10 :: Kemauan Sega

1.8K 350 194
                                    

Mina mengetuk pintu rumah. Sudah berpuluh-puluh ketukan tak ada yang menyahut. Itu membuatnya putus asa, lalu duduk kursi teras dan merenung seraya menatap kopernya.

"Mina?" panggil seseorang, membuat Mina mendongakkan kepalanya.

"Sekala?"

Ya, kedua orang tua kandung Saga bertemu lagi, berdua. Hal yang amat diharapkan oleh Sega sejak lama baru terjadi sekarang. Namun tidak tahu bagaimana kelanjutannya.

"Ngapain dirumah saya?" tanya Sekala.

Mina menunduk, "hari ini anak kita ulang tahun, Sekala...," ucapnya pelan.

Sekala terdiam seraya memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. Menatap koper Mina.

"Kenapa bawa koper?" tanya Sekala kembali.

"Saya hanya mau kembali kerumah ini," jawab Mina tak acuh.

"Dimana suami anda, nona Mina terhormat?" tukas Sekala.

"Tidak perlu tahu urusan saya, Sekala. Saya kesini hanya ingin menemui Sagara!" balas Mina tak santai.

"Dia bermain. Tidak perlu dicari," ujar Sekala, hendak memasuki rumah, namun tangannya tiba-tiba ditahan oleh Mina.

"Biarkan saya masuk. Ada sesuatu yang harus saya lihatkan. Dikamar Segara," ucapnya menahan.

"Apa itu?" sahut Sekala tanpa menoleh ke arah Mina.

"Sesuatu, biarkan dulu aku masuk," jawab Mina.

"Baiklah, ayo."

•••

Motor Suzuki GSX-250R itu melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Saga yang melalukan bersama Jaka yang ia bonceng dibelakang. Tanpa helm, tujuan mereka adalah menangkap sesuatu yang tengah mereka kejar. Didepannya, mobil berwarna silver tak kalah kencang melaju. Hal itu membuat emosi Saga semakin meluap.

Pengendara lain bahkan nyaris mereka tabrak, membuat massa menegur mereka dengan kasar sambil berteriak, namun mereka masa bodoh dan tetap melakukan kejar-kejaran seperti kucing dan tikus.

"KENCENGIN, SAG!" teriak Jaka menggelegar saat kecepatan motor nyaris lengah.

Namun terlambat, motor yang mereka kendarai nyaris menabrak pembatas jalan, dan bahkan mobil itu masuk ke area jalan tol.

"Ah, brengsek!" Saga mengumpat seraya turun dari motornya.

"Tenang dulu, Sag. Percaya sama gue, Alia gak akan dijahatin. Gue bisa lapor ke Ayah Jaya," sela Jaka menenangkan.

Saga hanya menghela napas kasar.

"Gue ada pesan dari Bang Sega sebelum dia meninggal dulu, Jak...," ucap Saga tiba-tiba lirih.

"Jangan gitu. Ini ulang tahun lo, harusnya lo jalani hari dengan bahagia, Sag," ujar Jaka.

•••

"Makasih tumpangannya, kak Jibran," ucap Jesia saat ia sudah sampai didepan gerbang rumahnya.

"Yoi. Soal Saga gue kabarin kalau udah ada kabarnya. Udah, lo masuk aja dulu, udah malem," titah Jibran.

Jesia mengangguk pelan, tersenyum ke arah Jibran lalu masuk ke area rumahnya.

"Mama, aku pul-"

"Eh, anak papa darimana aja?"

Jesia membeku, melihat sosok sang Ayah yang menyambutnya dengan sangat antusias.

Saga dan Dirinya | PARK SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang