Satoru menarik napas perlahan, menikmati kehangatan dan kenyamanan yang berasal dari selimut di pelukannya, dia Kembali mengubur hidungnya ke bantal dan menghirup harum seperti vanili dan detergen, itu terasa nyaman dan dia merasa tidak pernah ingin bangun dari futon hangat ini. Walau hanya beralas futon, dia tidak menyangka akan terasa senyaman ini, rasanya mirip dengan kasurnya yang ada di apartemen. Dia bisa merasakan sinar matahari lembut masuk melalui celah gorden. Udara pagi di sekitar terasa sejuk, ditemani keheningan nyaman.
Selama beberapa menit Satoru menikmati kedamaian pagi yang ada dan segera di rusak oleh ketukan di pintu depan. Awalnya dia mengabaikannya, menganggap itu mungkin akan pergi jika tidak di bukakan pintunya. Tapi setelah beberapa saat ketukan itu terdengar lagi, kali ini lebih keras dan diiringi oleh suara panggilan, "Dazai-san!". Matanya melirik pada jam di ruang tamu, sekarang baru pukul delapan pagi! Satoru tidak peduli, siapa pun itu di balik pintu pasti akan pergi. Dia tidak akan beranjak dari futon nyamannya. Tidak akan.
"Dazai-san, ini sudah pagi bangunlah." Ukh, kenapa juga Dazai tidak membukakan pintu? Lagi pula orang di balik pintu itu memanggil Dazai dan bukan dia, jadi Satoru tidak memiliki kewajiban untuk bangun dari futon nyamannya dan bersusah payah untuk membukan pintu, kan? Tapi, suara itu terus memanggil, dasar keras kepala.
Dengan misuh-misuh, Satoru terpaksa bangun sambil membawa selimut menutupi tubuhnya. Sebelum mencapai pintu depan, dia sedikit melirik pada pintu kamar Dazai yang ia lewati. Pintunya terbuka sedikit, sepertinya Dazai masih tidur—heck, dia tidur atau mati? Suara sekeras itu dan dia masih bisa tertidur? Entah Satoru harus merasa iri atau kesal sendiri. Masih mengabaikan suara panggilan yang dari pintu depan, dia sedikit melongok ke dalam kamar Dazai. Sekilas, ruangan agak gelap—tapi masih terlihat—karena lampu dimatikan dan jendela yang tertutup rapat oleh gorden. Sedikit mengernyit pada harum kamar Dazai yang khas, sekarang dia tahu, sepertinya Dazai suka wangi vanili—yang sekarang merupakan favorit barunya. Sosok Dazai masih tertidur pulas di kasurnya, terlihat damai dan mati bagi dunia—dan cantik. Agak mengejutkan, kamar Dazai sangat rapi dan tertata. Tapi itu masih bisa ia lihat nanti, karena orang yang mengetuk pintu itu masih saja kukuh.
"Dazai-san aku bawakan kita maka—"
Satoru membuka pintu dengan tidak santai, orang yang mengetuk pintu terlihat terkejut—mulutnya terbuka seperti ikan dan kalimat yang tadi di ucapkan terpotong. Satoru mendengus, bersender pada pintu mengabaikan bagaimana orang itu masih terlihat kaget dan wajahnya yang berubah memerah. Dengan tangan bersilang dia berucap, "Apa?" Suaranya serak karena bangun tidur, sedangkan orang itu—dia pendek, tapi jujur saja semua orang bagi Satoru itu pendek mengingat tingginya. Orang itu tergagap, kesusahan menanggapi. Dan Satoru menyeringai dalam hati, reaksi orang pendek itu mengingatkannya pada muridnya yang luar biasa polos, Yuuji, sama-sama terlihat lucu saat di jahili olehnya.
"Dengar, kalau tidak ada apa-apa aku akan kembali ke futon hangat ku." Sebelum dia sempat berbalik, suara orang asing itu menginterupsi. "Tu—tunggu!" Tangan orang itu menarik selimut yang Satoru pakai, menahan pergerakannya.
"Ka—kamu siapa! Ini kan tempat Dazai-san tinggal! D—dan..." Cercanya dan Satoru hanya mendengar bagian awal, yang inti dari perkataannya adalah siapa dia dan kenapa dia di sini. Jika dia perhatikan umur orang itu sepertinya kisaran 21 tahun, sangat muda. Dengan potongan rambut nyentrik, miring di dahi dan warna abu-abu, orang itu terlihat semakin gugup ketika Satoru hanya balas memandangnya. Oh, mungkin karena warna matanya—dia tidak memakai kacamata. Dengan nada jahil dia berucap, "Dengar nak, kenapa aku ada di sini adalah urusan orang dewasa."
Tanggapannya langsung seketika, wajah orang itu memerah cerah seperti kepiting. Dan Satoru tertawa dalam hati ketika melihatnya jadi semakin salah tingkah. "A—aku tidak tahu! Ku—ku pikir, Dazai-san bilang dia tidak tertarik pada pria!" Oh, itu menarik dia baru tahu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Two-Headed Boy
Fiksi PenggemarCrossovers: Satoru Gojo (JJK) X Dazai Osamu (BSD) Ringkasan: Ini akhir pekan, Satoru memutuskan untuk pergi keluar membeli kue. Saat matanya tidak sengaja melihat seseorang yang bersiap loncat dari jembatan setinggi 7 meter. Tentu saja dia tidak bi...