7

35 5 0
                                    

«8 mati, 10 tersisa»

(warn:the rest of chapter was filled by many dialogue)

Hari ini bukanlah pemakaman Jay, mereka hanya menyimpan jasadnya di gudang. Sama seperti jenazah Beomgyu dan Ni-ki, tubuh Jay berada di sebelahnya tertutupi karung goni. Mereka tidak berani untuk menatap tubuh Jay yang beku dengan mata dan mulutnya terbuka.

Anak-anak dari lantai satu, yang notabene sangat dekat dengan Jay hanya menghela napas. Jake yang ada di dekat tubuh mati itu berusaha menutup mata Jay, namun ia tetap tidak mau menutup. Ia mundur dan berusaha menahan tangisnya, sahabatnya yang terbunuh begitu saja karena pelaku itu membuatnya amat marah. Jake ikut keluar setelah penghuni lantai satu lainnya telah keluar dari gudang. Di luar gudang ada semua penghuni lantai lainnya yang ikut menekuk wajah, entah sedih atau mengasihani diri sendiri karena takut akan dibunuh dengan keji.

"Ada yang udah bisa ngehubungin orangtuanya Jay?" tanya Sunghoon membuka percakapan. Ia tahu bahwa orangtua Jay sangat sibuk, tapi apa mereka tetap sibuk jika anak semata wayangnya mati dibunuh?

"Orangtuanya ada di Amerika, gue denger dari pembantunya karena dia yang angkat telpon," jawab Taehyun. Jake hanya mendengus, ia tidak ada mood untuk berdebat dengan Taehyun.

"Kenapa  ga bilang langsung kalo anak bosnya meninggal di sini? Bisa aja mereka kasih bantuan kita, ngirim bodyguard kek apa kek," tanya Jungwon, ia menggigit kukunya karena cemas. Gangguan kecemasannya makin parah akhir-akhir ini, membuat emosinya tidak stabil dan kadar stresnya meningkat. Ia pamit ke apartemennya lebih dulu setelah menyadari jari-jarinya mulai dipenuhi darah.

Penghuni lainnya hanya menghela napas dan sebagian lainnya mengusap wajah kasar, hanya Hueningkai yang tersenyum kecil. Ia hanya tertawa di dalam hati karena merasa miris.

Sunoo menggigit pipi bagian dalamnya dan menunduk, menahan kesal karena dirinya harus terjebak di situasi seperti ini. Ia mengangkat wajahnya untuk melihat wajah penghuni lainnya, ia menyadari satu hal. Laki-laki itu berkata lirih, "Kak Jimin sama Kak Taehyung."

"Eh, Sunoo bilang apa tadi?" saut Sunghoon yang mendengar sayup suara Sunoo. Semua tetangga mereka juga menatap Sunoo penasaran, menunggu jawabannya.

"Kak Jimin sama Kak Taehyung gaada disini, bang Sunghoon," jawabnya.

🏢

Ada yang ingin tahu kenapa Taehyung tidak sempat ke lantai basemen? Dia mendengar teriakan dan suara jatuhnya Jay, lalu saat ia ingin keluar sebuah pistol dan suara berat menginterupsi langkahnya.  Dia sedang tertahan di depan pintu apartemennya bersama sebuah todongan pistol jenis magnum di belakang kepalanya. Laki-laki kelahiran 1995 itu sedang diajak negosiasi oleh salah satu pelakunya, ah lebih tepatnya diancam.

"Gue gamau ngelakuin itu, Jimin sahabat gue. Gue milih mati daripada itu. Bahkan kalo dia ngambil cewe yang gue suka sekalipun, karena gue bukan lo yang tega ngebunuh tetangga kita cuman karena dendam."

"Oh, tentu. Lo boleh mati kok abis motong jempolnya Jimin, lo masukin jempol itu ke saku mantel lo abis itu lo lompat dari balkon deh. Dan bukannya lo udah tahu kalo Jay, Jungkook, Namjoon, dan Jimin udah ngehancurin adek gue, kan?" ucap pelaku itu tanpa rasa bersalah.

"Lee Dawon, ya? Gue udah lama ga denger namanya, adek tiri lo itu anak yang manis banget, Bang. Lo setuju, kan? Sekarang dia gimana?" Taehyung sedikit teralihkan, lagipula dia tidak terlalu tertekan karena pelakunya pernah menjadi orang yang dia percaya. Makanya, pelaku yang satu ini bahkan bisa masuk ke dalam apartemennya tanpa harus menjebol pintu.

"Dia sama anaknya udah mati dibunuh bapaknya."

"Jay beneran ngebunuh mereka ya, gue turut berduka, Bang," kata Taehyung bersimpati.

"Iya, makasih. Santai aja, lagian Jay udah mati gue bunuh. Gue bakalan pergi setelah ngebunuh Jungkook, so lo gausah khawatir sama gue. Dan Lo juga harus tahu gue cuman disuruh sama tu 'bocah'. Jadi mau gamau lo harus turutin aja. Kalo ngga, penghuni lainnya bakal mati besok karena keracunan karbon monoksida, sama kayak Jimin," ujar pelakunya menjelaskan sambil menurunkan senjatanya.

"Pantes bau lo songong banget." Candaan Taehyung terdengar renyah di telinga, dia membalikkan badannya hingga melihat sosok yang tingginya tak jauh berbeda dengannya. Dan pria pemilik senyum kotak itu baru sadar ada darah di bahu pelaku itu.

"jadi Jimin beneran udah meninggal yah, bahkan gue belum sempet bilang selamat tinggal. Tapi, gue tetep milih penghuni lain mati daripada gue repot-repot jadi kambing hitam, Bang," lanjut Taehyung tersenyum miring dan menatap si pelaku.

"Semenit lagi lo terima video call entah dari siapa, yang pasti gue cuman disuruh bilang itu ke lo. Gue gatau apa yang 'dia' rencanain setelah lo liat gimana terbunuhnya Heeseung. Tapi, gue rasa itu cukup bikin lo tunduk sama permainan ini. Dan sebelum lo mati, gue minta maaf sama lo karena gue harus ngelakuin ini, Taehyung."

Semenit setelah pelaku tadi menurunkan jam tangan yang dilihatnya, ia memeluk Taehyung yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri dengan erat. Hingga pelukan terlepas karena sebuah nada dering menguar keras dari saku mantel milik Taehyung. Pria itu langsung membulatkan matanya, diikuti pelaku yang membunuh Jay tadi mengintip di sampingnya. Di layar ponsel yang bergetar itu terpampang jelas teks yang bertuliskan:

"Ibu is calling..."

.
.
.
note: i would love to say sorry buat kalian yang ga paham sama jalan ceritanya atau gaya bahasaku yang berubah-ubah, jadi maaf ya hehe😀

The Neighbors [BTS,TXT,& Enhypen] || Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang