24 • Kehilangan

2.5K 250 321
                                    

TOXIC 🥀

"Heza... Nanti kalo kita udah gede, kita beli apartemen sendiri, yah?"

"Heza tadi si Zekra gangguin aku, udah aku bilang 'kan, kalau aku pacar kamu, tapi dia tetap ngelotot gak percaya dan terus gangguin aku."

"Heza aku mau beli ice cream!"

"Heza... Daddy dekat sama sekretarisnya, aku gak suka! Aku gak mau punya mommy baru! Aku benci daddy! Daddy udah gak sayang lagi sama Lavy!"

"Heza jemput aku, aku mau main ke rumah mama."

"Heza aku gak bisa tidur..."

"Heza! Ayo bangun! Bikinin aku sarapan. cepatan bangun...."

"Heza perginya jangan lama-lama, yah... Nanti kalo Lavy kangen, gimana?"

"Heza! Gendong!"

"Heza aku lagi aku sakit..."

"Heza aku mau beli boneka itu!"

"Heza... Aku mau punya baby!"

"Heza rindu.... Pengen peluk..."

"Heza! Aku dapat juara satu lagi!"

"HEZA SEMANGAT! LAVY SAYANG HEZA! POKOKNYA HARUS MENANG. SEMANGAT SAYANG!!"

Kenangan demi kenangan terus memutar di benaknya, ibaratkan kaset yang sedang rusak, berputar terus berputar sampai enggan untuk berhenti pada titiknya. Pada mana masanya. Gadis yang selalu ada untuk dirinya menghiasi kekosongan harinya, mewarnai kepudaran cintanya, serta memberi energi tersendiri untuknya, kini hanyalah menjadi pajangan indah pada hatinya yang telah memudar.

Rasa bersalah, sesal, hancur, dan sakit, kian menusuk hatinya sampai tak bisa menggambarkan perasaannya untuk saat ini. Lelaki berkulit putih pucat itu, berlari membelah koridor rumah sakit yang tampak begitu ramai. Saat dirinya baru sampai di depan ruangan Lavender, ia mendapatkan panggilan dari adek sepupu Lavy yang memberitahu jika kakaknya itu di larikan ke rumah sakit. Hatinya gelisah dan tak tenang dengan tatapannya yang terus berkaca-kaca.

Sesampainya di depan ruang IGD perempuan itu, dirinya langsung di sambut oleh tinjuan mendadak yang keras dari seseorang yang memang sedang menunggu kedatangannya.

BUGH!

BUGH!

Pukulan mendadak itu mampu membuat Heza terjatuh memundur.

"ANJENG LU HEZA!"

"Lo apa-apaan, sih. Hea!" bentak Heza tak Terima. Benar sekali jika lelaki yang memukul Heza itu adalah Hea temanya sendiri.

"Gara-gara lo Lavy masuk rumah sakit! Gara-gara lo, Anjeng!" Emosinya kini meluap dengan sempurna saat melihat wajah lelaki itu.

"Gua gak tau apa-apa, dan gua juga baru tahu Lavy masuk rumah sakit! lu pikir gua gak khwatir sama Veve?! gua jauh lebih khwatir sama keadaan dia!"

Hea tersenyum miring lantas berjongkok di hadapan Heza yang kini tengah terduduk di atas lantai, serta meraih ke dua belah sisi kerah kemeja Heza. "Lo tahu? Gara-gara si Hanna, Lavy jadi menderita kayak gini. Gara-gara lu----" ucapanya terhenti untuk sesaat, "gara-gara lo--- Lavender keguguran. Gara-gara lu ANJENG!"

Heza menautkan kedua alisnya bingung. "Veve hamil? Keguguran? M-maksud lu a-apaan?!"

"Iya! Lavender hamil anak lo! Dan sekarang---- dia keguguran karena lo, anak lo di bunuh sama Hanna, puas lo?!" Bentak Hea dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.

TOXIC [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang