6

31 7 0
                                    

»6 mati, 12 tersisa«

"Gimana kalo pelakunya beneran Kai? Atau mungkin Jungwon?  Apa mungkin  pelakunya udah ngebunuh Kak Hoseok sama Bang Heeseung mengingat mereka menghilang selama itu?"

"Gimana kalo gue dibunuh bukannya selamat? 

Kepala Jay terus bergemuruh seiring semua pertanyaan yang membebani pikirannya, dia hanya menatap kosong lantai lift itu tanpa bergerak sedikit pun. Ia juga mengacuhkan semua orang yang naik lift bersamanya tadi, bahkan Hueningkai, Taehyun, dan Yeonjun yang terakhir bersamanya.

Setelah semua orang keluar lift, Jay mengeratkan kepalan tangannya. Ia tengah membulatkan tekadnya untuk bertemu si pelaku, tidak peduli dia akan mati atau tidak. Jika pelaku itu mau membunuhnya, dia tinggal melawan, seperti dulu.

ding!

Lift telah berhenti di lantai paling atas gedung No More Tears, lantai atap. Ia menghela napas dan bersandar ke dinding lift sambil mengacak rambutnya frustasi. Saat pintu lift telah terbuka, hanya ada satu lampu penerangan disana, membuat keadaan benar-benar remang. Ia melangkah ragu, memberanikan diri untuk melawan rasa takutnya. Ia melihat jam Rolex di tangannya, jam 9 kurang tujuh, batin Jay.

Pria bermarga “park” itu tidak dapat menghubungi Sunghoon, Sunoo, maupun Jungwon, membuat kecurigaannya semakin membuncah. Apalagi ia sempat memencet bel apartemen mereka, dan tidak ada yang membukanya. Ia menatap langit yang tiba-tiba menurunkan hujan deras, ia membiarkan dirinya basah kuyup akibat air hujan. Karena yang terpenting sekarang, adalah menemukan si pelaku.

ding!

Bunyi lift yang nyaring dalam sunyi itu membuat Jay mengalihkan perhatiannya dari hujan. Seorang pria jangkung bermasker melangkah santai ke arahnya, pria itu baru berhenti saat jarak lima meter darinya. Jay sedikit bergetar, tapi ia masih terlihat angkuh. Pria serba hitam tadi membuka maskernya, membuat Jay melebarkan matanya.

"Halo? Lo masih inget gue, kan? Kok keliatan ga seneng sih liatnya? Haha." Seringai terbentuk di wajah pelaku itu, membuat Jay semakin tremor saat sosok itu mendekat ke arahnya.

"I-ini ga mungkin, l-lo b-bukannya udah mati?" ujar Jay bergetar ketakutan. Namun, sekejap ketakutan itu berganti ke emosi yang terbakar, membuat Jay berbalik menatap nyalang ke pelaku itu. Dengan berani ia berlari ke arah pelaku itu, dan menerjang tubuhnya. Ia meninju tulang pipi pelaku itu hingga terjatuh.

"Kenapa lo lakuin ini hah? Lo tega ngebunuh orang yang udah nganggep lo sebagai keluarga mereka hah?" teriak Jay menindih tubuh si pelaku, tangannya dengan erat menarik kerah kemeja hitam pelaku tanpa takut akan dibunuh. Jay kembali berteriak marah saat pelaku itu hanya tertawa kecil, ia kembali melayangkan kepalan tangannya ke ulu hati.

"K-keluarga hah?! Keluarga gue cuman Lee Dawon, ngerti! Dan lo! Sebagai pacarnya malah ngebunuh dia, bangsat!" jawab pelaku itu sambil menyeka darah di sudut bibirnya. Laki-laki itu berdecih membalik tubuh Jay dan mencekiknya. Jay baru menyadari bahwa orang yang di hadapannya adalah kakak tiri Dawon, mantan pacarnya 2 tahun yang lalu. Jay berhasil lepas dari cekikan itu, dia berusaha berlari menuju lift tapi pelaku itu menjegal kakinya.

"Kenapa kabur? Jadi beneran lo yang ngebunuh Lee Dawon hah?! 2 tahun yang lalu, lo ngedorong dia dari rooftop sekolah, kan? Semua staf karyawan tau lo pelakunya, tapi mereka tutup mulut setelah orangtua lo bayar mereka! Dan gaada satu polisi pun yang curiga atau nerusin kasus itu karena mereka gaada bukti yang cukup kalo Lee Dawon sengaja dibunuh!" bentak pelaku itu setelah mengangkat kerah Jay, dan menabrakkan punggung pria itu ke dinding lift.

"Itu salah dia karena jadi pelacur, gue juga gamau tanggung jawab karena anak yang dia kandung bukan anak gue! Lagian itu salah lo, sebagai kakak Dawon yang kaya raya, lo ga ngebantu biaya sekolah dia! Tapi kenapa Dawon selalu bilang kalo lo kakak yang baik ya, haha," ucap Jay melepas cengkraman pelaku, dan memukul wajahnya. Ia kembali menghampiri pelaku lalu meninju perutnya berkali-kali sehingga pelaku tak berdaya. Ia menarik kerah belakang pelaku, menyeretnya hingga ke tepian rooftop, berniat melempar tubuh ringkih itu dari sana. Seperti ya ia lakukan kepada mantannya dua tahun yang lalu.

Pelaku tadi sempat berontak, tapi Jay menancapkan sebilah pisau lipat ke bahunya agar pelaku itu tidak melawan. Dengan tenaga yang tersisa, Jay masih menyeret tubuh yang lebih besar darinya itu. Tangannya penuh dengan darah pelaku, bau anyir telah bercampur dengan dinginnya air hujan. Sebentar lagi, Jay akan mengakhiri semua ini, dengan melempar pelaku itu dari sini sudah cukup untuk menghentikan semua pembunuhan di No More Tears.

"L-lo udah ngebunuh dia dari rooftop, itu artinya lo juga HARUS MATI DENGAN CARA YANG SAMA!" Kali ini, pelaku itu kembali melawan dengan tenaga yang lebih kuat, Jay dan dirinya kembali adu jotos.

Pada akhirnya, Jay hampir menang, tinggal satu dorongan penuh pelaku itu akan jatuh. Tapi ia masih bisa melawan, hingga salah satu dari merekapun akhirnya terjatuh.

"Aaaaaaaaaa!" teriakan itu terdengar jelas diikuti suara berdentum keras, membuat para penghuni apartemen terkejut.

"Sayang banget yang nyentuh bawah punggung duluan. Kalo muka duluan kan, gue bisa ngetawain muka lo yang katanya ganteng itu hancur, Jay," kata si pelaku diikuti tawa pelan. Ia berusaha bergegas tertatih-tatih, sebelum seseorang menyadari dirinya di atas sini.

🏢

note: udah 800 kata, moga ga gumoh. Eh ga bakal sih, soalnya biasanya kan 1k wkwk. Btw, kita masih seputar cewek dengan nama Lee Dawon, ada yg bisa nebak siapakah dia? btw, maap ya, ak suka anti-klimaks hehe( ̄3 ̄)

The Neighbors [BTS,TXT,& Enhypen] || Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang