19 :: Masa lalu

1.5K 287 255
                                    

"Maksud kamu, sayang?"

"Dia–"

"Jesia! Balik ke ruangan kamu. Ngapain kamu deketin Saga lagi?!" Aji tiba-tiba datang, membuat napas Jesia tercekat.

Mendengar itu, kepala Liza seketika mendongak, melihat satu laki-laki yang nampak menatap Saga dengan sengitnya. Entah apa alasannya, tapi Liza tahu akan apa yang terjadi setelah ini.

Aji, meraih tangan Jesia untuk ia tarik dan kembali. Namun, Saga menahannya. Aji tak punya hak apapun karena Jesia adalah pacarnya, bukan pacar Aji.

"Lo yang ngapain di sini?" Saga menyekat, enggan membiarkan sang kekasih dibawa begitu saja.

"Cih. Gue diberi kepercayaan sama Om Jenda untuk jagain Jesia karena dia baru kecelakaan. Lo yang ngapain!" balas Aji.

"Aji! Aku mau–"

"Kamu, tuh! Kenapa gak nurut banget sama Papa kamu, Jes?! Kamu kan dilarang deketin cowok modelan kaya Saga!" tukas Aji, menyekat kalimat yang hendak dicurahkan oleh Jesia.

"Lepasin cewe gua!" Saga menepis tangan Aji, dan menarik Jesia dalam rangkulannya. Mereka saling menatap sengit.

Aji yang marah, memegang kerah piyama rumah sakit yang dikenakan Saga. Mencengkramnya dengan erat lantaran amat kesal.

"Aji, jangan!" Jesia berusaha memisahkan. Pergelangan tangan kanannya masih digenggam erat oleh Saga, membuatnya tak bisa berbuat.

"Kita dulu emang akrab, Saga. Tapi untuk saat ini, gak dulu!" cerocos Aji.

"Dasar bodoh. Gue tau, Jesia emang mantan lo pas SMA, tapi untuk saat ini, dia milik gue!" balas Saga tak kalah nyolotnya.

"Move on, bro. Dia sekarang pacar gue, bukan hak milik lo!" sambung Saga kemudian.

BUAGH

Satu hantaman terpapar pada pipi mulus Saga.

"Stop, kamu siapa, ya? Mukul-mukul Saga?!" Liza membuka suara, membantu Saga yang terjatuh itu.

"Aji... Plis, jangan... Saga lagi sakit!" Jesia memohon, menatap sendu ke arah laki-laki yang baru saja memukul sang kekasih.

Aji tak acuh, di kesempatan itu, ia menarik Jesia menuju keluar ruangan, entah ia bawa kemana. Sagara sendiri memegangi ujung bibirnya yang muncul memar baru.

"Kak, gak apa-apa?" tanya Liza, membantu Saga agar kembali ke atas ranjang.

"Kak, dia siapa, sih? Kok dia berani mukul kakak? Aduh, itu ujung bibir kakak merah banget!" dumel Liza dengan tangan kanan yang sudah menyentuh area ujung bibir Saga.

Saga terdiam, memikirkan bagaimana caranya agar Jesia tak selalu dikekang oleh Aji. Hatinya terbakar panas, melihat Jesia yang diperlakukan sepeti itu oleh mantan kekasihnya.

•••

"Jadi, Jibran itu Papa nya udah gak ada, setahu om sih, begitu. Kalau Emak kamu belum om tau, tapi kayaknya, dia tinggal sama Adek laki-laki kamu," jelas Om Vito.

Jibran diam, ia bingung dengan silsilah keluarganya. Apa Bapaknya ada dua? Ia bingung.

"Jadi yang bener, Bapak saya itu Pak Vero atau Pak Gino?" Jibran bertanya.

Saga dan Dirinya | PARK SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang