19

33 3 0
                                    


"Gue bakal bawa balik kanvas-kanvas gue gimanapun caranya."

🏢

Kai tau sekarang bukan waktunya menangis, tapi inner child-nya muncul di saat yang tidak tepat. Andai saja dia tidak asal menuduh Jungwon saat itu, mungkin mereka tidak akan seperti ini sekarang pikirnya. Menangisi bagaimana Jungwon yang menjadi kambing hitam akibat dirinya, ia hanya bisa meremat senjata AK47 miliknya. Ia menggigit pipi dalamnya, menahan senggukan tangis agar tidak pecah. Yang terpenting sekarang, adalah menyelamatkan diri dari Sunoo. Begitulah angan mereka saat ini.

"Gue tahu kita lari dari masalah, tapi seenggaknya kita ga mati konyol ngadepin masalahnya. Lebih baik lari, jangan takut, gue bakal selalu ada buat kalian. Cuman kalian yang tersisa di sini," ucap Yoongi mengusap punggung Kai yang lebih besar itu. Tangis Kai akhirnya semakin keras, ia memeluk orang yang dianggapnya kakak itu.

"Ayo kita janji bakal sama-sama terus Kai! Lo, Gue, Kak Yoongi, dan Sunghoon!" kata Taehyun menyemangati sahabatnya. Sunghoon sendiri masih sedikit traumatis, dia hanya termangu diam tanpa kata. Tatapannya terlihat kosong, di dalam matanya tersirat sedih akibat kehilangan. Jake hanyalah satu dari semua temannya yang telah mati, dibunuh oleh rencana yang dibuat adik sepupunya sendiri.

"Oke, sesuai rencana kita tadi, kita bakal nyari mobil gue yang masih ada di basement. Lalu kita bakal nyari mobil gue, untungnya gue masih bawa kuncinya di saku jas. Dan mereka ga ambil itu. Gue tahu nanti kita mungkin bakal di cegat sama bodyguard Sunoo kayak Hoseok," ucap Yoongi menggoyangkan kunci mobilnya. Ia melemparnya ke Taehyun, membuat pemuda itu menatap bingung.

"Kenapa kasih ke gue kak?"

"Gue percaya sama lo."

Taehyun tersenyum kecil, ia merasa bertanggungjawab. Memasukkan kunci mobil itu ke dalam saku hoodienya. Menarik napas kecil, berkata dalam hati bahwa mereka masih punya harapan untuk hidup.

Jika kalian ingin tahu, mereka masih di dalam eskalator. Duduk termenung menunggu hingga ada suara berdenting, pertanda mereka mencapai tujuan mereka. Lantai dasar atau basemen.

"Oh ya, kita manfaatin senjata dari Sunoo buat lumpuhin bodyguard-nya, persetan sama mereka yang bisa nuntut kita atau nggak. Kalian masih dibawah umur dan juga mereka terikat kontrak yang berisi resiko pekerjaan mereka, jangan khawatir tinggal tembak aja," kata Yoongi kembali mengemukakan idenya.

"Tapi punya Sunghoon cuman katana kak, ga punya senjata api?" tanya Kai.

"Kai Taehyun, kalian punya senjata dobel kan, kasih ke dia buat jaga-jaga ya," sahut Yoongi yang nampaknya masih punya rencana lainnya. Sunghoon mendongak dari posisi membungkuknya, ia merasa sedikit harapan bisa mengalahkan Sunoo. Ia menerima revolver dari Taehyun, mengeratkan pegangannya pada benda itu. Suka atau tidak suka, permainan ini harusnya berakhir.

"Saatnya, mengakhiri ini semua," batin Sunghoon.

"Perkiraan gue, kita selamat ataupun ga selamat pasti ada yang bakal nemuin kita. Harusnya sekarang udah pukul 5 pagi, dua jam lagi trotoar di depan gedung juga pasti ramai. Dan peluang kita buat nyelamatin diri lebih banyak," kata Taehyun dengan penuh ambisi.

"Oke, karena persiapan dan rencana udah siap, kita bergerak sekarang. Dan lagi inget, melumpuhkan bukan mematikan. Kalian masih bisa kena pasal karena pembunuhan."

🏢

Suara berdenting berbunyi setelahnya, mereka sudah sampai ke lantai dasar. Sunghoon, Taehyun, Kai dan Yoongi bergegas satu-persatu berurutan, berlari kecil tanpa berpaling ke belakang. Mereka hampir mencapai mobil Yoongi, tinggal melewati satu pilar lagi. Hingga sebuah tinju melayang ke arah pipi kanan Yoongi, ia terhuyung ke kiri sambil memegang rahangnya.

"Seberapa jauh pun kalian gerak, kanvas ga akan pindah dari sang pelukis, jangan mimpi."

Suara itu, seperti suara kematian bagi mereka. Sunoo berdiri di hadapan Yoongi yang berusaha berdiri. Menendang lelaki itu hingga ia kembali terjatuh, fakta bahwa dia pemegang sabuk hitam taekwondo membuatnya bisa melawan orang dewasa sekalipun.

"Tapi kanvas akan bergerak saat ada yang mendorongnya! Meskipun itu bukan pelukisnya sekalipun!" teriak Sunoo penuh amarah. Ia mendekati Yoongi kembali, mengacungkan pisau berkaratnya ke wajah Yoongi. Wajah yang tertunduk itu tak pernah tahu, bahwa pisau berkarat itu akan bertemu dengan mata monolidnya. Yoongi yang tak bisa menghindar berakhir terjatuh ke belakang setelah Sunoo menancapkan pisaunya lebih jauh. Dengan tubuh yang terlentang, Sunoo menatapnya bengis.

"Kak Yoongi!" Kai, Taehyun dan Sunghoon berteriak histeris. Meski mereka mencoba mendekat sedari tadi, pengawal Sunoo yang memiliki tubuh kekar menahan mereka.

"Lepasin gue! Kak Yoongi!"

"Ini akibatnya kalo lo lihat yang seharusnya lo ga liat, dan seharusnya lo ga pernah ikut campur dari awal," kata Sunoo datar. Mata rubahnya tak bergeming sedikit pun, menatap Yoongi yang masih hidup meskipun tusukan pada matanya sangat dalam.

"Sun-Sunoo, be-berhenti l-lakuin ini. Masa lalu lo, g-ga akan berubah meskipun l-lo bunuh k-kita semua. Lo pikir, e-elo pikir kalo kita semua mati, masa depan lo bakal lebih baik? Meskipun ada orang-orang kayak Haruto, Jungkook, Jay, bahkan Sunghoon sekalipun di hidup lo, i-itu ga merubah apapun. Y-yang ada, lo bakal kesepian, Sunoo," Yoongi berkata terbata-bata. Tenaganya untuk lari mungkin sudah habis, tapi dia masih sanggup jika sekedar bangun. Ia menahan perih di matanya, darahnya mengalir deras dari mata kirinya.

Sunoo terlihat merenung, ia diam mematung tanpa kata. Memikirkan kata-kata Yoongi yang membuatnya bingung. Namun setelahnya ia sudah memutuskan sesuatu.

"Kalau gitu, gue bisa lepasin kalian. Termasuk kak Yoongi,










Asalkan Sunghoon tetap di sini."

The Neighbors [BTS,TXT,& Enhypen] || Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang