Perbedaan usia Fiona dan Jayden terpaut enam tahun. Sang adik masih berusia sebelas tahun ketika kakaknya pertama kali berangkat ke Amerika untuk berkuliah. Dan Fiona yang sempat bekerja sebagai kurator di galeri lokal--dan memutuskan pulang ketika Lisyana memintanya menjadi direktur galeri yang baru--tak pernah tahu apa yang terjadi pada adiknya.
Setahun yang lalu, sekembalinya gadis ini ke kampung halaman, ia tak mencurigai apa pun saat diberi tahu, Jayden sudah pindah ke apartemen. Namun ketika ponsel Lisyana selalu berdering tepat pukul 07.00 dan Jayden adalah peneleponnya, ia baru menyadari ada sesuatu yang tidak beres pada adiknya. Apalagi saat ia menghitung, mama selalu menjawab panggilan itu setelah deringan ketiga.
Dan pagi itu, untuk memperkuat kecurigaannya, ia pura-pura memperhatikan ponselnya sendiri. Sementara telinganya menguping pembicaraan mama dengan Jayden.
"Halo?" sambut Lisyana setelah menjeda olahraganya. Napasnya pun masih terengah.
" .... "
"Pagi, sayang. Mama lagi di treadmill. Kamu udah sarapan?"
Obrolan yang sama.
"Good. Apa rencana kamu hari ini?"
" .... "
"Sama Zack?"
" .... "
"Oke. Hati-hati di jalan, jangan makan sembarangan dan jangan lupa bawa saputangan ya, sayang."
Dan begitu Lisyana memutus sambungan telepon, Fiona meninggalkan ponselnya dan memberanikan diri bertanya, "Mama ngerasa ada yang aneh gak, sama Jay?"
Wanita anggun itu urung kembali ke atas treadmill. Kulit wajahnya yang masih terlihat kencang bukan hanya berhasil menutupi usia sebenarnya, tapi juga ekspresinya saat mendapatkan pertanyaan seperti itu dari putri sulungnya. "Aneh gimana maksud kamu?"
"Setiap hari, setiap jam yang sama, dia selalu nelepon Mama. Yang dibahas sama, pula."
Lisyana tak langsung menjawab. Ia malah mengalihkan penglihatannya ke arah bagian dalam rumah dari teras belakang tempatnya berolahraga dan menikmati sarapan. "Mbok! Mana jusnya?" serunya.
"Ya, Bu!" balas Mbok Atun, salah satu asisten rumah tangga yang sudah bekerja di rumah besar itu selama puluhan tahun.
"Kamu nguping, ya?" lanjut Lisyana seraya mendudukkan diri di seberang sang putri.
"Tadinya Fi gak mau nguping. Tapi kalau setiap jam yang sama Jay selalu nelepon, Fi 'kan jadi curiga juga," dalih Fiona.
Kemunculan seorang wanita berusia lebih dari separuh baya menjeda percakapan ibu dan anak itu sejenak. Mbok Atun yang terlihat masih gesit, membawa nampan berisi dua gelas jus tomat dan dua mangkuk salad.
"Makasih, Mbok," ucap Fiona begitu sarapannya terhidang di hadapan.
"Kamu gak usah khawatir. Jay gak apa-apa," ujar Lisyana sepeninggal Mbok Atun dan sebelum meneguk jus tomatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Pictures of the Imperfections
Romance[Romance] Mengidap OCD sejak sekolah menengah, Jayden benci bila nasi di piringnya bercampur dengan sayur. la benci bila pakaian di lemarinya tidak tersusun sesuai warna. la benci bila piring-piring di raknya tidak terurut dari yang berukuran kecil...