18 • Ketangkap basah

2.3K 230 160
                                    

TOXIC 🥀


Lavy menatap langit malam dari balkon kamarnya, denyut kepala yang semakin menyakikan, diiringi matanya yang sudah membengkak, serta hati yang amat pilu, dan isi kepala yang semakin kacau untuk terus di dipikirkan. Ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran dan isi hati lelaki itu. Terlihat sangat mudah baginya untuk memutuskan hubungan yang jelas-jelas ia sendiri yang memohon agar Lavy tidak meninggalkannya dan tetap berada di sisinya. Namun kali ini.

Heza sendiri yang pergi!

"Mommy ... Lavy harus gimana? Daddy dari tadi gak tau ke mana, dan Heza udah pergi ninggalin Lavy. Lavy harus ngadu ke siapa lagi, mom?" tangisnya pecah tatkala menatap figuran mamanya di dalam sebuah bingkai Yang terlukis rapi dan indah. Tidak pernah bertemu dengan sang ibu bukan berati tak tahu bagaimana wajah cantik sang ibu.

"Heza janji sama Lavy mau ngajak Lavy jengukin mommy, tapi sekarang. Heza benaran pergi dari Lavy mom. Heza udah gak sayang lagi kah sama Lavy? Kenapa dia tega ninggalin Lavy?" pertanyaan demi pertanyaan ia lontarkan seakan ada yang sedang mendengarnya. "Mommy ... peluk Lavy, mom. Lavy rindu mommy."

Ia terus menangis memeluk dirinya sendiri dengan cukup lama dan hampir terlelep dipelukannya. Namun, dengan sangat tiba-tiba perutnya merasa mual dan sakit secara bersamaan. "huek! huek!" Ia berlari menuju wastafel yang berada di dalam kamar mandinya, untuk memuntahkan semua isi perut yang mengganjal rasa mual itu.

"Huek, Huek!"

Lavy memijiti lehernya sendiri dengan pelan-pelan agar dapat meredakan rasa mual yang amat terasa. Merasa kondisinya sedikit lebih membaik, ia pun kembali keluar kamar mandi dan berjalan menuju ke laci meja belajar untuk mencari barang yang sempat ia belikam sepulang dari sekolahannya tadi.


🥀

Lavy menatap benda yang berada di tangannya dengan jantung yang berdegup lebih kencang dari pada sebelumnya, mata itu terlihat berkaca-kaca serta tubuhnya pun merasa sedikit melemas.

"A-aku Ha-hamil?" monolognya menatap tespek yang mengikis garis terlihat begitu nyata.

"A-aku sebentar lagi jadi mommy?" ulangnya kembali masih tak percaya akan apa hasil dari sebuah benda itu. Sesuai tebakkan Lavy sebelumnya. Selama dua hari ini Lavy sudah merasakan hal yang sangat berbeda pada dirinya, belum lagi ini sudah memasuki bulan kedua perempuan itu belum mendapatkan tamu spesial.

Perempuan itu memejamkan matanya untuk sejenak. Lavy sudah menerima dengan lapang dada jika ini resiko dari perbuatan berdosanya, karena jauh sebelum ini, ia juga sudah dapat menebaknya jika ia sedang dalam masa pereiode mengandung. Hanya saja, ia tak ingin memberi tahu kepada Heza terlebih dahulu, takutnya jika semua itu tidak benar dan ia pun juga belum ingin untuk mengeceknya dengan segera.

Lavy menyunggingkan senyum manis. Ini yang paling ia tunggu-tunggu.

Jujur saja. Tidak seperti gadis pada umumnya, Lavy justru sangat senang dengan berita yang ia kejutkan sendiri, jangan salah menilai Lavy, Lavy sangat menginginkan hal ini terjadi.

Dulu, Lavy pernah meminta kepada Heza agar ia mengadopsi seorang bayi untuk dirinya, karena Lavy sangat ingin mencoba merasakan menjadi seorang ibu. Namun, tentu saja Heza tidak setuju dan melarangnya dengan alasan itu semua masih terlalu muda bagi Lavy, dan pasti akan sangat menyulitkan aktivitas sekolahnya.

TOXIC [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang