6

2.5K 358 41
                                    

Respon author ketika melihat foto di atas: AAAAAAAAAAAAAA gemesh sekaleh husbu guwe TwT

.

.

.

Dazai mencoba untuk tenang saat berjalan menuju TKP kasus yang dia tangani, kendaraan lenggang di sekitarnya. Sekarang masih pagi, lebih tepatnya 10 menit telah berlalu sejak rapat menyebalkan itu berakhir. Rapat itu berjalan dengan alot, pihak kepolisian sangat ngotot jika tersangka pembunuhan dalam kasus ini adalah manusia. Padahal bukti otopsi sudah jelas mengatakan jika besar kemungkinan pembunuhan tersebut bisa di lakukan oleh seorang manusia adalah kecil. Pihak agensi detektifnya—Dazai dan Ranpo berdebat sengit dengan pihak polisi.

Pihak detektif meminta untuk pihak kepolisian bisa lebih bekerja sama dan mulai menyusut kasut ini bersama-sama ke TKP untuk mencari petunjuk lebih banyak soal makhluk yang kemungkinan adalah tersangka. Tapi mereka menolak dengan mengatakan jika di TKP sudah tidak dapat di temukan barang bukti, dan masih kekeh bilang jika mereka akan mencari tersangka manusia.

Akhirnya rapat berakhir dengan saling berdebat dan hampir saja terjadi perkelahian di tempat rapat jika saja ketua tidak menghentikan mereka. Dengan pintu terbanting dan hati yang kesal, Dazai segera pergi dari ruang rapat, mengabaikan suara panggilan dari teman-temannya. Dalam pikirannya tujuannya hanya satu, mencari bukti di TKP dan melempar bukti itu langsung ke muka para polisi sombong itu!

Sambil misuh-misuh Dazai menghentikan taksi dan pergi ke lokasi. Sesampainya di sana, tempat tersebut terlihat sepi dan suasananya agak suram. Tidak ada satu pun polisi yang seharusnya bertugas menjaga, hanya batas garis kuning polisi yang menutupi TKP. Menurut laporan, jasad di temukan hanyut di dekat pintu luar gorong-gorong air dan kemungkinan besar korban meninggal saat berada dalam gorong-gorong air tersebut. Dengan mengangkat bahu, Dazai masuk begitu saja ke dalam gorong-gorong air, yang terlihat seperti gua besar baginya.

Langsung seketika bau tidak sedap yang berasal dari limbah pembuangan menusuk hidungnya. Lantai tempat dia berpijak terasa lembap dan udara sekitar juga pengap. Dengan pencahayaan remang-remang dia melenggang masuk. Jelas sekali tempat ini jarang di masuki oleh manusia, ciri yang cocok untuk di jadikan tempat pembunuhan. Selama beberapa menit awal keadaan hening sekali, hanya terdengar suara gema langkah kakinya. Benar-benar sunyi senyap, seakan hiruk pikuk kota di luar tidak pernah ada. Dia sedikit merinding, tapi tetap keras kepala berusaha mencari barang bukti, apa pun itu.

Sudah sepuluh menit dia berjalan lurus semakin dalam ke gorong-gorong. Sampai di titik ini, cahaya matahari sudah tidak terlihat, rasanya seperti malam saja di dalam sini, hanya cahaya lampu yang menemaninya. Tiba-tiba dia merasakan hembusan angin yang berasal dari arah dalam gorong-gorong. Pikirannya sepintas melayang pada salah satu adegan murahan yang sering ia jumpai di film horor, tapi tetap membuatnya takut. Sambil memeluk erat dirinya sendiri, dia tetap memaksa masuk lebih dalam.

Semakin mendekat, dia mendengar suara orang lain yang sedang berbicara. Awalnya Dazai tidak terlalu sadar, tapi saat dia berhenti dan mencoba berkonsentrasi pada suara tersebut. Jika tebakannya benar, dia mendengar tiga suara berbeda. Dua laki-laki dan satu perempuan. Jarak antara suara itu dan dia kira-kira lumayan jauh, dia hanya bisa mendengar suara dengungan dari tiga orang itu. Dia berjalan mendekat untuk mencari tahu siapa mereka.

Saat sudah mencapai jarak pandangnya dia melihat tiga orang itu—seperti masih remaja. Sedang melingkar mendiskusikan sesuatu dengan raut serius. Dengan sengaja Dazai berdehem mengisyaratkan kehadirannya, seketika ketiga remaja itu berbalik menghadapnya dengan ekspresi terkejut dan mengambil posisi tubuh siap bertarung—kenapa?

"Siapa?" Tanya salah satu remaja yang berambut hitam. Dazai menatap wajah mereka satu persatu, semuanya terlihat serius saat menatapnya, aneh. "Kalian yang siapa?" Tanyanya sambil tangannya menyelinap ke kantong jaket coklatnya untuk mengambil lencana.

Two-Headed BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang