"HUWEE, SAGA, LO GAK INGET GUE APA?! HIKS HIKS!"
Seisi ruangan keheranan, melihat Chandra yang nangis jejeritan sambil memeluk Saga. Jesia yang merupakan kekasih Saga saja sampai membeku, membiarkan sebiji kentang mekdot menyangkut di lipatan bibirnya.
"Kunaon sia teh, idiot," celetuk Saga karena sudah merasa sesak dalam pelukan Chandra, ia juga merasakan sedikit ke-congean ditelinga kanannya karena Chandra menangis tepat di situ.
"Chandra, kamu gak apa-apa? Istighfar," cetus Alia, mencoba menenangkan.
"Dia Kristen, Al." Jaka bersahut dengan suara datar.
"CHANDRA, UDAH, KASIAN SAGA ITU KAKINYA UDAH KESEMUTAN GARA-GARA KEGENCET BADAN KAMU!" teriak Jesia menjerit, mencoba memisahkan Chandra dari Saga.
"Chan, udah, jangan nangis gini..." Jaka turut berusaha menenangkan Chandra yang sudah sesegukan tak karuan.
"Tenangin diri, terus jelasin pelan-pelan lah. Kalau gini kan kasian Saga jadi kebingungan," imbuh Alia kemudian.
"G– gue itu itu itu... Itu anu... Anu... Sega anu... Saga sama aku sama Sega anu..." Chandra berusaha menjelaskan dengan terbata-bata, kedua bahunya naik turun tak karuan, malah membuat seisi ruangan menjadi semakin kebingungan, apalagi Saga.
"Hah? NGOMONG YANG BENER, TELASO!" teriak Jesia yang sudah kesal. Jesia sepertinya sedang datang tamu, hal itu menyebabkan dirinya lebih pemarah dan sensitive.
"Gini, jadi, Chandra itu ternyata temen kecilnya Sega sama Saga–"
"OOOHHH!! JADI KAMU?! YANG DULU SUKA DIKATAIN YATIM DAN... DAN YANG DULU DORONG AYUNAN BANG SEGA SAMPE BANG SEGA NYERUDUK TANAH? KAMU JUGA YANG PERNAH NANGIS GARA-GARA DITETELIN KODOK SAMA BANG SEGA?!" Saga heboh sendiri.
•••
"Aji, lo harusnya ngelakuin apa kek gitu, gue panas banget ngeliat Jesia di sana!" Liza menyenggol lengan Aji. Mereka tengah mengintip bagaimana hebohnya Saga dan Chandra saling mengingat masa kecil mereka, bersama Alia, Jaka, Jesia, Raka dan Vano yang menemani.
"Lo mau gue nerobos ke sana terus buat lemparin bom gitu?" balas Aji dengan sebuah pertanyaan.
"Ah, lo gak cocok sama Jesia, gak bisa ngertiin perasaan cewek!" cibir Liza, membuat sang empu yang ia cibir itu meliriknya tajam.
"Lo juga gak bakal diminatin Saga kalau lo gegabah kayak gini!" balas Aji kemudian.
"Ck, udah ah! Gue udah panas gara-gara Jesia tuh liat, pelukan sama Saga, ditambah elo ngajak ribut!" omel Liza.
"Kak, bisa minggir gak? Aku mau masuk, soalnya mau ketemu salah satu orang di sana." Cowok itu, Fajar, dengan stelan piyama rumah sakit itu datang, merusak suasana debat antara Aji dan Liza.
"Mau ketemu saha, cil?" sela Aji bertanya.
"Kakak yang pakai kerudung pasminah item. Aku mau kasih gelang dia, nih. Ketinggalan di musola, kebetulan aku tadi abis ke musola juga karena Qur'an aku ketinggalan," jelas Fajar dengan detailnya.
"Oh... Masuk aja, dek," ujar Liza dengan lembut dan senang hati.
Fajar mengangguk, lalu masuk dengan ucapan Assalamualaikum yang menjadi pembuka. Karena hal itu juga, Lizaji terpaksa harus bersembunyi di belakang kursi pengunjung.
"Monyet, ah! Ntu bocil ganggu bat!" umpat Liza.
•••
Beralih di ruangan tempat Saga dirawat. Fajar masuk, membuat adegan pelukan sekaligus tangis-menangis Chandra dan Saga tercekat begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saga dan Dirinya | PARK SUNGHOON
FanfictionPARK SUNGHOON :: LOKAL AU SEQUEL SEGA DAN SAGA (Slow Update) Setelah kisahnya dengan Sega berakhir, kini dimulailah kisahnya bersama Jesia dan circlenya. Yang menyangkut tentang dunia relationship, friendship, dan family.