[Dua Puluh Lima]

469 31 2
                                    

(🚫4000+ word 🚫) Hai ketemu lagi. Jangan bosen bosen ya. Semoga suka, maaf kalau ada typo. Kasih taulah biar bisa direvisi. Oke, enjoy!😆



"Saya minta untuk jangan terlalu formal jika berada di sini. Dan untuk kalian, saya minta untuk tidak menatap Jaeden seperti tadi, dia ketakutan. Paham?"

"Paham."

"Untuk pak Sadewa dan bu Karina, panggil saya dengan nama saja. Untuk kalian berempat, panggil saya nama juga. Dan untuk kamu, panggil saya om atau paman. Dan itu juga berlaku pada Veron, mengerti?"

"Mengerti."

"Bagus. Ingat, jangan terlalu kaku dan mencolok."

"Baik."

××××

Matahari telah menampakan dirinya dengan tangguh, cahaya nya masuk melalui jendela, menyapa tiga manusia berstatus ayah dan anak yang masih terlelap itu. Sang ayah yang lebih mendominasi, memeluk kedua putranya dengan sangat erat seakan tak mau kehilangan. Sampai ia tak menghiraukan panggilan untuk bekerja.

Arion membuka matanya. Ia tersenyum kala hal pertama yang ia lihat adalah kedua anaknya. Ia tak menyangka kalau mereka sudah sangat besar. Tapi kenapa di matanya, yang terlihat hanya dua balita kecil yang rapuh? Keduanya sangat kecil, lembut, manis, tampan, dan gembul.

Sungguh tak terbayangkan saat ia kehilangan kedua anaknya kelak. Cepat atau lambat mereka pasti akan datang padanya dan membawa seorang wanita beruntung yang akan menjadi calon istrinya nanti.

Bisa kalian bayangkan? Walau bukan anak kandung, tapi seluruh cinta dan kasih Arion telah ia berikan pada kedua anaknya. Ia berperan sebagai ayah dan ibu disaat yang bersamaan untuk waktu yang lama. Itu tidak mudah baginya. Namun saat waktu itu tiba, ia merasa kalau masa masa yang ia habiskan bersama anak anaknya hanya berlangsung dalam hitungan detik. Dan ditinggal oleh mereka terasa seperti lebih dari ribuan tahun walau baru berjalan beberapa menit.

Ia bahkan pernah berpikir, andai Jaeden dan Zayden adalah anak perempuannya, maka ia akan lebih memilih untuk menikahi nya saja nanti. Memang gila, tapi sebesar itulah rasa takut kehilangan yang dirasakan Arion.

Tapi walau begitu, ia tidak memaksa, ia juga tidak bisa berbuat apa apa karena memang sudah jalan nya. Anak anaknya harus memiliki kehidupan yang lebih baik daripada ini. Dan memiliki istri serta anak, merupakan mimpi terindah bagi semua orang. Walaupun ia tidak termasuk kedalam nya.

Baginya, memiliki Jaeden dan Zayden adalah hal yang paling membuatnya bahagia lebih dari apapun. Setelah kakaknya tentu saja. Bagaimanapun, keluarga nya yang tersisa hanyalah kakaknya, dan banyak hal yang sudah Veron lakukan untuk sekedar membuatnya aman dan bahagia. Dan itu juga sangat, sangat, sangat, berharga. Better than gold lah pokoknya.

Dan satu mimpi Arion yang sangat ia wujudkan, yaitu 'seandainya boleh, dan bisa, ia sangat ingin mengulang masa masa dimana ia bertemu dengan Jaeden kecil, dan Zayden kecil'. Tapi itu sangat mustahil ia pikir.

Tapi, omong omong mengenai gold/emas, ia jadi merasa bersalah atas kejadian semalam. Kalau bukan hanya karena sekedar tambang emas itu, pasti berlianya tidak akan saling beradu kemarin. Dia merasa menjadi daddy, adik, dan pemimpin yang sangat buruk.

Ia juga merasa kalau orang orang, apalagi anaknya telah kecewa padanya. Walaupun sebenarnya tidak begitu. Kau hanya tidak tau saja Arion.

Apapun yang kau lakukan akan selalu terlihat sempurna dimata kedua anak mu. Karena mereka berdua telah dibutakan oleh cinta seorang ayah yang kau bangun selama ini. Jadi, teruslah bersemangat, jangan merasa rendah, karena sebenarnya kedua anak mu tengah menjunjung mu tinggi.

My Priorities [ JAZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang