16

35 3 0
                                    

Second game, hunt the Leader's hint, 2nd floor of No More Tears
(permainan kedua, berburu petunjuk Si Pemimpin Game, lantai 2 No More Tears)

.
.
.

"B-bang Yeonjun!" Taehyun menahan tangis yang hampir pecah melihat Yeonjun tergeletak di sana. Benar seperti kata Yeonjun, dia akan melindungi Kai dan Taehyun. Hueningkai yang terikat rantai di kursi juga tentu melihatnya, ia hanya bisa menangis sesenggukan.

Sebuah tepukan di bahu membuat Taehyun mengalihkan perhatiannya sejenak dari jasad Yeonjun yang bersimbah darah pangkuannya. Ternyata penjaga yang sempat ia suap tadi adalah Yoongi!

"K-kak Yoongi? Kakak masih hidup?"

"Iya, gue masih hidup. Maaf gue gabisa nyelamatin Yeonjun, dia tiba-tiba lari ke arah lo. Tapi lo gausah nangis, dia pasti bangga udah nyelamatin adeknya. Lo juga cowo anjir! Malu sama otot! Lo mau nyelamatin semua penghuni lain, kan?"

"Iya, Kak." Taehyun melepaskan jasad Yeonjun untuk dibawa oleh beberapa penjaga yang datang. Laki-laki itu mengusap mata dengan hoodie hitam yang dipakainya, ia berjalan mendekati Hueningkai untuk melepas ikatannya.

"Bentar ya, Kai, gue lepas pelan-pelan dulu."

Yoongi hanya tersenyum kecil melihat persahabatan itu, ia jadi ingat dia dan tetangganya juga berteman dekat seperti mereka. Namun setelah Yoongi dan tetangganya sukses, mereka menjadi tidak sedekat dulu. Tak lama lamunan itu terhenti saat suara Kai menginterupsinya.

"Kak, sebelum kita bahas soal rencana selanjutnya, Kai boleh nanya gak kakak kemana aja selama ini? kenapa kakak bisa nyamar jadi penjaga di sini?" tanya Kai bertubi-tubi.

"Gue sekarat karena dikeroyok, mereka mukul belakang kepala gue pake tongkat baseball. Gue juga dibuang ke semak-semak belakang gedung, saat gue bangun gue liat jasad Heesung yang membusuk. Gue mual dan pengen nangis liat keadaan dia yang mati kayak gitu, tanpa bibir dan dibuang seenaknya. Rasanya gue bener-bener marah sama mereka semua."

"Namun dari itu semua, gue bersyukur masih hidup dan mereka ga ambil ponsel gue. Jadi gue hubungin bokap gue dan dia setuju bantuin gue, makanya ada 1-2 penjaga yang jadi informan sekaligus bodyguard gue di sini. Gue nyamar dengan nyogok kepala penjaganya, gue kasih dia duid lebih gede dari yang bang Seokjin kasih. Dan ternyata dia mau. Udah gitu aja," sambung Yoongi melanjutkan penjelasannya.

"Ngomong-ngomong, Hyun. Lo kan dari lantai 3, boss gamenya siapa?"

"Kak Hoseok," jawab Taehyun datar.

"Hah?!" pekik Hueningkai di samping terkejut. Yoongi juga membuat raut wajah kaget seperti tidak percaya bahwa Hoseok juga pelakunya. Tapi setelah mengingat sesuatu dia berkata, "oh pasti karena adeknya ya? Karena kita sekantor, dia sering cerita ke gue kalo adeknya itu manis banget dan dia juga pernah ngomong kalo adeknya depresi lalu meninggal."

"Ya, gue tahu. Dia juga curhat ke kak Taehyung, bahkan gue kaget saat di ponselnya dia bilang yang bikin depresi adeknya kak Hoseok itu kak Jimin, kak Namjoon dan kak Jungkook. Lalu adeknya itu meninggal karena dibunuh Jay, kasian banget cewek itu," kata Taehyun kembali menjelaskan. Ia kembali melihat raut terkejut pada Yoongi dan Kai.

"O-oke, mending kita bikin rencana aja, karena eskalatornya mati otomatis kita harus lewat tangga darurat ke lantai 1. Nah, disana gue dapet info kalo boss gamenya bener-bener kejam. Gue denger dia ngebunuh temen seumuran lo dengan busur sama pisau berkarat." Penjelasan Yoongi mengalihkan topik dari adik Hoseok, Lee Dawon. Tapi itu membuat Taehyun dan Hueningkai terkejut bukan main.

"D-damn," umpat dua orang itu lirih. Mereka sedikit beringsut takut. Tanpa menghiraukan mereka, Yoongi bertanya, "Jadi sekarang kita punya senjata apa aja?"

"Kita punya Ak47, tombak, pisau lipat, pisau dapur, Magnum kak Yoongi dan Hueningkai, trus dua revolver punya gue—"

"–Wait, lo dapet dari mana tu revolver anjir?" tanya Kai yang keheranan. Bagaimana bisa seorang anak 17 tahun punya senjata api?

"Bokap gue, dia bilang harus jaga-jaga kalo ada saingannya yang mau bunuh  atau buat jahat ke gue. Makanya secara legal atas nama bokap, tapi dia kasih ke gue." Yoongi dan Kai hanya mengangguk.

"Yaudah, kalo gitu. Kalian udah siap buat bertahan hidup, kan?"

🏢

Third Game, Hide and Seek, 1st Floor of No More Tears
(Permainan Ketiga, Petak Umpet, Lantai 1 No More Tears)

Jake terus berlari setelah menendang si Boss Game, ia berlari keluar unit apartemen pertama lalu berlari ke tempat Sunoo. Ia tidak menemukan Sunoo di manapun, tapi Jake juga tak terlalu menghiraukan karena keadaan dirinya yang panik. Ia berlari ke dapur, berniat membuka kulkas dan bersembunyi di dalamnya.

Pada beberapa detik awal dia tak mendengar apapun, kegelapan tengah malam membuatnya bisa meraba kesunyian unit apartemen itu. Sedikit beruntung ia masuk ke dalam kulkas, ia tidak merasa dingin karena listrik di seluruh lantai 1 yang mati. Ia meraih ponsel di sakunya, berusaha menghubungi polisi tapi sinyal gedung No More Tears sangat buruk.

Jake berakhir menghidupkan senter dari gawainya itu. Hawa yang mulai gerah membuatnya sedikit bergerak, ia tak sengaja menyenggol toples bening di  sampingnya. Ia iseng melihat isi toples itu, awalnya ia pikir itu teh yuzu yang telah basi. Namun ia salah sangka, di dalam toples itu adalah bibir Heesung yang diawetkan dengan lilin. Jake merasa mual, ia keluar tergesa-gesa dari tempat persembunyiannya itu. Jake beranjak menuju wastafel dapur untuk memuntahkan isi perutnya.

Tunggu, kenapa dia bisa lihat wastafel?—

Jake menyeka ujung bibirnya, ia pikir semua makan malamnya kemarin sudah ia keluarkan. Tapi saat ia mendongak dan menatap sekitar, ia kembali merasa pusing dan amat mual. Dengan cahaya lampu yang baru saja hidup kembali, Jake melihat banyak bangkai kucing dan sedikit anggota tubuh manusia menggantung di tembok dapur.

"Gimana? Cantik ga karya gue?"

The Neighbors [BTS,TXT,& Enhypen] || Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang