26 :: Fajar & Asiyah?

1.2K 148 94
                                    

Jibran duduk pasrah di teras Masjid sambil menatap langit yang mulai berwarna biru tua itu, gemuruh petir juga berkali-kali berguncang, tapi Jibran tak berkutik sama sekali. Plot hole keluarganya yang membingungkan, ia hanya ingin bebas, menjalankan wasiat Sega untuk menjaga Adiknya.

"Kak, siapa yang mau Adzan?" Tiba-tiba dia dikagetkan dengan suara anak laki-laki yang benar-benar tidak asing ditelinganya. Saat mendongak, benar saja, cowok itu ternyata Fajar, tapi Fajar nampaknya tak sendirian, ia bersama satu gadis dengan pakaian gamis berwarna pastel dan kerudung pasmina hitam, juga sambil memapah sebuah tas berisi mukena dan Al-qur'an.

"Perasaan lo muncul dimana-mana, dah, Jar?" tegur Jibran, lalu ia berdiri sambil memperbaiki sarung hitam yang melonggar di area pinggangnya.

"Rumah saya disekitaran sini, kak. Jadi, udah Maghrib, Masjid juga baru ada bocil sama Bapak-bapak komplek, kakak mau Adzan?" jelas Fajar cengengesan.

"Itu cewek dibelakang kamu siapa?" Bukannya menjawab pertanyaan Fajar, Jibran malah balik bertanya sambil melirik gadis seumuran Fajar.

"Oh? Oh, ini... Teman saya, kak. Teman sekelas saya juga, namanya Asiyah," jawab Fajar, tak lupa dengan cengengesan andalannya.

Asiyah tersenyum ke arah Jibran, Jibran menatapnya lama bukan karna terpikat, tapi merasa tak asing.

"Jadi siapa yang mau Adzan?" Fajar memecahkan keheningan.

"Lo aja, nanti gue Adzan pas waktu Isya aja," jawab Jibran, lalu melangkah masuk ke dalam Masjid.

"Kak Fajar, tadi siapa? Kok mirip kamu?" Asiyah membuka suara. Fajar menggeleng sambil mengangkat kedua bahunya.

"Nama dia, sih, Jibran. Cuman soal kenal dekat gitu... Gue gak tau," jawab Fajar tak acuh, lalu segera masuk ke area Masjid untuk melakukan Adzan.

•••

10 panggilan tak terjawab dari Aji Asu

"Blokir aja nomornya, lama-lama aku gedeg denger nada dering kamu," celetuk Jesia sambil membantu Mina membersihkan daging.

"Iya, nak. Siapa, sih, itu?" Mina ikutan kepo.

"Aji, mah, musuh aku," jawab Saga melas.

"Tante, ini dagingnya mau dimasak apa?" Jesia merubah topik setelah selesai membersihkan daging ayam.

"Oh, potong dadu, nak. Terus kasih merica, lada hitam, royco sama kecap asin," jelas Mina, diangguki oleh Jesia yang mulai menyiapkan talenan di atas meja.

"Mau masak apa, sayang?" Sekala datang sambil memapah sebuah laptop yang masih terbuka.

"Gak tau ini mama masakannya apa, lupa aku, tapi ini masakan pernah aku masak pas masih hamil Sega sama Saga," jawab Mina, sambil mengiris bawang bombay.

"Kamu, nak, kenapa kusem gitu mukanya? Lagi gak akur sama ayang bebeb kamu apa gimana?" sapa Sekala pada anak bungsunya, ia duduk dihadapan Saga.

"Ih, om apaan, sih! Aku lagi masak, loh!" cetus Jesia sok cemberut.

"Pa... Papa harusnya tau, kan, alasan Jesia ada di sini?" Saga balik bertanya, membuat Sekala menaikkan satu alisnya.

"Tau, kan tadi udah diceritain panjang lebar. Terus kenapa?" imbuh Sekala sambil merapikan surai silver Saga.

"Aku takut, mereka ke sini buat seret Jesia–

Tok tok tok

Tiba-tiba ada yang mengetuk rumah mereka, Sekala dan Saga bersamaan keluar dari dapur untuk mengecek siapa yang datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Saga dan Dirinya | PARK SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang