22 :: Pesan tersirat Segara

1.5K 248 46
                                    

Malam hari kemudian, Saga, Chandra, Raka, Vano, Jesia, Jaka dan Alia melalukan sebuah pertemuan penting di ruang rawat Saga dengan jajanan mekdih sebagai hiburan mereka.

"Oke, gue, Raka ama Vano udah maaf-maafan sama Saga. Sekarang, ceritain apa yang terjadi sebernarnya. Gue bingung, ini ada apa, sih!?" celoteh Chandra, sedang kan Vano dan Raka dibelakang sibuk mengemili kentang mekdih.

"Jadi gini. Akhir-akhir ini, hubungan Saga ama Jesia lagi diganggu. Lo liat Saga banyak bekas luka di mukanya, kan? Itu ulah salah orang yang udah gangguin hubungan mereka," jelas Jaka.

"Siapa?" sela Raka bertanya.

"Aji sama Liza, dulu mereka mantan temen kelas kita," jawab Jaka.

"So, hubungannya sama kita apa?" Topik mulai serius, bahkan kini tak ada yang berani menyentuh makanan satupun karena hawa rasanya sudah sengit.

"Gue mau, lo kerja sama bareng kita, kita lindungin Saga dari Aji dan lindungin Jesia dari Liza. Lo... Mau?" jelas Jaka seraya

"Hah..."

Keadaan seketika hening. Jaka bungkam, sekilas menatap Saga yang tengah rebutan burger keju dengan Raka.

"Hawh... Gue dulu ada pesan sebelum kematian Kakak kembarnya, Chan... Kalau lo mau tau, gue liatin beberapa wasiat Sega yang dia kasih ke gue, kebetulan ada dirumah gue," ujar Jaka dengan suara yang ia bisikkan. Chandra mengangguk paham akan hal itu.

"Eh, Raka sama Vano ikut gue bareng Chandra dulu. Ada hal penting yang mau gue kasih tau ke kalian!" Jaka memecahkan suasana, saat Vano, Raka, Jesia, Alia dan Saga tengah beradu mulut karena rebutan burger.

"Hah, naon? Kok kita gak di ajak?!" Jesia merasa tak terima.

"Lo berdua jaga aja Saga di sini, nanti Jibran sama Jaya nyusul ke sini. Ini penting, dan gak lama kok! Bye!"

•••

Sampailah mereka di kediaman Jaka. Mereka dipersilahkan masuk dengan senang hati, dan ditutur ke kamar Jaka. Dimana di situ, Jaka nampak mengeluarkan sebuah kotak berukuran kardus indomie dari dalam lemari kayunya.

Ia perlahan membuka kotak berlapis kertas metalik berwarna biru muda itu, yang tutupannya di hias oleh tali pita dan stiker pinguin.

"Nah..."

Jaka mengeluarkan sebuah kertas berwarna vintage dengan hiasan bunga yang sudah layu. Tulisan dari isi kertas tersebut nampaknya ditulis dengan pen bertinta tebal.

"Buset, kotaknya gede amat," komentar Vano yang keheranan melihat kotak berukuran kardus indomie itu, yang isinya ternyata hanya secarik kertas vintage.

"Ada arwahnya Sega di dalam, lo ngomong gitu digentayangan ama wujud aslinya loh!" sahut Jaka, menakut-nakuti dan membuat Vano meneguk saliva.

"Yaela, gue diem bae di sini kok masih dibawa-bawa dah."– Segara.

"Sini, lihat isi surat ini– maksud gue– baca, dalem hati aja bacanya." Jaka memberikan kertas tersebut pada Chandra. Vano dan Raka seketika menempelkan badan mereka pada Chandra.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saga dan Dirinya | PARK SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang