8

37 5 0
                                    

«9 mati, 9 tersisa»

"Ibu is calling..."

Buru-buru Taehyung menjawab panggilan video itu, dan terlihatlah wajah ibunya dengan sebuah pisau yang hampir mengenai lehernya. Pria itu mengeraskan rahangnya karena amarahnya memuncak, kepalan tangannya yang mengerat memilih untuk meninju rahang pembunuh Jay di sampingnya.

"Udah gue bilang, 'dia' bakal lakuin apapun biar lo masih di aturan main yang dibuat," kata pelaku itu mengusap rahangnya yang habis dipukul dengan pasrah.

"Taehyung-ah, Ibu harap kamu jangan lakuin itu, Nak. Biarin aja Ibu yang mati, kamu gausah khawatir. Hidup kamu masih panjang, Taehyung-ah," ucap Ibu Kim tersenyum dari seberang ponsel. Ia sedang bersandar di headboard ranjang rumah sakit, orang suruhan pelaku itu semakin menekan pisau ke arah lehernya.

"Nggak bu, setelah ini ibu bakalan sembuh, jadi aku mau ibu tetap hidup sehat seterusnya. Maafin Taehyung ya, Bu. Aku ngga dengerin omongan Ibu kali ini. Maafin Taehyung, Bu."

"Lo bisa lepasin Nyokap gue sekarang. Gue bakal lakuin itu," kata terakhir Taehyung langsung mematikan panggilan video itu. Setelahnya, ia membuka pintu apartemennya untuk keluar.

"Bang, gue harap lo beneran menuhin janji lo."

blam!

Pintu tertutup, menyisakan pembunuh Jay di dalam apartemen Taehyung. Ia hanya bisa menatap sendu ke pintu itu, merenungi kalimat terakhir Taehyung padanya.

🏢

Krak!

Ibu jari Jimin baru saja terpotong dengan pemotong kenari yang sempat pembunuh Jay masukan ke saku mantel Taehyung. Pria setinggi 178 cm itu menghela napas melihat jasad sahabatnya membeku, lalu ia memasukkan jempol yang telah patah itu ke dalam sakunya. Darah Jimin tidak mengucur deras dari ibu jarinya, menandakan ia benar-benar mati.

"Gue minta maaf, Jimin," ucapnya meski tahu Jimin telah tiada. Ia berjalan ke arah balkon kamar sahabatnya itu perlahan. Setelahnya, Taehyung membuka pintu kaca balkon, dan hidungnya langsung menghirup petrichor. Membuatnya merasa nyaman dengan angin kecil yang menerpa wajahnya.

Taehyung menatap ke bawah, ia mengira-ira tempatnya jatuh adalah di atas semak kecil. Meski hanya berada di lantai 3, ketinggiannya cukup untuk membuat orang sekarat. Ia kembali menghirup napas dalam, menyiapkan dirinya untuk menjatuhkan diri ke bawah sana.

Perhatian Taehyung tiba-tiba teralihkan pada balkon tepat di bawah kamar Jimin, ia tahu betul balkon milik siapa itu. Ia mengambil ponsel dari saku celananya, mengetikkan sesuatu dan mengatur sebuah pengingat pesannya. Selanjutnya, ia naik ke pembatas balkon melempar ponselnya tepat ke pot tanaman di sebuah balkon kamar lantai 2 itu. Ia menghela napasnya kasar, perasaan leganya akhirnya tersalurkan. Tak lama, ia menjatuhkan dirinya dari balkon apartemen Jimin itu.

"Gue harap, lo nemu hape itu, Taehyun."

🏢

Tidak ada yang mendengar atau melihat Taehyung jatuh saat itu, kecuali satu orang, Min Yoongi. Dia hanya termenung di balkon kamarnya karena tak bisa tidur, tangannya memegang pembatas balkon dengan erat. Sesekali ia menghela napas kasar dan mengumpat pelan, tak lama ia mengusap wajahnya kasar. Tangannya lalu kembali ke posisi semula, lagi-lagi memegang pembatas balkon.

Ia sedang merasa kesal karena tidak bisa melindungi para tetangga apartemennya yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri. Hoseok dan Heeseung yang menghilang, Namjoon, Soobin, Yeonjun, Beomgyu, Jay, dan Ni-ki yang meninggal dengan mengenaskan, membuat produser musik itu merasa amat bersalah.

Umpatan kecil keluar dari mulut Yoongi, ia menoleh ke kanan karena ekor matanya menangkap seseorang. Ia melihat Taehyung yang berada di balkon Jimin, balkon itu berjarak dua kamar dari miliknya. Matanya yang sipit itu membulat ketika Taehyung melompat dari sana hingga berbenturan dengan tanah, menimbulkan banyak darah di sekitar tubuhnya. Cepat-cepat Yoongi masuk ke kamar apartemennya, berlari keluar apartemennya dengan tak lupa menyambar sepatu dan mantelnya.

Yang Yoongi pikirkan saat ini adalah menyelamatkan Taehyung yang mungkin masih bisa hidup secepat mungkin. Ia membenahi sepatunya yang tak nyaman sambil berusaha berlari ke arah lift. Namun belum sempat Yoongi mencapainya, listrik seluruh gedung tiba-tiba mati.

"Brengsek!" teriaknya, ia berusaha meraba mantelnya mencari ponsel. Untung saja dia belum memindahkannya, ia menghidupkan lampu senter lalu berlari ke tangga darurat yang ada di ujung lorong yang berlawanan dengan lift. Saat sudah membuka pintu tangga darurat itu, Yoongi malah mendengar langkah seseorang yang tepat berada di belakangnya. Namun saat berbalik, orang itu meninju wajahnya hingga dirinya terjatuh ke ujung tangga, tepatnya di depan pintu darurat lantai dua.

Dengan susah payah, Yoongi bangkit berpegang pada tembok sebelah kirinya. Dalam gelap ia mengarahkan sinar ponselnya ke seseorang yang mendorongnya tadi, sesekali ia meringis karena seluruh tubuhnya terasa sakit. Ia sangat terkejut ketika mendapati seseorang yang tidak terduga telah mendorongnya.

"Hai kak Yoongi!" sapa pelaku itu dengan senyuman yang ceria.

"Lo...Lo pelakunya?!"

"Iyalah, kenapa ga yakin gitu? Oh, lo anggep gue lemah ya? Yaudah deh, lo berarti pantes mati setelah ini, kayak Heesung hahaha,"  jawab pelakunya dengan senyumannya yang berubah menjadi seringaian.

"Lo harusnya ngomong gitu ke diri lo sendiri!" teriak Yoongi baru menaiki dua anak tangga ke arah orang yang mendorongnya. Tiba-tiba sebuah tongkat baseball melayang ke belakang kepalanya, hingga membuatnya terjatuh lagi. Dari kepalanya mengalir deras darah segar akibat pukulan keras itu.

"S-semuanya, maafin gue," kata Yoongi lirih sebelum dia kehilangan kesadarannya.

Tak lama pencahayaan kembali, pertanda bahwa listrik kembali mengalir ke gedung No More Tears. Terlihatlah dua orang yang menyerang Yoongi mendekat ke arah tubuh yang sudah tidak bergerak itu.

"Kita apain Kak Yoongi? Kayaknya udah ga napas nih," tanya salah satunya menendang kecil tubuh Yoongi.

"Kita buang aja ke semak-semak belakang gedung. Ga bakal ada yang tahu juga," jawab rekannya.

"Kenapa bunuh dia? Bukannya dia gaada hubungannya sama sekali sama semua dendam kita?" tanya orang tadi sambil mengangkat tubuh Yoongi.

"Kak Yoongi itu peka dan pinter buat tahu kalo kita pelakunya, dengan kata lain dia ancaman buat kita."

The Neighbors [BTS,TXT,& Enhypen] || Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang