[Sebelas]

604 45 6
                                    

"Hai om Arion! Lagi apa nih, diem diem aja." Sapa sebuah suara yang menggelegar.

"Ya..lagi diem." Polos Arion yang memang sedang duduk terdiam di ruang tengah. Bahkan tv yang sejak tadi menyala pun tidak ia hiraukan.

"Jahe ada om?" Tanya nya.

"Ada, di dapur. Cari aja Wan."

"Oke! Awan kedapur dulu ya om!" Awan melompat lompat kecil menuju dapur.

"Om?" Ucap Langit yang baru tiba.

"Y-ya? Kenapa Langit?"

"Om kenapa kaya ngelamun gitu. Mikirin apa?"

"OooOoOOm! Kenapa enggak ada?" Awan berlari menghampiri Arion.

"Apanya yang enggak ada?"

"Jahe."

"Jahe? Jahe ada kok di dapur, di rak bawah. Jadi satu sama lengkuas, serai, kunyit, daun salam. Ga ada?- padahal kemaren om baru nyuruh maid belanja."

"Kagak sopan! Manggil yang bener- yang dia maksud itu Jaeden om. Mohon maafkan ketidaksopanan dan kekurang ajarannya."

"Ouh kalian kesini nyari Jaeden? Om kirain kalian jauh jauh kesini cuma mau nyari Jahe."

"Dia ada di kamar. Dia ga mau keluar dari kemarin. Om kirain dia emang lagi pengen istirahat aja, tapi sampai hari ini dia sama sekali ga mau keluar kamar."

"Dia ga mau keluar kamar om? Tapi dia mau ketemu sama om ga?" Tanya Awan.

"Dia mau ketemu sama om. Tapi dia ga mau ketemu sama Zayden. Itu tuh yang buat om kepikiran dari tadi."

"Coba deh kalian bujuk. Siapa tau dia mau kalian ajak keluar. Mau kalian ajak jalan jalan juga ga apa apa. Daripada dia di kamar terus."

"Kita boleh ajak dia jalan jalan?"

"Boleh. Kalau perlu om kasih kalian uang buat jajan nanti." Arion merogoh saku celana lalu mengeluarkan dompet dari sana.

"Nih, di kartu ini ada 10 juta? Atau mungkin belasan juta. Cukup?" Arion memberikan 1 kartu atm pada Langit.

"10 juta om?! Om ngasih kita 10 juta buat jajan?!" Pekik Awan tak percaya.

"Iya, kenapa? Kurang ya? Nanti kalau kalian berhasil bujuk Jaeden keluar, om bakal transfer lagi."

"The real rich guy Lang." Gumam Awan.

.

.

.

Tok tok tok...

"Jaeden... sahabat baik mu datang..."

Tok toktoktok tok...

"Jaeden....tiada ku sangka sejak detik itu, kau membuka pintu- "

Cklek..

"Apa?"

"Ayo kita ngedate!"

"Hah?! GA MAU!"

.

"Siapa yang bilang lo boleh nolak?"

"Hhh.. Gua ga mau Wan... please bawa gua pulang."

"Langit..." adu Jaeden pada seseorang yang ia rasa paling dewasa diantara mereka bertiga.

Langit menepuk nepuk puncak kepala Jaeden. "Lo harus keluar Den... ini perintah dari yang mulia Arion."

"Hhh..." untuk yang kesekian kalinya, Jaeden menghela nafas kasar.

My Priorities [ JAZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang