15

1.5K 217 30
                                    

Wah, aku baru sempet untuk update hari ini guys, sorry. Bukannya karena apa-apa sih, ini cuman karena moodku aja yg lagi males di sepanjang minggu kemaren.

Enjoy

.

.

.

.

Perasaan Satoru tidak enak hampir sepanjang pagi ini. Dia merasa hal buruk akan datang. Sekarang, dia sedang bersama ketiga muridnya yang juga sama terlihat frustrasi. Sudah berhari-hari dan kutukan ini masih belum bisa di temukan, sialan kutukan ini mempermainkannya seperti orang idiot! Ini adalah penghinaan bagi Satoru. Dia akan membunuhnya begitu dia menemukannya, dia bersumpah.

Ada banyak hal yang dia rasakan saat ini. Kemarahan, kejengkelan, frustrasi, kecemasan, dan daftarnya bisa terus bertambah. Dan satu-satunya hal yang ingin dia lakukan sekarang adalah membuang semua emosi ini melalui kekuatannya, dan berharap kutukan yang sudah dia incar ini yang bisa menjadi targetnya. Tapi yang bisa dia lakukan sekarang hanyalah mengerang frustrasi dan ingin sekali memukul dirinya sendiri.

Di sepanjang kariernya sebagai seorang penyihir, belum pernah di berurusan dengan kutukan yang sebegitu pandainya bersembunyi seperti sekarang, karena kebanyakan dari mereka pasti akan lebih memilih untuk menghajarnya langsung dari pada bersembunyi—entah karena para kutukan ini begitu bodoh atau sebegitu percaya dirinya hingga berani melawannya.

Tapi kutukan satu ini adalah pengecualian. Mungkin karena kutukan ini sadar dengan seberapa kuatnya Satoru, hingga begitu takut bahkan jika hanya sekedar menggunakan energi kutukan—agar bisa dia lacak. Dan akhirnya kutukan itu lebih memilih untuk menghindarinya atau dalam arti kata lain menghilang.

Tapi, ada kata pertanyaan besar di sini. Menghilang ke mana?

Jika pun kutukan itu bersembunyi di luar Jepang, setidaknya di masih bisa dapat merasakan tapi ini, nihil—kutukan ini sepertinya begitu menghindari menggunakan energi kutukannya. Bahkan seperti tidak pernah ada.

Dan juga, setelah Dazai memberitahunya tentang kutukan yang menelepon agensi detektif untuk menanyakan keberadaan Dazai, itu dapat berarti jika kutukan ini sempat berada di suatu tempat di Jepang. Tapi dia tidak bisa melacaknya karena kutukan ini lagi-lagi tidak menggunakan energi kutukannya.

"Sensei, dari kemarin hanya satu kasus ini yang tidak selesai-selesai." Gumam Megumi, wajahnya muram. Satoru mengangguk setuju dengan wajah serius, ya hanya satu kasus ini yang sampai sekarang belum terselesaikan.

Sebenarnya selain kasus utama ini, mereka juga mengambil kasus lain, agar tidak terlalu membuang-buang waktu. Ambil contoh pada minggu pertama di Yokohama, mereka sempat berburu kutukan di sebuah bangunan kosong, tapi itu terlalu mudah untuknya jadi dia hanya mengawasi murid-muridnya ketika mereka membasmi para kutukan di gedung itu.

Selain itu, dia bahkan sempat harus pergi ke bagian kota lain untuk membasmi kutukan tingkat khusus, dan jujur saja rasanya memuaskan karena dia akhirnya bisa membunuh sesuatu. Lalu berlanjut pada kasus lainnya dan kasus lainnya yang dia dan muridnya terima—terlalu banyak kasus hingga dia pun terlalu malas untuk mengingat. Tapi sialnya, kasus utama ini masih belum juga selesai.

"Sebenarnya ke mana sih dia?" Nobara ikut bersuara, jelas kesal.

"Ini menyebalkan." Gerutu Yuuji. Satoru juga setuju dengan perkataan Yuuji, tapi yang bisa mereka lakukan sekarang hanyalah menunggu sebuah tanda keberadaan dari kutukan itu sendiri, agar dia bisa langsung melacaknya.

Dia sadar dia harus sabar menunggu, sampai tiba waktunya kutukan ini untuk ceroboh dan secara tidak sengaja membocorkan keberadaannya sendiri. Lagi pula, tidak mungkin selamanya kutukan ini bisa menyembunyikan keberadaannya dengan begitu sempurna, pasti akan ada suatu celah di mana dia akan bisa masuk. Ya, dia hanya harus bersabar sedikit lagi.

Two-Headed BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang