Saga dan Liza nampak tengah berjalan dipinggiran jalan seraya menikmati Ice Cream coklat. Saga mentraktir Liza, karena berkat Liza, ia bisa mendapatkan pekerjaan lagi.
"Tipe ideal kakak kayak gimana, sih?" Liza membuka topik seraya menjilat Ice Cream coklantnya tersebut.
Saga nampak berpikir sejenak dengan senyumnya yang tercurah dengan spontan, "rambutnya hitam panjang, berponi, lucu, gemesin, dia pendek dan nyaman kakak peluk," jelas Saga sumringah.
Liza senyum sendiri, merasa bahwa Saga menjelaskan karakteristik dirinya, tanpa ia sadari bahwasanya, Saga sempat mengatakan kata "Dia" yang berarti Jesia, bukan dirinya.
"Kenapa nanya?" tanya Saga, lalu atensinya teralih pada Liza yang masih senyum salting.
"Ah, engga. Nanya doang, kok, hehehe," ujar Liza dengan tawa kecilnya.
"Betewe, makasih atas bantuan kamu, ya. Kalau gak ada kamu waktu itu, aku pasti lagi kesusahan sekarang," runtuk Saga merubah topik.
"Sama-sama, kak. Makasih juga udah bantuin aku pas dirumah sakit dulu." Liza bersahut, membuat keadaan menjadi diam. Mereka berdua hanya asyik berjalan dipinggiran seraya menikmati Ice Cream masing-masing.
•••
Setelah berjalan-jalan sebentar, Saga memutuskan untuk pulang kerumah dan memberi kabar tadi pada orang tuanya.
"MAMA PAPA!" Saga berteriak sumringah dari ambang pintu.
"Heh, kalau masuk dalam rumah tuh salam dulu! Teu sopan sia!" tegur Jibran yang nampak memakai kaos putih polos dan sarung, serta sebuah peci hitam yang terpasang dikepalanya.
"Mama sama Papa mana?!" Tak merespon teguran Jibran, Saga lebih mempertanyakan keberadaan Mina dan Sekala sekarang.
"Mereka juga kerja, Ga. Om Sekala ada job di balai kota jadi boneka beruang, kayak gue sama Sega dulu. Sedangkan Tante Mina jualan makanan sama minuman disana. Balai kota emang rada rame kalau minggu gini," jelas Jibran seraya melepas peci dan duduk dikursi.
"Lo, bang? Gak kerja?" sela Saga bertanya.
"Pekerjaan gue kan diganti ama Bapak lo. Gue juga abis ini mau tadarusan di Masjid," jawab Jibran sedikit tak acuh.
Saga hanya mengangguk pelan, "yaudah, bang. Gue susul Papa ke balai dulu!" Ia berpamitan, berlari menuju tepi jalan dan mencari angkot.
•••
Sagara sudah berada di balai. Ternyata benar saja, banyak pengunjung beserta wisatawan disana. Mereka mencoba berbagai macam jajanan yang ada, mengambil potret lalu jajan lagi.
Saga sedikit kesusahan mencari keberadaan Ayah nya yang tengah menjadi badut boneka beruang. Sangking banyaknya kerumunan, ia malah menabrak seorang anak kecil sampai terjatuh.
"Eh, dek. Hampura, aa gak sengaja!" cicit Saga seraya membantu Adik itu berdiri.
Gadis manis dengan Kisaran umur 11 / 12 tahun itu menatap somay nya yang jatuh sia-sia. Saga merasa bersalah.
"Maaf. Mau aa ganti, gak, somay nya?" tawar Saga dengan lembut.
"Dek, gak boleh jauh-jauh! Nanti Mama sama kak Yesha marah!" Lalu seorang remaja laki-laki datang dari arah belakang Saga dengan nada khawatirnya.
Saga menoleh ke arah sumber suara itu, mendapati Mahendra yang tengah berdiri seraya menggenggam dua buah balon. Gadis kecil itu terus menatap Saga, lantas Saga keheranan dan malah takut.
"Eh? Mahen? Lama gak ketemu, astaga!" Saga sok menyapa dengan nada lembut pada Mahen walau ia masih sedikit dendam.
"Kamu Papa Ega, ya?" Gadis itu, Diara. Ia meraih tangan Saga dan ia genggam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saga dan Dirinya | PARK SUNGHOON
Hayran KurguPARK SUNGHOON :: LOKAL AU SEQUEL SEGA DAN SAGA (Slow Update) Setelah kisahnya dengan Sega berakhir, kini dimulailah kisahnya bersama Jesia dan circlenya. Yang menyangkut tentang dunia relationship, friendship, dan family.