[Dua Puluh Enam]

403 32 3
                                    

Enjoy...



Bugh! Bugh! Bugh!

"Waaw... dia sangat bagus kurasa."

"Jelas, dia anakku."

"Naah~ dia anak kita Arion."

"Sejak kapan Jaeden menjadi anak mu juga?"

"Sejak aku bersama dengan mu. Ahh sudah, aku harus bicara dengan Zean."

Adelard berjalan menghampiri Zean yang sedang berlatih tinju di ruangan gym. Jika biasanya yang kita tau kalau Arion dan Jaeden adalah dua makhluk yang sama sama bucin, mungkin untuk yang satu ini tidak. Sesama alter ego mereka saling bertemu, yang satu tegas, dan yang satu bringas. Ya.... begitulah. Akan ada banyak love hate relationship diantara mereka.

"Selamat datang lagi Zean... how are you?"

Zean menghentikan kegiatannya, kemudian berbalik menghadap Adelard.

"Go, I don't want to see you."

Adelard tersenyum kecil. "Why?"

"Because I hate you."

"Why do you hate me? I'm your daddy, remember?"

"Ya aku ingat, tapi itulah yang membuat ku membenci dirimu!"

"Kau menyebut dirimu sebagai 'daddy'? Tapi kenapa kau mengingkari janji mu dan membiarkan ku kembali?! Kau sudah membuat Jaeden ku sengsara. Dan itu artinya kau berbohong!"

"Aku tidak sengaja Zean, maafkan aku. Memang aku telah lalai, tapi aku sudah melakukan yang terbaik."

"Apakah kata 'terbaik' mu adalah yang terbaik untuk Jaeden juga, ha bapak tua!?"

"Tolong maafkan kami, Zean. Kami mengaku salah. Tolong jangan marah marah seperti ini, kasihan Jaeden."

"Jika kau marah, Jaeden akan kelelahan."

Kedua tangan Zean mengepal kuat, wajahnya memerah.

"Tapi kalian yang membuat ku marah! Aku sangat marah pada mu!!— peluk aku!"

Adelard berjalan perlahan mendekati Zean sembari tersenyum.

"Aku tau, maka dari itu aku minta maaf. Tolong maafkan aku dan Arion. Kami akan melakukan yang lebih baik lagi untuk Jaeden. Kau jangan marah, ya?"

Zean diam saja, Adelard lantas mengeratkan pelukanya.

"Setelah bertahun tahun, kau sama sekali tidak berubah Zean." Bisik pria berjas hitam itu.

"Ya, kau juga."

"Kau?- Masih tidak ingin memanggil ku daddy hm?"

"Tidak juga."

"Benarkah? Coba sekarang kau panggil aku daddy."

"Untuk apa? Tidak mau."

"Untuk apa? Jelas aku adalah daddy mu, maka kau harus memanggil ku dengan sebutan itu."

"Begitukah?"

"Iya. Sekarang coba kau panggil aku daddy. Cepat."

"Tidak mau. Jangan memaksa."

"Ehmm, tidak mau ya... yasudah kalau begitu lepaskan pelukan ku." Adelard mendorong Zean perlahan agar mau melepaskan pelukanya.

"Tidak- jangan. Jangan dilepas. Aku masih marah." Cegah Zean.

"Kalau begitu panggil aku daddy. Sekali saja."

"Ya syukur syukur kau akan terbiasa."

"Tidak mau."

My Priorities [ JAZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang