[Tiga Puluh]

354 40 0
                                    

Jaeden terus mengaduk makanannya tanpa berniat untuk memakannya. Bahkan Robert's twins yang merasa sayang dengan makanan itu terus menatap prihatin isi piring Jaeden.

Sekarang ketiga pemuda itu sedang berada di warung nasi goreng dekat sekolah mereka. Tadi sepulang sekolah, Jaeden mendapat pesan dari Arion yang mengatakan bahwa dirinya akan pergi ke Australia untuk pertemuan. Dan mulai saat itulah dirinya kembali murung, dan menjadi sangat murung, melebihi saat dirinya tau akan ditinggal oleh Zayden.

Bagaimana tidak, baru kemarin Zayden meninggalkannya untuk melakukan pertukaran pelajar, dan hari ini tanpa basa basi Arion juga ikut meninggalkannya untuk urusan pekerjaan. Dan dirumah nanti ia hanya akan bersama Ferdian, Kana, dan Moza. Itu akan sangat membosankan.

"Den, dimakan atuh nasi nya. Jangan dibuat mainan kayak gitu, ga baik." Tegur Langit yang sudah kepalang kasihan dengan nasib si nasi beserta teman temanya.

Jaeden menghela nafas berat lalu menyodorkan piringnya pada Robert's twins. "Yaudah ini buat kalian aja. Jaeden ga nafsu makan."

"No, lo harus makan, nanti lo sakit kalau ga makan. Ini udah lewat jam makan lo kan?" Tolak Awan.

"Biarin aja, Jaeden ga laper. Jaeden-"

Jaeden nampak diam tak melanjutkan ucapannya. Membuat Robert's twins menunggu kelanjutannya.

"-hhh ga tau deh, Jaeden rasanya capek aja gitu. Ga mood ngapa ngapain." Jaeden meletakan kepalanya di meja.

"Jangan kayak gini dong Den. Gua ikut sedih kalau lihat lo kayak gini. Makan ya?— atau lo mau apa deh, biar kita berdua cariin. Yang penting lo makan." Bujuk Langit.

Jaeden menggeleng pelan. "Ga pengen apa apa. Ga pengen makan, ga pengen minum, pengennya daddy sama Zeze."

"Wah kalau itu sih susah Den. Nanti malam aja ya vc an sama mereka. Kalau sekarang mereka pasti lagi sibuk, jadi lo makan dulu ya." Jawab Awan.

"Ouh atau lo mau coklat? Kita berdua beliin coklat ya? Lo bebas milih apapun dan berapa pun! Gimana?" Tawar Langit. Namun lagi lagi Jaeden menolak dengan gelengan kepala.

"Susahnya ngebujuk bayi lagi merajuk." Monolog Awan lelah.

"Eh ada apa nih, kok Jaeden kek lesu gitu. Biasanya baterai nya plus plus." Sapa seorang dari arah belakang Awan dan Langit yang ternyata adalah Aldi. Ya Aldi, teman sekelas mereka bertiga yang pernah Awan ambil bukunya untuk menyontek pr.

"Ini nih, ada anak itik rindu pada induknya— btw, kok lo pakai jaket ojol? Lo sekarang kerja ya?" Jawab Langit setelah sempat bersalaman dengan Aldi.

"Iya nih, sekarang gua lagi kerja."

"Kerja, tumben lo kerja. Kenapa? Bahrudin bangkrut ya?" Tanya Awan santai.

"Sialan kau Samsul— kagak, gua iseng aja. Gua lagi gabut, jadi pengen coba semua profesi. Dan hari ini jadwalnya gua jadi ojek online. Lumayan loh penghasilannya, bisa buat bayar spp."

"Widih... segala ada jadwal nya juga. Kalau besok lo kerja apa?" Tanya Langit penasaran.

"Besok? Besok jadwal gua jadi kang sedot wc."

"Hah, yang bener aja lo!" Kejut Robert's twins.

"Iya bener lah, kenapa? Lo mau ikut?"

"Idih.. emang kalau kita ikut, kita bisa jadi apa?"

"Ehm... jadi t*i nya mungkin? Tampang kalian kan mirip mirip tuh. Kelihatan serumpun gitu."

"Bang**t kau." Datar Robert's twins.

"Hehehe canda aelah, jangan dimasukin ke hati. Ups! Tapi kalian kan ga punya hati." Aldi menutup mulutnya dengan kedua tangan, berusaha mendramatisir keadaan.

My Priorities [ JAZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang