"Jay!"
Jayden tersentak di bangku semen itu seiring tepukan keras di bahunya. Di sampingnya, berdiri Zaki dengan raut kesal. Agaknya ia tak sabar menunggunya, hingga memutuskan untuk menyusul.
"Astaga. Gue pikir ngapain lo lama banget di sini. Ternyata malah bengong sendirian. Terus, gak jadi motret?" cerocosnya tanpa henti bak kereta api.
Memotret. Jayden sampai lupa tujuannya berada di situ. Ia pun sudah tak berkeinginan untuk melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Lagi pula, posisi matahari sudah agak tinggi, membuat bayangan-bayangan memendek.
"Gak jadi, Zack. Kapan-kapan aja," ujar Jayden sambil berdiri. Ia menggulung kabel headset itu hingga tak tampak berantakan. Ia kemudian mulai melangkah, diiringi Zaki.
"Itu headset siapa?" cetus Zaki kala melihat benda putih di tangan sahabatnya.
"Cewek yang tadi."
"Kok bisa ada di elo?"
Jayden tak menjawab.
"Naaa .... Bener, 'kan? Lo pakai nyolot pasti," tuduh Zaki.
Lelaki tegap itu masih diam.
"Gue bilang juga apa, sob. Jangan pakai ...."
"Dia cacat, Zack. Gue gak tega," potong Jayden.
"Cacat?" Mata bulat Zaki membeliak. "Cacat gimana maksud lo?"
"Bisu-tuli."
"Lo yakin dia bisu-tuli? Atau cuma settingan, biar lo ngerasa bersalah?"
"Yakin lah. Tadi ada anak kecil yang datangin dia dan mereka ngomong pakai bahasa isyarat."
"Astaga," Zaki mendesah sebelum memasuki mobil Jayden. "Terus mau lo apain tuh headset?" tanyanya, menunjuk benda itu dengan dagunya.
"Belum tau," jawab Jayden singkat seraya meletakkan headset itu di jok belakang dengan hati-hati. "Cuci mobil dulu ya, Zack, sambil minum," ajaknya kemudian, mengalihkan topik.
"Oke," Zaki mengiakan.
*
Rania buru-buru pulang begitu Bintang datang menjemput. Bocah perempuan itu bilang, Dyah punya firasat buruk tentangnya. Namun daripada kekhawatiran sang bunda menjadi-jadi, ia memilih pulang dan mencoba menenangkannya.
"Nanti ke sungai 'kan, Kak?" tanya Bintang sebelum mereka berpisah.
Rania mengangguk. Dengan bahasa isyarat, ia menambahkan, "Tunggu di sana sama Bunga dan Ilham. Nanti kakak nyusul."
Senyum bocah cilik itu pun mengembang. "Oke, Kak." Ia lalu melambaikan tangan sebelum meninggalkan Rania.
Gadis itu berbelok, memasuki pekarangan rumah. Dan hampir saja ia terlonjak melihat jarak Dyah yang sudah begitu dekat dengannya. Rautnya tampak cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Pictures of the Imperfections
Romance[Romance] Mengidap OCD sejak sekolah menengah, Jayden benci bila nasi di piringnya bercampur dengan sayur. la benci bila pakaian di lemarinya tidak tersusun sesuai warna. la benci bila piring-piring di raknya tidak terurut dari yang berukuran kecil...