[Empat Puluh]

185 15 0
                                    

Arion bangun dari tidurnya dengan wajah penuh senyuman. Ia tidur sangat nyenyak dan bermimpi indah barusan. Dan itu membuat keadaanya sangat baik.

Arion menoleh ke samping, namun ia tidak mendapati Veron di sana. Tak berpikiran buruk, Arion lantas berlari menuruni tangga dengan riang.

Sampai di lantai dasar, Arion tak bisa menemukan siapapun kecuali guard yang berjaga.

Namun, dengan wajah yang terus berseri, Arion terus mengedarkan pandangannya mencari sosok sosok yang ia ingin temui.

Arion berlari ke ruang tengah. "Kak Veron?" Itulah kata pertama yang Arion ucapkan sejak ia baru bangun dari tidurnya.

"Huh? Tidak ada? Apa di ruang tamu?" Arion kembali berlari kecil ke ruang tamu. Masih dengan wajah berseri.

Saat sampai di ruang tamu, Arion tetap tidak menemukan siapapun. Ia hanya disambut dengan fotonya bersama dengan seluruh anggota keluarganya. Dirinya, Veron, Naila, Jaeden, Zayden, dan si kembar Dipa, Difan. Foto itu terpampang sangat besar dan indah.

"Tidak ada juga? Ouh mungkin dia di dapur!"

"Kak Veron...! Kakak dimana? Ayo main sama Arion! Hihihi~."

Arion hendak berbalik arah menuju dapur, namun sesuatu mencuri perhatiannya saat itu. Ia melihat Jaeden, Zayden, dan Veron sedang berbincang di tengah halaman.

"Kak Veron! Di sana ternyata!" Riang Arion.

"Tapi kenapa kakak bawa tas banyak? Jaeden sama Zayden juga pelukan sama dia. Kak Veron mau kemana."

Arion berlari kecil menuju pintu utama. Di setiap langkahnya, ia melihat Veron mulai pergi dengan banyak pengawal. Bara's brother juga tampak melambaikan tangan.

"Kakak! Kakak mau kemana?! Kakak!" Panggil Arion. Namun tidak ada yang mendengarnya.

"Kakak mau kemana?! Jangan pergi! Arion ikut! Kakak!"

Hap!

"Huh?- Juna, kakak mau kemana? Arion mau ikut! Lepas!"

"Tidak boleh." Jawab Juna mencoba datar.

"Arion mau ikut! Kakak! Arion ikut!"

"Lepas Juna! Arion mau ikut kakak! Lepas!" Berontak Arion.

Juna tetap tak bergeming. Ia terus menahan Arion agar tidak keluar menemui Veron.

"Arion bilang lepas! Hiks... Lepas!"

Arion terus memberontak sampai ia mendapat ide.

"Aaangg!"

"Argh!- Arion, kemari!" Juna berlari mengejar Arion yang sudah berhasil lepas dengan menggigit tanganya sampai luka.

"Kakak! Tungguin Arion! Jangan tinggalin Arion!"

"Arion enggak mau sendirian! Kakak!"

Arion berlari sekuat tenaga guna menghampiri kakaknya.

"Jangan melihat kearahnya hyung, cepat masuk ke mobil." Tegur Jaeden.

"Tapi dia nangis. Hyung ga tega."

"Kau harus tega hyung. Ini juga demi daddy." Balas Zayden.

"Cepat masuk mobil, jangan berinteraksi dengan daddy lagi."

"Kakak! Hiks... jangan pergi!"

"Jaeden! Zayden! Jangan bolehin kak Veron pergi hiks.."

"Jangan pergi!"

Arion hampir sampai di dekat Veron. Ia terus menambah kecepatan larinnya.

Ctaak!

"Ugh!"

My Priorities [ JAZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang