19. The Flaw in Her Plan

167 42 19
                                    

Zaki gusar karena merasa dibodohi oleh Lisyana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zaki gusar karena merasa dibodohi oleh Lisyana. Seharusnya sebagian kalimat dalam poin terakhir pada perjanjian itu--'Perjanjian ini berlaku hingga waktu yang tidak ditentukan ....'--bisa ia gunakan untuk membalikkan keadaan.

Kegusaran Zaki bertambah ketika harus bergulat dengan kemacetan dan antrian gerbang tol yang panjang, apalagi di akhir minggu seperti ini. Dan ia menyalahkan si pemilik destinasi karena tempatnya tinggal hanya bisa dicapai dengan kendaraan beroda empat. Bila tidak, ia pasti lebih memilih menggunakan ojek ketimbang taksi online.

Saat meninggalkan kendaraan itu pun ia belum bisa menghilangkan kegusarannya. Bahkan perasaan itu terwakili melalui gedorannya di pintu utama rumah Lisyana. Dan sebelum pintu itu terkuak, ia berharap bisa langsung berhadapan dengan sang nyonya rumah supaya bisa menghardiknya. Namun kenyataannya ia malah mendapati kemunculan Mbok Atun yang menatapnya dengan sorot kaget.

"Jay mana, Mbok?" tanyanya seraya menerobos masuk tanpa dipersilakan.

"Den Jay belum keluar kamar dari tadi, Den," jawab wanita itu.

"Jay! Ayo, keluar! Kita pergi!" seru Zaki ke arah lantai atas.

"Hei!"

Pandangan Zaki beralih, menemukan sesosok congkak yang berdiri di ambang antara ruang duduk utama dan ruang duduk bagian dalam. Tangannya bersedekap di depan dada dan ada tatapan merendahkan di matanya. Sementara Mbok Atun buru-buru beranjak, menghilang dari ruangan itu sebelum menjadi sasaran amukan sang majikan.

"Mau apa ke sini? Kamu lupa, perjanjian itu sudah saya sobek-sobek?" decih Lisyana.

Zaki mengernyih. Sambil mengacungkan map berwarna biru di tangannya, ia membalas, "Apa Tante lupa, Tante membuat perjanjian itu rangkap dua dengan tanda tangan Tante?"

"Kurang ajar." Desisan itu merembes dari sela-sela gigi Lisyana yang mengatup rapat. "Kemarikan. Biar saya sobek sekalian," tuntutnya seraya mengulurkan tangan, meminta Zaki menyerahkan salinan perjanjian itu.

"Eits." Dengan sigap Zaki mendorong lengannya ke balik punggung, menyembunyikan map berisi perjanjian itu. "Saya bisa laporkan Tante atas perbuatan tidak menyenangkan."

"Oh ya? Dan saya bisa laporkan kamu karena menerobos rumah saya tanpa izin."

"Maaf, Tante. Saya ke sini atas undangan Jay. Itu artinya saya gak menerobos," Zaki berkilah.

"Apa?" Lisyana meringis.

Dengan senyum miringnya, Zaki melanjutkan langkah menuju tangga besar melingkar di tengah ruang duduk dalam.

"Bagaimanapun kamu sudah melanggar perjanjian itu, Zaki."

Zaki. Bila seseorang sudah memanggilnya begitu, berarti orang itu marah. Dan Zaki bisa merasakan aura itu dalam diri Lisyana.

Pemuda itu menunda pijakannya di anak tangga terbawah. "Tante gak melihat sendiri Jay makan seblak, 'kan? Dan Tante pasti juga tau, dehidrasi bisa disebabkan oleh apa aja."

✔Pictures of the ImperfectionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang