[Tiga Puluh Empat]

263 31 2
                                    

"Tangan daddy keiris pisau, terus tiba tiba ja-jadi sakit. Hiks.."

.

"Ya ampun, kenapa bisa? Sini cuci dulu lukanya. Ze, ambil kotak obat." Jaeden menarik Arion menuju wastafel kemudian mulai membersihkan luka Arion dengan perlahan.

"Siap."

"Lainkali hati hati dad."

"Iya." Arion terus terisak.

"Den." Panggil Arion.

"Ya?"

"Ini."

Jaeden mengalihkan pandanganya dari tangan Arion. Dan terlihat Arion menyodorkan sabun cuci piring padanya.

"Untuk apa?"

"Katanya Jaeden mau cuci luka daddy." Ujar Arion polos dengan suara bergetar sisa menangis.

"Bukan gitu konsepnya daddy. Udah ayo sini diobatin dulu lukanya." Jaeden kembali menarik tangan Arion menuju meja makan.

Arion yang ditarik tarik begitu hanya bisa mengikuti Jaeden dalam diam.

"Jaeden, sakit."

"Tahan dulu sebentar. Ini luka daddy lumayan besar soalnya." Ujar Jaeden sambil terus mengobati Arion yang terus saja meringis. Sedangkan Zayden, dia hanya bagian melihat.

"Sshh... Jaeden sudah. Tangan daddy sakit, hiks..."

"Sstt jangan nangis. Ini udah selesai kok." Jaeden menempelkan plester bergambar dino berwarna biru.

"Nah sudah!"

"Sudah?"

"Sudah. Sekarang daddy duduk saja, Jaeden sama Zayden yang bakal lanjutin masak." Jaeden melepas apron yang dipakai Arion, lalu memakainya.

"Ga apa apa?"

"Ga apa apa dong. Ayo Ze, lo potong sayuran. Gua mau lanjut goreng ayam nya." Jaeden berlalu menuju kompor, sebelum ia berhenti karena menyadari sesuatu.

"Eh?— loh!"

"Kenapa?"

"Lo?"

"Gua‐ ga, ini ga mungkin kan?"

"Wah ga bener nih."

"Jangan bilang kalau lo sama daddy?"

"Daddy kenapa?"

Jaeden dan Zayden saling tatap sebelum keduanya sama sama menatap Arion yang terdiam polos. Bahkan entah kenapa vibes vibes bayi mulai terpancar di sekitar Arion.

"Jaeden."

"Ya daddy?"

"Daddy ngantuk, daddy ga usah makan aja ya. Besok aja makan nya." Ujar Arion sambil mengucek mata nya berulang kali.

Zayden menjauhkan tangan Arion dari mata, kemudian mengusap pelan mata ayahnya.

"Jangan dikucek."

"Hu'um."

"Daddy ngantuk? Yaudah, ayo Jaeden antar ke kamar. Tapi nanti kalau daddy laper bilang ya. Jangan sampai ga bilang."

"Iya."

"Oke ayo."

"Gua ikut!"

Zayden berlari kecil mengejar kakak dan daddynya menuju kamar. Ia melihat bagaimana Arion yang awalnya terus merengek karena semakin merasa mengantuk, sampai akhirnya Jaeden memilih untuk mengangkat tubuh Arion menuju kamar.

Bukankah ini kejadian yang terlalu ajaib bagi keluarganya? Begitulah kiranya isi pikiran Zayden.

Mereka bukanya memiliki hubungan darah. Bahkan mereka hanya orang random yang dipertemukan oleh tuhan agar menjadi sebuah keluarga.

My Priorities [ JAZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang