Halo semua, thanks udah mau mampir!
Entah bagaimana, aku juga gak tau, aku tiba-tiba nge-ship banget sama Satoru X Dazai ^^ dan karena aku tahu minim (hampir gak ada! huhu) asupan di internet, makanya aku buat sendiri hehe.
Jadi jujur aja aku udah gak begitu peduli, mau ada yang baca atau tidak ini fic haha, soalnya aku udh nulis ini sampe 40k 'o' (tulisan terpanjang ku, fyi) Sebagai bentuk kasih sayangku sama mereka (baca:bucin)
Penjelasan sedikit:
Semua chara BSD adalah manusia biasa, tapi mereka masih kerja di dalam agensi detektif. Sedangkan semua chara JJK masih sama kyk di anime, ada kutukan dsb.
.
.
.
Bau kue cokelat menggiurkan membuat mulut Satoru basah karena ngiler. Dia tidak sabar untuk menghabiskannya di rumah. Bukannya dia tidak bisa memakannya sambil berjalan, hanya saja sekarang adalah akhir pekan, kau tahu. Makan kue cokelat dengan secangkir cokelat panas—cokelat lagi huh—selimut hangat dan film menegangkan adalah paket lengkap yang Satoru sudah bayangkan sejak hari Senin. Intinya, sayang sekali kalau dia makan sambil jalan.
Sepanjang minggu ini adalah hari-hari yang sibuk dan melelahkan—bukan berarti dia tidak menikmati kebersamaannya bersama ketiga murid lucunya! Hanya saja dia lelah dan sedang butuh waktu sendirian untuk memulihkan diri. Apalagi akhir-akhir ini banyak kutukan yang berkeliaran dan perlu di basmi.
Sekarang ia berada jauh dari keramaian kota, sebenarnya Satoru tidak tahu persis ia di mana—mungkin pinggiran kota Yokohama. Kakinya hanya melangkah ke mana pun ia ingin, dan kebetulan menemukan toko kue dengan wangi dan tampilan yang tidak bisa ia tolak. Setelah membeli kue, ia memutuskan untuk berjalan dan menikmati sore. Jarang-jarang baginya untuk hanya berjalan kaki tanpa memikirkan apa pun—kecuali kue yang ada di tangannya. Ini hanya bagus, melihat matahari terbenam saat melintasi jembatan besar yang lenggang kendaraan.
Saat pikirannya melayang ke judul film yang akan dia pilih nanti—mungkin Titanic? Sebenarnya film itu tragis, tapi tidak ada yang bisa menolak film klasik, kan—matanya tidak sengaja menangkap siluet seseorang yang sedang memanjat batasan jembatan tepat beberapa meter di depannya. Tunggu, sedang apa dia memanjat? Satoru mencoba mendekat dan dapat di konfirmasi, orang tersebut kemungkinan sedang mencoba bunuh diri. Bagaimana mungkin! Orang tersebut berniat bunuh diri dan lagi itu di lakukan tepat di depannya!
Padahal baru beberapa detik lalu ia berpikir sekarang adalah minggu sore yang tenang dan indah. Dan sekarang bayangan itu pecah karena ada satu orang asing yang mencoba bunuh diri tepat di depannya. Bagus. Minggu sorenya hancur untuk pemandangan ini. Lalu bagaimana? Apakah dia harus mengabaikannya dan berjalan sambil lalu, mencoba menganggap hal ini tidak pernah terjadi? Tidak, Satoru yakin ia akan terus terbayang-bayang soal ini bahkan sampai keesokannya. Tapi menyelamatkannya? Bukankah itu akan merepotkan? Oke, Satoru percaya dia bukan orang jahat tapi bukan berarti dia adalah orang baik, sial lagi pula dia adalah dewa dalam tubuh manusia, dia bisa melakukan apa pun yang dia mau dan tidak akan ada yang bisa menghalangi atau pun mempertanyakan keputusannya.
Dia bisa saja mengabaikannya, tapi. Matanya kembali menatap orang asing tersebut dan satu lagi hal yang bisa ia konfirmasi.
Orang asing itu cantik.
Sial.
.
.
.
Bosan. Bosan. Bosan. Dazai bosan luar biasa. Tidak ada hal menyenangkan untuk di lakukan—sebenarnya ada pekerjaan tapi dia terlalu malas untuk menggerakkan jarinya dan memulai bekerja. Dan lagi sepanjang minggu ini benar-benar menyebalkan baginya. Kunikida terus-terusan bawel tentang pekerjaan yang selalu ia tunda—tapi Dazai tidak bisa menyalahinya—Kunikida hanya terlalu cerewet. Atsushi dan lainnya—hampir setengah anggota di kantor, sedang sibuk dengan kasus di sepanjang minggu ini—kasus misteri pembunuhan di dekat pelabuhan Yokohama. Dan itulah mengapa Dazai bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two-Headed Boy
FanfictionCrossovers: Satoru Gojo (JJK) X Dazai Osamu (BSD) Ringkasan: Ini akhir pekan, Satoru memutuskan untuk pergi keluar membeli kue. Saat matanya tidak sengaja melihat seseorang yang bersiap loncat dari jembatan setinggi 7 meter. Tentu saja dia tidak bi...