My life is brilliant
My love is pure
I saw an angel
Of that I'm sure
She smiled at me on the subway
She was with another man
But I won't lose no sleep on that
'Cause I've got a planYou're Beautiful
.
.
.
"Kamu benar-benar akan melakukannya?"
"Jika aku harus."
"Tolong jangan."
Satoru berhenti melangkah. Akhirnya melepas kacamata dan menatap langsung pada Dazai, mencari keseriusan dalam matanya dan sayangnya dia menemukannya. Dan pada saat inilah dia kembali tersadar akan satu hal, dia tidak ingin lagi merasakan kehilangan. Apa lagi jika itu adalah Dazai.
Pada saat dia mendapatkan kabar dari Dazai jika dia telah menerima surat aneh dari orang tidak di kenal, Satoru jujur langsung merasa marah pada dirinya sendiri—karena, bagaimana mungkin dia tidak sadar jika ada orang yang mengikuti mereka kemarin. Hatinya gelisah luar biasa. Selama seharian dia tidak bisa berhenti memikirkan Dazai dan maksud dari surat itu, dia bahkan sampai kena tegur berkali-kali karena tidak memperhatikan saat rapat berlangsung, atau saat sedang melakukan pencarian kutukan. Hanya saja dia tidak bisa berhenti untuk merasa kalut, makanya saat jarum jam menunjukkan pukul delapan malam dia tidak bisa menahan rasa lega karena akhirnya dia dapat menjemput Dazai sesuai janji.
Jadi, bayangkan perasaannya saat dia sampai di depan kantor Dazai dan melihatnya sedang berdebat dengan orang lain—yang dia pikir adalah orang yang telah mengirim surat aneh—dia langsung saja marah dan segera memperjelas teritorialnya dengan memeluk Dazai dan menatap tajam orang di depannya. Tapi untungnya orang tersebut hanyalah polisi dan sepertinya Dazai terlihat tidak menyukainya.
Tapi itu belumlah seberapa jika dibandingkan dengan perasaannya saat dia di restoran dan menyadari bahwa orang yang mengirimi Dazai surat aneh itu adalah kutukan yang sedang mereka incar beberapa hari terakhir. Semua rasa bercampur menjadi satu ketika dia menemukan jejak energi kutukan yang cukup tipis tapi masih bisa dia rasa di atas foto itu. Dan perasaan paling menonjol di antara perasaan lain ialah rasa takut. Bukan, bukan kutukan yang dia takuti, melainkan bagaimana keadaan Dazai ke depannya. Dia bahkan tidak bisa dan tidak ingin membayangkan kemungkinan terburuknya.
Jadi wajar saja jika dia sangat tidak menyetujui ide Dazai, karena, bagaimana mungkin dia membiarkan Dazai menjadi umpan untuk mendapatkan kutukan yang bahkan dia sendiri pun sebagai penyihir selama bertahun-tahun masih memiliki kesulitan dalam memprediksikan bagaimana kutukan bersikap. Tidak ada yang benar-benar tahu apa maksud tujuan kutukan ini mengirimi Dazai surat, apa sebagai petanda korban selanjutnya atau bisa saja memang murni rasa ketertarikan. Dan sial, dia bahkan baru tahu jika kutukan bisa memiliki rasa ketertarikan pada manusia. Dan dari segala manusia di bumi ini, Dazai lah target kutukan ini.
"Aku pikir aku harus melakukannya Satoru, aku tidak bisa terus membiarkan keadaannya menjadi seperti ini."
Satoru mengerjap, tentu saja Dazai akan menjawab seperti itu. Dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak sedikit menyalahkan dirinya sendiri, karena bahkan sampai detik ini dia masih belum mendapatkan satu pun petunjuk tentang keberadaan kutukan ini. Seakan kutukan itu tidak pernah ada di Yokohama, sangat pintar menyembunyikan keberadaannya tapi anehnya, difoto itu dia masih bisa merasakan jejak energi kutukan walaupun tipis. Dan sekarang, secara tidak langsung kutukan itu malah menyeret Dazai ke dalam masalah. "Kamu bisa saja mati Dazai." Bisiknya, hampir tidak percaya dia berhasil mengucapkannya.
"Aku tahu." Tentu saja, mana mungkin Dazai tidak sadar tentang hal ini.
Percakapan mereka putus begitu saja, Satoru hanya menghela napas dan kembali berjalan dengan Dazai mengikuti di samping. Isi kepalanya berputar memikirkan apa yang seharusnya dia lakukan, tapi nihil. Karena entah kenapa Satoru merasa yakin akan percuma saja melarang Dazai, seperti kata Kunikida, Dazai keras kepala.

KAMU SEDANG MEMBACA
Two-Headed Boy
FanficCrossovers: Satoru Gojo (JJK) X Dazai Osamu (BSD) Ringkasan: Ini akhir pekan, Satoru memutuskan untuk pergi keluar membeli kue. Saat matanya tidak sengaja melihat seseorang yang bersiap loncat dari jembatan setinggi 7 meter. Tentu saja dia tidak bi...