17

30 3 0
                                    

"The Final"

Jake memandang sekitar, ia menyadari dia berada di dapur tempat semua kejadian bermula. Tempat awal pembunuhan terjadi, apartemen Sunoo. Astaga, dia telah masuk ke kandang buaya. Setelah matanya yang membulat karena menyadari dimana ia saat ini, Jake kembali berjengit terkejut karena suara seseorang mengganggu lamunannya.

"Gimana? Cantik ga karya gue?"

"Ntar...ini semua bikinan lo? Jadi selama ini lo...," Jake kembali memperhatikan gantungan hewan-hewan yang mati di tembok dapur. Beberapa luka sayatan dan tusukan yang orang itu bilang sebagai sebuah karya seni. 

"Well, gue pelakunya, Jake. Otak dari segala yang terjadi di gedung ini itu ide gue hahaha."

"K-kenapa lo lakuin ini?! Lo gila ya?" Jake

"Gue anggep itu pujian haha." Suara rendah mengalun itu mendekat ke arah Jake, tangan si pemilik suara itu tak henti-hentinya memainkan pisau berkarat kesukaannya.

"Kalo lo pelakunya artinya lo yang udah bunuh mereka semua?! Lo yang udah bunuh kak Beomgyu, Ni-ki, kak Namjoon, kak Soobin, da–dan Jay—"

"Nggak, gue cuman bunuh bang Heeseung, kak Soobin, Haruto, dan lo bakal jadi karya gue selanjutnya xixixi." Senyuman di bawah sinar lampu yang redup itu terlihat menakutkan. Senyum yang awalnya selalu didambakan kini menjadi ketakutan semua orang.

"Jadi, lo mau jadi karya gue selanjutnya kan, Jake?"

Sunghoon membuka pintu sebuah apartemen perlahan, ngomong-ngomong itu apartemen persembunyian Sunoo. Kalau boleh jujur, Sunghoon sangat khawatir dengan keadaannya. Dirinya pikir, Sunoo pasti begitu rapuh dan ketakutan jika berhadapan dengan si Bos Game. Lagipula, sebagai kakak sepupu Sunoo, ia memang bertanggung jawab untuk melindunginya bukan?

"Lo itu rapuh! Gue selalu mikir lo orang yang lemah dan gabisa apa-apa, tapi kenapa lo baru munculin sifat asli lo? Bisa gak lo jadi manusia ceria kayak dulu lagi? Gue kecewa liat lo yang begini!"

Sayup-sayup Sunghoon dengar suara seseorang dari arah dapur, dengan langkah mengendap-endap ia melewati ruang tamu. Dapur yang hanya diterangi lampu redup tak membuatnya kehilangan pandangan dengan dua orang di sana.

"Lo pengen tahu kenapa? Karena gue capek dianggep lemah sama siapapun, hingga akhirnya gue milih ngebunuh Watanabe Haruto. Dia ngebully gue habis-habisan, dia nendang gue bahkan ngatain gue kayak cewe! Dan cuman bang Sunghoon yang tahu, tapi apa? Dia juga nganggep gue remeh! Dari seluruh orang yang ada di gedung ini, gue paling benci sama bang Sunghoon!"

Sunghoon membeku mendengar namanya disebut. Dia yang melihat mereka hanya terdiam menegang, Sunghoon yang biasanya terlihat tenang mulai gelisah. Si Bos Game itu mendekat ke arah wastafel seberang meja, ke arah Jake yang ketakutan akan pisau yang dibawanya.

"Lo gatau kan kalo Mama gue mati di tangan Papa gue sendiri? Dia bahkan dimutilasi sama suaminya menjadi 5 bagian, dan gue dengan polosnya natap kegiatan itu selama 30 menit. Saat Papa sadar gue ada di sana dia bilang, 'Kamu takut darah, kan? Tidur aja sana'."

"Dia bener sih. Gue emang takut sama darah, tapi semakin dilihat, rasanya adrenalin gue semakin meningkat. Bikin gue ngerasa seneng dan kecanduan lihat darah yang muncrat haha."

"Lo psikopat, Sunoo!"

Sunoo?

"Bacot lo!" teriak Sunoo menarik kerah Jake. Pria yang lebih kecil itu mampu membanting Jake ke belakang dengan sekali angkat. Sunoo membuat busur dan panah di punggung Jake berceceran di samping pemiliknya. Ia terkekeh geli menatap calon korbannya yang tidak berdaya di bawahnya. Dengan sadis, Sunoo menancapkan pisau berkaratnya ke pundak Jake.

"Aargh!" Teriakan Jake tidak tertahankan. Darah mulai merembes ke kemeja longgarnya, diiringi ringisan kecil menahan rasa sakit. Ia mencoba bangkit dengan merambat ke kaki Sunoo di hadapannya. Ia melirik di antara sela kaki, ada Sunghoon yang mengintip di balik dinding. Tatapannya menyendu entah kenapa saat melihat Sunghoon.

"Lo ngapain?!" Sunoo memekik kesal sembari menendang wajah Jake hingga terlentang. Ia menggapai sebuah panah di bawah kakinya, lalu duduk di atas tubuh Jake.

Jake yang awalnya merasa sakit karena rahangnya sedikit bergeser, kembali mengerang kesakitan luar biasa. Bagaimana tidak? Sunoo menggunakan tubuhnya sebagai 'canvas'. Sementara Sunghoon yang ada di belakangnya hanya menahan suara saat Jake tengah disiksa.

"Di sini ada bunga yang cantik di perut, kak Jaeyun~ lalu aku kasih hati di pipi yaaa♥~"

Yap, beberapa goresan terlihat jelas merobek kemeja yang dipakai Jake. 'Gambar' bunga dan hati semakin terlihat jelas dengan warna merah segar menyembul di balik luka. Jake hanya meringis pasrah, mencoba melawan tapi malah mendapat tusukan di perut kirinya yang lagi-lagi membuatnya berteriak.

"Terus Sunoo akan gambar tangkai dan daun, xixixi," guman Sunoo kembali 'menggambar' tangan dan kaki Jake. Lagi-lagi Sunghoon hanya menatap kaku sahabatnya itu disiksa sedemikian rupa, tatapannya berubah gelap kemudian.

"T-tolong, Sung-Sunghoon," ucap Jake terbata-bata. Ia berharap Sunghoon mendengarnya dan sadar bahwa ia harus segera lari.

"Jangan sebut dia!" Amarah Sunoo tiba-tiba memuncak, ia menancapkan anak panah itu di dada kiri Jake. Yah, pemain Jake akhirnya kalah.

"Yah, gara-gara bang Sunghoon sialan nih, mainan Sunoo jadi mati deh~"

Dengan tatapan Sunghoon yang gelap tadi, tak memungkiri membuat air matanya tidak menetes sedikit pun. Justru ia menangis dalam kekecewaan, sahabatnya mati dibunuh sepupunya sendiri. Tatapan itu nampak kosong, tapi berisi kesedihan yang amat dalam.

"Hai bang Sunghoon! Mau main sama Sunoo nggak? xixixi"

The Neighbors [BTS,TXT,& Enhypen] || Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang