20. Epilog

53 5 0
                                    


"Kalian bisa pergi dan bawa kak Yoongi ke rumah sakit secepatnya, tapi kalian jangan harap bisa lapor ke polisi sedikitpun. Atau milih pergi dan lihat kak Yoongi mati di sini dengan tragis dengan mata kalian sendiri? Setelah itu kalian yang mati."

"Pilih mana hm?" Sunoo berujar dengan melipat tanganya di depan dada, menatap angkuh tiga orang jauh di depannya. Membuat ketiganya meremang takut salah langkah.

"K-kak Yoongi," Kai takut-takut menatap Yoongi yang kembali terlentang. Ia kehilangan kesadarannya setelah memaksakan bangun.

"G-gue udah ambil keputusan! Biarin mereka pergi, dan gue bakal sama lo!" Sunghoon meremat tangannya yang berkeringat. Teriakannya dibumbui keraguan, terlihat dari keringat dingin di dahi dan tangannya.

"Hoon! Lo yakin?" Taehyun menatap Sunghoon tidak percaya.

"G-gue yakin! Kalian lebih baik bawa kak Yoongi s-sebelum dia berubah pikiran!"

Sunoo menatap senang pada Sunghoon, setidaknya pilihan yang ia buat menguntungkan dirinya.

"Bagus, kak Hoon! Seenggaknya, gue bakal pergi setelah nyiksa lo! Haha."

Sunghoon hanya terdiam, ia tentu tak ingin mati secepat ini. Tapi dia ingin berkorban demi teman-temannya. Dia mendekat ke arah Yoongi dan Sunoo di depannya, langkahnya sangat berat meski berusaha yakin dengan pilihannya.

"Kai lari!" teriakan Taehyun menggema di lantai itu. Kai berlari sekuat tenaga saat ada kesempatan lepas dari pengawal Sunoo. Bahkan jalan keluarnya tak ada yang menjaganya sekalipun. Meski begitu, penjaganya reflek berlari berhamburan ke arah Kai.

"Gue gak peduli. Setelah bunuh lo, semuanya udah selesai." Sunoo mengacungkan Magnum-nya ke arah Sunghoon. Ia sangat fokus pada kakak sepupunya itu, bahkan tak menyadari bahwa Taehyun telah membawa tubuh Yoongi menjauh darinya.

"Adios, Park Sunghoon!"

Dor! Dor! Dor!

Sunoo berhasil melepaskan tiga tembakan, namun sayang mereka semua meleset meski arahnya benar ke Sunghoon. Ia terlambat menembak sekian detik, karena kalah cepat dari Yoongi yang sudah ada di depan Sunghoon. Kejadiannya terlalu cepat, tapi dalam bayangan Sunghoon tubuh di hadapannya bergerak lambat terjatuh dalam dekapannya. Diikuti oleh matanya yang mengabur, ia kehilangan kesadarannya.

Taehyun jatuh bersimpu disangga lututnya, ia meneteskan air matanya. Tak sanggup berucap sedikitpun. Sementara Kai baru kembali dengan bersama rombongan polisi, ia mematung dan terjatuh di atas lututnya. Menangis dengan keras, hingga ia menutup wajahnya karena tak sanggup melihat Yoongi.

Sunoo sendiri masih mengangkat senjatanya, ia menjatuhkannya setelah polisi menangkapnya. Ia dipiting dan langsung ditarik ke luar basemen.

"Lo bakalan mati, Park Sunghoon! Suatu saat nanti lo bakalan mati di tangan gue sama kalian semua! Camkan itu! Sialan!"

Begitulah akhir dari No More Tears.

🏢





"Haaah!"

Sunghoon tersadar dari tidur panjangnya, dia terbangun di atas ranjang rumah sakit. Di sebelah kanannya ada gorden putih tipis yang melambai terkena angin, sinar bulan purnama menembus hingga masuk ke ruangannya. Ia memalingkan muka ke arah samping kirinya, ada Taehyun dan Kai yang tertidur di ranjang lainnya. Mereka terlihat tidur dengan tenang.

Beberapa saat kemudian, seorang perawat dengan seragam putihnya masuk tanpa mengetuk pintu ruangan itu. Meski gelap dan hanya diterangi sinar bulan, ia tau sosok itu adalah perawat wanita berambut hitam sebahu.
Perawat itu terlihat sinis hingga sebuah senyuman terbit di wajah itu, Sunghoon hanya mengernyit bingung. Bukankah ini waktu istirahat pasien? Kenapa ada perawat di jam-jam seperti ini? Memangnya ini jam berapa?

"Ya, memang ini harusnya jam istirahat kamu, Sunghoon. Lagipula aku bukan suster di sini, aku hanya menyelinap masuk untuk membawakan obatmu. Sekarang sudah tengah malam," kata perawat itu datar. Sunghoon membelalakkan matanya terkejut, apa pikirannya baru saja dibaca? Bagaimana wanita itu tahu?

"Kamu mengatakannya terlalu keras di dalam hatimu, tentu aku bisa mendengarnya. Ngomong-ngomong, bukankah sulit menghadapi kenyataan?" ucap gadis itu selesai meletakkan nampan berisi obatnya.

"Adikmu sendiri ingin membunuhmu, orangtuamu lebih menyayangi harta mereka ketimbang  kamu, beberapa temanmu brengsek dan bajingan, dan sedangkan kamu sendiri serakah dan munafik. Lalu saat kamu yang penuh dosa ini malah menawarkan untuk dibunuh, malah temanmu yang mati, hihihi," lanjutnya tertawa menyeramkan.

"Apa maksud Lo? Gue ga kenal lo, jangan sok tau ya!" ketus Sunghoon sedikit marah.

"Oh kenalan dong! Namaku—eh di seragam ini bukan namaku, aku hanya meminjamnya hahaha. Namaku Lavender, senang bertemu denganmu," lagi-lagi gadis—Lavender hanya tersenyum.

"Hidupmu menyedihkan sekali, mau aku mengubahnya?" lanjutnya mengangkat tangannya mengajak Sunghoon berjabat.

"Jangan gila, ini bukan mimpi yang bisa lo ubah seenaknya!" Sunghoon menjadi merasa tidak nyaman dengan Lavender. Gadis aneh itu menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dimengerti.

"Oh, mau aku mengubahnya menjadi mimpi? Baiklah~ saatnya bangun dan menghadapi kenyataan Sunghoon!"

...

"Huah!"

Sunghoon terbangun dengan peluh sebiji jagung di dahinya, ia terbangun di atas ranjang apartemennya yang nyaman. Kakinya tergelung selimut dengan apik, bahunya tiba-tiba memberat membuatnya bersandar ke kepala ranjang. Ia mengusap wajahnya kasar, dibuat bingung dengan keadaannya sekarang. Ia menekuk kedua kakinya, lalu mengalungkan tangannya ke lutut. Desahan frustasi terdengar setelahnya,
Ia merasa bingung saat ini. Apa yang terjadi? Bagaimana mungkin semua itu mimpi?

Ia mengangkat wajahnya, lalu memalingkannya ke kiri. Tirai putih besar dengan cahaya matahari malu-malu mengintip di sebaliknya. Waktunya sudah sangat pagi, hari apa sekarang? Ia menemukan ponselnya di nakas, memperhatikan jam digital di dalamnya. Pukul 7 pagi, dan hari ini hari jumat. Tanggal yang sama saat Haruto ditemukan tewas, apa artinya dia kembali ke masa lalu? Atau memang semuanya hanya mimpi?

Tok! Tok! Tok!

Seorang gadis masuk dengan seragam sekolah yang sama dengannya, gadis berambut hitam sebahu itu lagi. Lavender.

Tunggu bukankah dia tinggal sendiri? Bagaimana dia bisa masuk?

"Selamat pagi, Sunghoon! Aku asisten pribadimu mulai sekarang, dan aku akan membimbingmu, hihihi!"

The neighbors officially end.
Lavender.

🎉 Kamu telah selesai membaca The Neighbors [BTS,TXT,& Enhypen] || Revisi| 🎉
The Neighbors [BTS,TXT,& Enhypen] || Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang