9

30 3 0
                                    

«10 mati, 8 tersisa»

Hanya tersisa beberapa orang saja di gedung apartemen No More Tears, mereka berkumpul di apartemen Sunghoon kali ini. Mereka telah menemukan jasad Taehyung tadi pagi, makanya Seokjin sebagai yang tertua mengumpulkan semua penghuni yang tersisa untuk berdiskusi.

"Kak Jin, udah ada 8 orang yang mati, dan kak Hoseok, bang Heeseung, dan kak Yoongi juga hilang. Kita harus gimana lagi? Kita ga bisa terus-terusan nunggu giliran kita buat mati, Kak!" ucap Jungwon membuka kesunyian di ruang tamu Sunghoon.

"Bukannya makin sedikit yang tersisa, itu berarti pelakunya semakin jelas ya, Won? Harusnya bentar lagi ketemu dong pelakunya," kata Jake yang tiba-tiba menyahut, pandangannya menatap tajam ke Taehyun.

"Maksud lo apa bilang gitu?! Lo nuduh gue?" sewot Taehyun menatap datar ke Jake.

"Udah jangan pada berantem dulu anjir! Sekarang gue tanya, ada yang udah ketemu sama Jimin?" Seokjin menengahi perdebatan singkat itu. Penghuni lainnya hanya menggeleng, membuat ia memijat pelipisnya karena pusing menemukan solusi masalah mereka. Biasanya jika ada masalah, pasti ada Yoongi atau Namjoon yang menemukan solusinya, tapi sekarang mereka semua udah mati.

"Kayaknya, bang Jimin latihan sampe pingsan deh bang, dia sering ngelakuin itu, kan? Setau gue, dia itu workaholic. Jadi mungkin dia semalaman ngurung diri buat latihan," sahut Jungkook. Memang dirinya sering bertanya kenapa Jimin sering tidak terlihat keluar selain bekerja, dan ternyata Jimin latihan di dalam apartemennya selama berjam-jam.

"Tapi gue ga yakin dia baik-baik aja sih, bang. Soalnya kalo lagi stres, dia milih buat latihan ketimbang healing. Makanya kesehatannya sering drop," lanjut Jungkook.

"Kalo gitu, gue bakal panggil tukang buat ngebongkar pintu apartemennya Jimin. Perasaan gue ga enak soalnya, gue takut dia kenapa-kenapa," ujar Seokjin.

🏢

Setelah mereka berhasil membongkar pintu apartemen Jimin, langsung tercium bau asap mobil yang masih tersisa di dalam sana. Membuat mereka terbatuk-batuk dan merasa mual, namun yang membuat mereka semakin mual adalah Jasad Jimin yang masih tergeletak di tempat yang sama dengan bau anyir darah dari ibu jarinya. Mereka memilih meletakkannya di gudang yang sama dengan jasad lainnya.

Di sisi lain, Sunoo dan Jungwon berjalan menyusuri lorong menuju kamar mereka di lantai satu. Mereka dilarang ikut ke gudang, makanya sekarang mereka berjalan menuju kamar mereka masing-masing.

"Bang, menurut lo...siapa pelakunya?" pertanyaan Jungwon membuka percakapan mereka. Ia sangat cemas pada sesuatu, tapi tak tahu apa itu.

"Menurut gue? Gue gatau, won. Gue pasrah aja, mau gue mati atau nggak," jawab Sunoo, sorot matanya menjadi sendu.

"Kok gitu?"

"Pelakunya cuman mau kita semua mati, Jungwon. Dia pasti psikopat gila yang udah rencanain ini dari awal. Jadi, walaupun gue mati sekalipun, bisa jadi ini emang takdir gue. Makanya gue tetep hadapi meski akhirnya gue mati, Won."

"Lo bukan kayak bang Sunoo yang gue kenal, bang Sunoo selalu optimis dan ga gampang nyerah sama sesuatu," ucap Jungwon lirih. Ia menatap Sunoo dengan tatapan tidak bersahabat. Sunoo mengedikkan bahunya cuek.

"Oh ya, lo kan tadi tanya, menurut gue siapa pelakunya, kan? Menurut gue, pelakunya elo, Jungwon."

"Gue? Lo juga nuduh gue bang?" tanya Jungwon mengerutkan dahi, ia tidak mengerti arah pernyataan Sunoo yang tiba-tiba menuduhnya.

"Oh, udah ada orang lain yang curiga selain gue ya, Won?" kata Sunoo menatap laki-laki kelahiran 2004 itu sinis.

"Iya, kak Hueningkai dan orang yang 3 hari ini neror gue dengan spam chat dan bilang kalo gue pelakunya," ujar Jungwon dengan jujur.

"Gue sendiri ga yakin gue pelakunya, tapi gue sering lupa suatu kejadian dan dapet halusinasi bisikan buat bunuh diri, bang," lanjutnya.

"Orang yang sering halusinasi juga bisa bunuh orang, Won. Jadi, lo mau nyerahin diri lo sekarang? Udah ketahuan kalo lo pelakunya," ucap Sunoo memastikan panggilan suaranya dengan Jake masih tersambung sedari tadi. Jadi, jika Jungwon macam-macam padanya, Jake dan yang lainnya bisa segera menyelamatkan Sunoo.

"Gue bukan pelakunya, bang Sunoo! Gue sakit mental, bukan gila suka bunuh-bunuh orang! Lepasin gue gak?!" Jungwon mulai berteriak saat Sunoo mulai menarik tangannya. Entah kemana tujuannya, tapi itu sudah cukup membuat Jungwon sangat panik.

"Banyak kok pasien skizofrenia yang jadi psikopat, Won. Gue mau ngajak lo ke rumah sakit jiwa, biar lo bisa ditanganin. Dengan begitu, semua masalah bunuh-membunuh di apartemen ini selesai," kata Sunoo menjelaskan. Ia masih memaksa Jungwon untuk ikut dengannya.

"Lo kenapa sih Bang? Kok lo dengan gampang menyimpulkan kalo gue pelakunya?"

"Kak Hueningkai udah jelasin ke kita semua, dan mereka jadiin gue pancingan biar lo segera ngaku!" jawab Sunoo.

"Jadi lo semua beneran nuduh gue? Oke, gue bakal jadi pelakunya! Y'all better run, b*tch!" pekik Jungwon memberontak, lalu mengeluarkan pisau lipat yang sedari tadi ia simpan. Ia melukai tangan Sunoo yang menarik tangan kanannya, lalu berlari berlawanan dari arah ke kamarnya.

"Shit, bang Jake! Jungwon kabur ke arah lobi!" Setelah Sunoo mengumpat, ia mengangkat ponselnya menggunakan tangan kiri, ia berbicara dengan Jake karena telponnya masih tersambung.

Selain gudang, basemen juga digunakan sebagai tempat parkir. Oleh karena itu mereka keluar dari gerbang basemen untuk mengejar Jungwon yang telah berlari keluar lobi apartemen.

"Jungwon! Berhenti lo!"

"Taksi!" Jungwon melambai pada taksi untuk segera berhenti, ia semakin panik saat penghuni lain semakin dekat.

Dor!

Belum sempat Taksi itu berhenti, Jungwon jatuh tergeletak dengan darah yang tak berhenti mengalir dari punggung kirinya. Sebuah peluru dari pistol revolver menembus hingga ke jantungnya, membuat Jungwon seketika mati begitu saja. Sunghoon menyadari bahwa peluru itu berasal dari salah satu penghuni yang ikut mengejar Jungwon, dan dia adalah-Seokjin.

The Neighbors [BTS,TXT,& Enhypen] || Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang