[Dua Puluh Sembilan]

388 34 0
                                    

🚫4000+ word 🚫 sorry for typo. Semoga kalian suka, dan ga bosen.
Enjoy.


"...jadi bisa saya simpulkan untuk rapat hari ini bahwa sekolah kita mengikuti program pertukaran pelajar yang diikuti oleh 10 siswa terpilih, dan kegiatan pertukaran pelajar akan dilakukan 3 hari lagi di Australia. Semua peserta akan diantar oleh sekolah, dari bandara menuju Australia. Dan semua kebutuhan mereka selama menjalani program akan ditanggung sekolah. Mulai dari transportasi, tempat tinggal, sampai makan. Dan kegiatan itu akan berlangsung selama kurang lebih 10 hari."

"Bagaimana bapak bapak dan ibu ibu, sudah jelas?— ouh maaf, peserta yang menghadiri adalah 9 orang, karena siswa bernama Haza Jaeden Bara tidak ikut. Bagaimana, apa sudah jelas?"

Semua hadirin yang mengikuti rapat itu mengangguk paham.

"Sudah pak." Jawab beberapa orang.

"Kalau begitu rapat hari ini kita akhiri, terimakasih untuk bapak dan ibu yang sudah hadir di rapat pertemuan donatur kali ini. Semoga kegiatan kita diberi kelancaran."

"Iya pak, semoga saja."

"Kalau begitu kami pamit tuan tuan dan nyonya nyonya sekalian."

Satu persatu orang di ruangan itu keluar menyisakan Arion, dan Hendra, ketua panitia kegiatan.

"Pak Arion, anda tidak pulang? Kenapa wajah anda pucat begitu, anda sakit?" Tanya Hendra yang bingung karena Arion sama sekali tidak berkutik semenjak rapat dimulai.

"Tidak, saya baik." Lesu Arion.

"Lalu anda kenapa? Apa ada masalah? Atau anda ada kritik mengenai kegiatan ini? Atau mungkin anda ingin mengikutkan Jaeden lagi?"

Arion mendongak. "Tidak, saya hanya masih belum bisa melepas Zayden. Dia akan pergi 10 hari, dan itu tanpa saya."

"Saya akan merasa kesepian saat dia pergi nanti." Ucap Arion.

Hendra tersenyum maklum kemudian bangkit berdiri. "Saya tidak menyangka kalau pak Arion ini orangnya sangat penyayang. Tapi pak Arion tidak perlu khawatir, Zayden pasti aman pak, saya jamin itu. Jadi bapak tidak perlu khawatir."

"Saya tau kalau Zayden akan aman pak, tapi saya masih belum terbiasa ditinggal anak saya. Ini akan menjadi kali pertama dia pergi dari rumah dalam waktu yang lama, tanpa saya."

"Hhh... tapi apa boleh buat, dia ingin ikut program ini, dan saya tidak bisa menghalangi dia. Saya tidak menyangka, dia cepat sekali besar."

"Benar, anak anak itu cepat sekali besar. Padahal saya merasa baru kemarin, saya mengajari mereka naik sepeda untuk yang pertama kali, tapi sekarang mereka malah sudah bisa naik motor sendiri— saya juga merasakan hal itu pak Arion." Hendra menerawang jauh ke masa dimana anaknya masih sangat kecil.

Arion menoleh kearah Hendra. "Apa anak bapak juga ikut program ini?"

Hendra mengangguk. "Iya, lebih tepatnya anak saya adalah sahabat anak anda pak Arion."

"Hah, berarti anak anda Danu?"

"Betul sekali. Jadi saya benar benar menjamin keselamatan dan keamanan anak anak, karena anak saya juga ikut didalamnya. Jadi pak Arion tidak usah khawatir."

Arion mengangguk. "Ya anda benar, saya tidak perlu khawatir."

.

"I could be red, or I could be yellow, I could be blue, or I could be purple, I could be green, or plink, bling, bling? Or white, I could be every color you like— ish, kenapa kalau nyanyi bagian itu pasti keseleo lidah Jaeden."

My Priorities [ JAZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang