bercumbu ria sama jalangnya," sambung Lavy seraya memejamkan matanya. Sedangkan lelaki itu tak habis pikir dengan isi kepala kedua temannya ini. Heza yang terlalu kejam, atau memang Lavy yang bodoh. Lavy mengulurkan tangannya ke hadapan sang lelaki. "Mana handphone gua?"

"Buat apa?" Tanya lelaki itu.

"Ya mau nelpon bokap gua lah," jawab Lavy dengan suara yang meninggi.

"Lo gak bodoh 'kan? Mau ngasih kabar ini sama bokap lo?" tanyanya sedikit hati-hati. Ia takut jika perempuan ini benar-benar akan mengabari Beom dan memeberi tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Lavy menatap dengan tajam ke arah lelaki tersebut, tentu saja tatapan itu tatapan tak suka."Emangnya kenapa kalo, iya? Dia kakeknya anak gua, jadi wajar 'kan kalau dia tau." Lavy memutar bola matanya malas. Kenapa lelaki itu bertanya seperti itu? Bukankah niatnya benar jika daddynya adalah kakak dari anak yang ia kandung dan perlu baginya untuk mengetahui masalah ini.

"Vyv... Lo gak gila 'kan? Heza sama lo itu belum nikah!" Sambil mengoceh Hea pun tetap memeberikan ponsel itu ke Lavy.

Sang wanita pun menautkan kedua alisnya "Ya emang belum. Terus kalo belum nikah emangnya, kenapa?" Lalaki berambut pirang itu menggelengkan kepalanya tak percaya. Kenapa temannya ini merasa seperti tidak melakukan dosa apa pun? Kenapa dia terlihat sangat bahagia meski ayah dari anak yang ia kandung itu belum mengetahuinya?

"Lo gak takut?" tanya lelaki itu kembali.

Lavy melirik lelaki itu dari ujung matanya. "Apaan sih lu? Lebay! Yang bunting gua yang panik elu!"

"Kalau misalnya Heza gak mau tanggung jawab, gimana?" ucapnya mengangkat kedua bahu seraya kedua telapak tanganya. Bisa saja 'kan jika tebakannya benar?

"Gua gak butuh dia buat ngebesarin anak gua nanti, dia gak terima? Gua bodoh amat, gua orang kaya kok. Masih sanggup buat ngidupin anak satu." Jawab Lavy dengan acuh.

Lalaki itu menggelengkan kepalanya kagum. "Bener-ben__"

"Diem! gua mau nelpon bokap gua!" Sanggah Lavy cepat memotong ucapan lelaki tersebut sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.

Berulang-ulang kali Lavy menyambungkan panggilan. Namun sayang, tetap tak ada tanda-tanda sahutan dari orang di sebrang sana. Merasa bosan nelpon. Lavy pun beralih ke instagram untuk melihat aktivitas daddynya yang kerap sekali mengabari Lavy lewat DM instagram. Tatapan kekesalan dan amarah memancar dari mata perempuan itu. Lavy tidak terkejut lagi dengan apa yang ia lihat di phostingan daddynya, yang mengunggah kebahagiaan bersama gadis yang ia cintai. "Rahel lagi?" ucapnya tersenyum miring.

TOXIC [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang