02 • Pemandangan buruk

3.8K 366 75
                                    

TOXIC🥀

Saat Lavy membuka mata, sosok pertama kali yang ia tangkap adalah Heza yang tertidur dengan tenang sambil memeluk dirinya. Lavy mengulum senyum manis, jari-jari mungilnya bergerak untuk menyentuh wajah Heza yang tertidur dengan damai. Bibirnya yang cantik, bulu matanya yang lentik, serta hidungnya yang mancung berhasil membuat Lavy terpana untuk beberapa saat. Sungguh indah ciptaan Tuhan yang satu ini.

"Morning babe," sapa Heza dengan kondisi mata yang masih tertutup rapat. Lavy yang terperanjat kaget pun, lantas menjauhkan tangannya dari wajah sang kekasih. Tanpa aba-aba satu kecupan singkat mendarat di bibir kecil Lavy yang diberikan oleh Heza. "Morning sex?" bisiknya pelan di telinga Lavy, sang gadis yang berada di pelukan Heza pun membalas ucapan lelaki itu dengan pukulan kecil di dada bidangnya.

"Sex, sex, sex juga, aku masih perawan, sekolah dulu yang benar bukannya ngomong sembarangan, " Lavy merasa kesal sambil memutar bola matanya malas. Gadis itu tak habis pikir dengan pola pikir Heza yang semakin hari semakin mengada-ngada.

"Iya, iya, aku becanda doang kok."

Lavy memukul tangan Heza dengan cukup keras. "Minggir tangannya, aku mau ke dapur."

Heza menggeleng. "Entar aja, aku masih mau kayak gini sama kamu," ucap Heza sembari mengeratkan pelukannya.

"Aku laper, Heza."

"Bentar doang kok, sayang."

"Ck! tau ah, mau tidur lagi. Mati kelaparan lebih keren dari pada mati sambil nangis." ucap gadis itu dengan posisi mata yang sudah terpejam.

"Ngomong apa, sih?" Heza terkekeh melihat tingkah laku Lavy yang kian berubah-ubah. Yang awalnya terkejut menjadi marah, dan kini berubah menjadi merajuk.

Lavy diam di dalam dekapan lelakinya untuk sesaat sebelum menanyakan sesuatu ke pada Heza. "Sekarang jam berapa?" Tanya Lavy.

Heza mendongak untuk melirik jam yang ada di dinding kamar, "jam empat pagi, kenapa?"

"Heza?" Lavy membuka mata dan menatap manik Heza. "Antar aku pulang, Za. Jam lima nanti daddy pulang dari rumah oma, nanti kalau daddy pulang aku gak ada di rumah bisa kena marah lagi aku."

Heza menautkan kedua alisnya. "Emang kamu kemarin ke rumah siapa sampe gak pulang ke rumah?" Tanya Heza.

"Rahel," ucapnya kemudian bangkit dari tidur. "Ayo bangun, Za. Antarin aku pulang," Lavy menarik tangan Heza agar sang empu segera bangkit dan bergegas mengantarkannya pulang.

Heza tersenyum, wajah itu seperti akan merencanakan sesuatu sebelum menuruti permintaan sang gadis. "Cium dulu," ujar Heza menepuk pipinya dengan jari telunjuk, dan mempoutkan bibirnya serta memejamkan mata.

Lavy terpejam sejenak dan menghela napas pasrah sebelum mendaratkan satu kecupan di bibir Heza. "Udah, ayo cepatan anterin aku pulang!"

"Cuma sekali?" Tanya Heza tak terima.

"Ck!" tak ingin berlama-lama lagi, Lavy pun mendaratkan beberapa kecupan lagi di setiap wajah Heza, dari bibir, hidung, pipi, kening, hingga ke lopak mata lelaki itu. "Udah 'kan? Ayo antarin!"

Heza tersenyum kemudian bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. "Iya, iya. Aku ganti baju dulu."

"Cepetan!"

"Iya, sayang, iya."

🥀

Heza mengantar Lavy dengan tepat waktu sebelum sang papa sampai rumah. Pagi ini, Lavy tidak sarapan sendirian seperti biasanya, di sebabkan sang papa hari ini tidak berangkat ke kantor. Jadi ia bisa menemani anak semata wayangnya untuk sarapan berdua. "Lavy berangkat sama Heza?" tanya Beom.

TOXIC [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang