Menyentuh laramu
Semua lukamu t'lah menjadi lirihku
Kar'na separuh aku
DirimuSeparuh aku - Noah
.
.
.
Hari minggu datang dan pergi terlalu cepat untuk kenyamanannya, pikir Satoru sambil menyeka keringat, ditambah kasus yang menyangkut Dazai masih belum ada kemajuan sama sekali. Dia menghela napas. Ternyata kutukan brengsek ini malah menjadi jauh lebih berhati-hati setelah waktu itu terpergok olehnya, dia hampir tidak bisa merasakan sedikit pun lonjakan energi dari kutukan ini.
Dia pikir, kutukan ini mungkin akan mengirimi Dazai boneka itu—entah lah, mungkin ke kantor atau ke tempat Dazai tinggal, tapi nyatanya tidak. Kutukan ini benar-benar pengecut, sungguh. Ya bukan berarti dia akan menyerah begitu saja, kutukan ini mungkin memang pandai dalam menyembunyikan keberadaannya, tapi dia akan terus mengincarnya.
Dan ada hal lain yang tambah membuatnya pusing, yakni para tetua yang mulai menekannya untuk segera menangkap kutukan itu. Hell, seenaknya saja mereka menyuruhnya. Lagi pula, sejak awal dia memang sudah membenci mereka semua dan dia yakin begitu pun sebaliknya. Tapi seenaknya saja mereka mengatur apa yang harus dia lakukan.
Kembali menghela napas, waktu dalam rapat bersama para tetua beberapa hari lalu pun, butuh semua kekuatan yang dia miliki untuk tidak langsung membunuh mereka di tempat. Karena maaf, mereka menjadi terlalu brengsek untuk seleranya.
Pencarian hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya, tidak membawa hasil. Jujur saja, ini adalah kasus ter-alot yang pernah dia tangani. Sekarang yang dia inginkan hanyalah kembali ke apartemennya di Tokyo, tentu untuk menemui Dazai. Tapi dia masih memiliki tanggung jawab di Yokohama, dan dia baru bisa pulang ke Tokyo nanti malam.
Dan wah, jika di pikir-pikir, baru pertama kali Satoru begitu ngebet ingin kembali ke Tokyo. Biasanya mah boro-boro, dia pasti akan lebih memilih untuk tinggal di asrama sekolah saja dibandingkan apartemennya. Tapi membayangkan ada seseorang yang menunggunya pulang, apa lagi itu adalah Dazai—membuatnya tidak dapat menahan diri untuk tidak merasa begitu senang.
Nah, sebenarnya bukanlah perkara yang mudah baginya saat dia meminta Dazai untuk tinggal di Tokyo. Bukannya Dazai langsung menolak tawarannya, malah sebaliknya. Hanya saja Dazai beralasan tentang pekerjaan lain yang tidak bisa ditinggal secara mendadak. Butuh waktu seharian bagi Satoru untuk mencoba membujuk dan meyakinkan Dazai untuk tinggal saja dan meminta cuti dari kantor tempatnya bekerja.
Selain itu, dia juga sudah memaparkan teorinya tentang bagaimana cara kutukan ini menculik para korban, yakni dengan menggunakan lubang hitam. Dan jika saja Dazai masih berada di lokasi yang kutukan ini tahu, yakni Yokohama. Maka bisa saja kutukan ini menculik Dazai kapan saja tanpa sepengetahuan Satoru.
Walaupun dia sendiri pun tidak mengerti kenapa kutukan ini belum melakukan penculikan terhadap Dazai saat Dazai masih berada di Yokohama. Ya tapi itu bisa dia pikirkan lain waktu dan—beruntungnya—pada akhirnya Dazai pun menerima bujukannya, sambil cemberut tentu saja. Dazai pun segera menghubungi ketua tempat dia bekerja dan meminta cutinya yang langsung di setujui. Mengejutkan sebenarnya, tapi tidak juga—karena ternyata Dazai adalah karyawan yang termasuk jarang mengambil waktu cuti selama dia bekerja di agensi.
Satoru menutup teleponnya, dia baru saja kelar menelepon Dazai untuk melepas rindu. Pertanyaan-pertanyaan seperti apa kabar, sudah makan belum atau bagaimana hari mu dan sebagainya, Satoru pikir itu akan menjadi pertanyaan dangkal yang terlalu template jika ada orang lain yang bertanya. Nah, beda kasusnya jika pertanyaan itu keluar dari bibir Dazai yang tentu akan dia jawab dengan senang hati. Menggelengkan kepalanya untuk mengusir senyum—yang dia yakin tampak bodoh—Satoru meletakkan ponselnya di meja nakas.
![](https://img.wattpad.com/cover/301038532-288-k308134.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Two-Headed Boy
FanfictionCrossovers: Satoru Gojo (JJK) X Dazai Osamu (BSD) Ringkasan: Ini akhir pekan, Satoru memutuskan untuk pergi keluar membeli kue. Saat matanya tidak sengaja melihat seseorang yang bersiap loncat dari jembatan setinggi 7 meter. Tentu saja dia tidak bi...