32 • Dalangnya

2.1K 174 102
                                    

TOXIC 🥀

Heza memijat pangkal hidungnya sebab ia juga telah bingung harus mencari ke mana keberadaan Hanna, wanita itu hilang sampai sekarang belum di temukan jejaknya. Yang Heza takutkan hanya satu. Lavender, ia takut jika Hanna sengaja melarikan diri hanya untuk membalas perbuatan yang pernah Lavender lakukan kepadannya. "Gimana? Udah ketemu?" Jay dan Zehan menggeleng lemah. Heza lantas mengehela Napasnya, dan duduk di atas sofa sembari menyenderkan punggungnya. "Please... Bantu gua buat nemuin Hanna, gua takut kalo Hanna bakalan ngapa-ngapain Lavender lagi."

Jay duduk di sisi kiri Heza sembari merangkul pundaknya. "Tenang dulu. Kita cari dia sama-sama sampai dapat, kita bakalan nemuin dia, ya 'kan, Han?"

Zehan lantas mengangguk kala pertanyaan dari Jay menyadarkan lamunannya, ia pun duduk di sisi kanan Heza seraya menepuk pelan pundak sang sahabat. "Tenang aja, Za. Kita bakalan bantuin lo buat nyariin Hanna."

"Makasih bro, kalo bukan kalian yang bantuin gua, gua bingung harus minta tolong sama siapa lagi. Sekarang kalian tahu sendiri 'kan? keadaan gua lagi sulit."

"Ya elah, Za... Kayak baru kenal sehari dua hari aja lo. Kalau ada apa-apa itu, tinggal panggil kita aja, kita pasti bakal bantuin lo kok." Heza mengangguk.

Intensi semuanya tertuju pada ponsel Heza yang menyala di atas meja, menampilkan nama sang kekasih yang terpampang jelas, lantas Heza pun meraih ponselnya dan menjauhkan dari kedua sahabatnya. "Hallo, sayang?"

"Sayang... Kak Bryan gak sempet anterin aku, kamu bisa jemput aku 'kan?"

"Kamu lagi di mana?"

"Aku lagi di perkarangan rumah kak Bryan, nanti kamu langsung masuk aja ya... Aku nunggu di dalem."

"Lavender... Dengerin aku baik-baik, jangan pergi dulu sebelum aku sampe, dan jangan ke mana-mana sebelum aku ke situ. Okey?"

"Iya... Makanyaa kamu jangan lama, kalo kamu lama aku naik taxi, aja."

"Iya, sayang. Aku gak akan lama, aku janji gak akan lama. Aku berangkat dulu, ingat! Jangan ke mana-mana."

"Iya..."

🥀


Derap langkah kaki terdengar sayup di telinga wanita yang terkulai lemah di atas kursi sembari kedua tangannya yang terikat kuat di belakang kursi. Penglihatannya yang kabur, serta bercakan darah ada di mana-mana. Hanna menengadahkan kepalanya lemah. "T-tolong l-epasin gua..." Liriknya terdengar memohon.

Dua lelaki itu hanya diam saja sembari menunggu seseorang yang akan bertemu dengan wanita sandera dua lelaki itu. "Mana orangnya?" Pertanyaan dari seseorang itu mampu membuat dua lelaki itu memutar arah ke sumber suara yang bertanya pada mereka. "Hanna nya mana?" tanyanya yang kedua kali.

Salah satu dari mereka menunjuk arah Hanna ke sesorang itu sehingga membuat raut wajah sesorang itu tersenyum bahagia menatap mainan barunya. "Makasih, Senja ..." Ucap Lavender kepada Senja.

"Thanks, Ja, lo udah bantuin Lavender." Bryan berucap sembari merangkul pundak Senja.

"Apa pun bakal gua lakuin, jika itu menyangkut Lavender, bang."

Flashback on.

Dari kejauhan, tampak jika Senja sedang mengepal kuat tangannya lantaran kesal kepada Heza yang memperlakukan Lavender dengan buruk. "Lavy-Lavy... coba aja gua yang jadi pacar lo, seujung kuku gak akan pernah rela gua nyakitin lo."

TOXIC [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang