PLAK
"KAMU HABIS CIUMAN SAMA LAKI-LAKI BEJAT ITU, JESIA!? WANITA MACAM APA KAMU!" Satu tamparan keras Jenda hantam pada pipi Jesia. Jesia hanya bisa diam tak sangka seraya memegangi pipinya yang merah.
"P– papa... Tau dari siapa?" Jesia bersuara tanpa menoleh ke arah Jenda lantaran dendam dan takut.
Jenda menghela napasnya sebentar untuk menetralkan amarahnya.
"Udah, sekarang siap-siap, kita pindah ke Surabaya," titah Pak Jenda, tentu membuat kepala Jesia menoleh.
"Maksud papa apa, sih?" Dengan suara bergetar, Jesia mengelak ajakan ayahnya itu.
"Papa cuman mau yang terbaik buat kamu, Jesia. Kamu harus tau, keluarga mereka itu punya hutang ratusan juta sama kita! Harusnya Sagara malu pacaran sama kamu!" omel Pak Jenda, tentu Jesia tak terima.
"Yang hutang itu Sekala dan Sandra, bukan Saga. Lagi pula, papa gak ngasih aku yang terbaik, karna yang terbaik buat aku cuman Sega!" elak Jesia lagi. Di waktu bersamaan, napasnya tercekat.
"S– Saga maksudnya."
"Papa gak habis pikir sama kamu, nak–"
"AKU YANG GAK HABIS PIKIR SAMA PAPA!" bentak Jesia yang sudah sedikit muak itu.
"Maaf, pa."
"Sudah lah, besok kita ke Surabaya." Jenda mengalihkan topik.
"Gak mau. Saga lagi sakit, gak mau ninggalin Bandung sama temen-temen aku," tolak Jesia mentah-mentah.
"Di sana Jensia Cafe udah buka cabang, kita harus pindah ke sana," ujar Jenda kemudian.
"Gak, aku bilang gak, pa. Saga lagi sakit dan aku gak mau ninggalin temen-temen di Bandung–"
"Emang separah apa sih penyakit pacar kamu itu? Sampai kamu keras kepala kayak gini?!" tukas Jenda sedikit membentak.
"Pneumonia, penyakit yang pernah merenggut nyawa Ibu Kandung aku sebelum papa nikah sama mama Nesia!" jawab Jesia menekan.
"Dulu, Ibu meninggal pas aku lagi gak nemenin dia karena dipaksa ikut papa ke Bandung saat itu. Aku gak mau..." Kalimatnya tercekat karena tangis yang semakin deras.
"Aku gak mau hal itu terjadi yang kedua kalinya. Apalagi Saga yang bikin kisah cinta ku berjalan dengan baik, dia yang tau dan bisa paham dengan apa yang aku alamin, dia penyabar walau papa gak suka sama dia! Dia itu gak seburuk dari yang papa kira. Aku harap papa tau ini, dia masuk penjara demi mendiang Abang dia yang di fitnah!" cerocos Jesia dengan suara tak karuan, segukan akibat tangisnya.
"Papa tau apa tentang dia?!" finalnya, lalu melepas perban pada matanya karena air mata.
"Udah, aku mau tidur, besok udah dibolehin pulang sama Dokter nya," ucap Jesia tak lama setelahnya, lalu ia langsung merebahkan badannya di atas ranjang dan menutup seluruh badannya dengan selimut.
Jenda terdiam seribu kata. Menghela napas lalu pergi dari ruang rawat Jesia. Saat keluar, ia melihat Mina yang menangis sejadi-jadinya di depan ruang Saga. Ia nampak ditenangkan oleh Liza dan Sekala.
"Hampura, papa gak tau kalau ada orang jahat yang lukain Saga sampai separah itu. Maafin, tadi papa lalai karena transfer uang utang ke bank."
Jenda mendengar jelas suara Sekala yang bergetar takut. Jenda menghela napas, lalu menghampiri mereka.
"Saga kenapa, ya?" tanya Jenda.
"Dia ditemuin di kamar mandi dengan darah dimana-mana," jelas Sekala dengan suara pasrahnya, nampak dia tertekan menahan tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saga dan Dirinya | PARK SUNGHOON
FanfictionPARK SUNGHOON :: LOKAL AU SEQUEL SEGA DAN SAGA (Slow Update) Setelah kisahnya dengan Sega berakhir, kini dimulailah kisahnya bersama Jesia dan circlenya. Yang menyangkut tentang dunia relationship, friendship, dan family.