2

3.9K 422 42
                                    

Satoru tersenyum cerah saat ketiga muridnya sibuk memelototinya—tidak sebenarnya hanya dua, karena Yuuji sibuk menguap. "Yaa bukankah ini pagi yang menyenangkan?" Suasana hati Satoru sedang baik.

"Sensei kelas kita mulai jam sembilan, lho." Ucap Yuuji dengan terkantuk-kantuk.

"Makhluk macam apa yang mulai kelas jam setengah 8 pagi!" Nah, Nobara yang sudah semangat saja, pikir Satoru iseng. Megumi? Tentu saja diam seribu bahasa.

"Bukan salahku kita mulai jam segini!" Satoru mengelak, pura-pura cemberut dan sakit hati. Dari balik penutup matanya dia melihat ketiga muridnya memutar mata, jengkel. "Ini kepala sekolah Yaga, dia bilang kita ada tugas untuk mengusir kutukan. Dan tempatnya agak jauh, makanya kita berangkatnya awal."

Seharusnya kepala sekolah Yaga merasa berterima kasih pada suasana hati Satoru yang sedang baik sejak kemarin sore, karena normalnya dia akan marah jika di bangunkan jam enam pagi hanya untuk pergi ke ruangan kepala sekolah Yaga—dia bukan orang pagi. Misi kali ini sebenarnya tidak sulit, lebih cocok bagi murid-muridnya yang menangani. Tapi karena dia tidak ingin kejadian Mahito atau mungkin kejadian Sukuna mengendalikan tubuh Yuuji terulang lagi. Dia pun memutuskan untuk ikut dalam misi kali ini. Dan karena tempat kejadian lumayan jauh, dia memutuskan untuk berangkat pagi.

"Ayo! Kalian harus semangat, kita pergi sarapan dulu bagaimana?" Satoru tersenyum melihat Yuuji yang tampak sedikit sadar saat mendengar kata sarapan, atau saat Nobara terlihat agak tenang. Mata mereka berbinar cerah ke arahnya.

"Sensei aku ingin sarapan yang mahal, pokoknya!" Nobara dan Yuuji terlihat berdiskusi tentang sarapan enak dan mahal apa yang mereka bisa beli. Megumi terlihat diam tapi mengangguk ketika Yuuji bertanya dengan semangat.

Benar-benar baik. Satoru tidak pernah merasa sesenang ini di pagi hari.

"Baiklah, ayo kita berangkat!" Nobara dan Yuuji bersorak senang.

.

.

.

Tiga puluh menit kemudian Satoru menemukan dirinya sedang memotong pancake. Memakannya sambil bergumam senang, manis banget.

Dia tidak mengharapkan kejadian kemarin sore akan berdampak besar padanya, bahkan sampai detik ini. Walaupun jujur saja, ketika dia memutuskan untuk menyelamatkan Dazai dari upaya bunuh dirinya, dia berpikir bahwa itu akan menjadi keputusan yang akan dia sesali—karena kau tahu itu merepotkan. Tetapi setelah melihat kepribadian Dazai yang nyeleneh tapi juga terasa misterius, malah membuatnya tertarik. Apalagi kemungkinan besar dia akan dapat bertemu Dazai lagi! Dia tidak sabar.

Melihat ke arah murid-muridnya, Nobara tampak asyik dalam sesi foto ria dengan sarapan paginya dan Yuuji makan dengan semangat sedangkan Megumi makan dengan tenang.

"Sensei, kenapa kamu senyum terus?" Megumi dengan wajah datar bergumam pelan, menarik perhatian satu meja.

"Sensei selalu tersenyum," ucap Yuuji dengan mulut penuh makanan. "Tidak, yang ini terasa berbeda." Lanjut Megumi.

Nobara yang sudah selesai dalam sesi fotonya ikut nimbrung. "Kamu benar, dia terlihat seperti orang bodoh." Ucapnya pura-pura berbisik tapi suaranya masih cukup kencang untuk Satoru dengar.

Satoru tersenyum dengan wajah tanpa dosa. "Nobara kamu jahat, senyumku terlihat tampan, ya kan Yuuji?" dia melirik pada muridnya yang paling polos dan sesuai dugaannya Yuuji mengangguk.

"Menurutku Sensei hanya tersenyum lebih sering saja dari tadi, mungkin ada hal baik yang terjadi." Seandainya tidak ada meja yang menghalangi, Satoru pasti akan langsung melompat memeluk Yuuji.

Two-Headed BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang