Dazai melangkah dengan tenang menuju ruangan yang akrab dia datangi sebagai seorang detektif, ruangan outopsi mayat, Atsushi mengikuti dari belakang.
Setelah berita di publish siang ini ke khalayak umum, reaksi beragam segera di terima oleh pihak pemerintahan. Mulai dari yang marah dan mengutuk karena keputusan pemerintah yang mencoba menyembunyikan kasus ini. Sampai yang mendukung untuk segera menemukan psikopat ini sebelum ada korban lagi. Itu sulit, sebenarnya—walaupun itu dengan bantuan Ranpo sekalipun.
Mayat di temukan pada minggu lalu, dan baru dapat diidentifikasi—karena kondisi wajah rusak cukup parah—3 hari kemudian. Namanya Tanada Kaori, wanita lajang usia 28 tahun hidup sebatang kara tanpa keluarga maupun saudara. Bekerja di salah satu perusahaan swasta cukup terkenal dengan gaji yang baik. Tidak ada laporan khusus lainnya, Kaori hanya seorang biasa dengan kehidupan sangat normal. Dan jauh sebelum penemuan jasad Tanada, ternyata korban sudah masuk ke dalam laporan orang hilang oleh rekan kerjanya dan jujur saja itu hal yang sangat mengganjal, yakni karena cara Tanada yang menghilang begitu tiba-tiba sehingga terdengar tidak masuk akal bahkan baginya. Dan semakin menambah ruwet kasus ini.
Dengan pertimbangan bahwa kasus ini akan menggemparkan publik karena kondisi jasad yang tidak wajar, pemerintah, pihak kepolisian dan pihak agensi detektifnya yang menangani kasus akhirnya memutuskan untuk menahan sebentar dari publik. Tapi di sinilah dia, beberapa hari sudah berlalu dan belum ada satu pun tersangka di dalam pembunuhan ini. Walaupun Ranpo sudah menyatakan jika ini bukanlah manusia yang melakukan, pihak kepolisian malah mencemooh mereka dan lebih memilih untuk menginvestigasi lebih lanjut. Dazai sendiri sebenarnya agak cukup percaya dengan apa yang Ranpo katakan, tetapi, nah kalau bukan manusia lalu apa? Monster?
"Ada laporan terbaru apa?" Tanya Dazai segera ketika dia berhadapan dengan dokter yang meng-outopsi mayat.
"Aku baru menyadari ini sebenarnya." Dokter tua itu menatapnya serius. "Ini aneh, ada banyak sel dalam tubuh mayat itu mencoba berubah menjadi struktur lain, tapi sepertinya tidak berhasil. Tubuh itu... seperti ingin di ubah menjadi hal lain."
"Di ubah menjadi apa?" Atsushi yang berada di sampingnya gelisah, suaranya terdengar tegang.
"Sialan jika aku tahu, yang ku tahu dia mencoba untuk mengubah tubuh ini menjadi bentuk lain, dengan mengubahnya melalui sel dan jaringan tubuh."
"Apakah ada manusia yang bisa melakukan itu?" Dazai dengan mata lurus menatap pada dokter tua itu. Hening selama beberapa saat, Dazai bahkan sampai bisa merasakan ketegangan di dalam ruangan.
"Setahuku? Tidak."
Dia dan Atsushi segera meninggalkan ruangan itu setelah mendapatkan laporan lengkap.
Tapi sialan, dia benar-benar memuntahkan makan siangnya lalu pingsan.
.
.
.
"Kamu baik-baik saja, Dazai-san?" Atsushi memberinya sebotol air kemasan, dia meminumnya dengan rakus, beberapa menit lalu dia baru sadar dari pingsannya. Atsushi masih memandangnya dengan tatapan khawatir, Dazai menghela nafas pelan.
"Aku baik-baik saja," Walaupun lemah, dia mencoba tersenyum. Dazai sendiri sebenarnya lebih merasa ngeri saat tahu dia pingsan. Apakah dia benar-benar selelah itu?
"Aku khawatir, kamu tidak pernah pingsan sebelumnya Dazai-san." Pandangan Atsushi menunduk, jelas sekali wajahnya mengerut karena stres. Entah kenapa dia merasa sedikit bersalah karena membuat Atsushi begitu khawatir, tangannya mengacak rambut Atsushi, "Maafkan aku karena membuat mu khawatir, tapi aku baik-baik saja. Aku hanya kelelahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two-Headed Boy
FanfictionCrossovers: Satoru Gojo (JJK) X Dazai Osamu (BSD) Ringkasan: Ini akhir pekan, Satoru memutuskan untuk pergi keluar membeli kue. Saat matanya tidak sengaja melihat seseorang yang bersiap loncat dari jembatan setinggi 7 meter. Tentu saja dia tidak bi...