[Tujuh Belas]

433 36 0
                                    

Pagi ini mansion sudah digegerkan dengan tangisan dua bayi kembar yang merasa tersiksa dengan tangan mereka yang gatal.

"Sudah, jangan digaruk terus ya sayang sayang ku. Nanti tambah sakit." Jaeden terus berusaha menghentikan tangan Bara's twins yang terus menggaruk.

"Sekarang makan saja. Eden suapin."

Jaeden menyuapi bayi itu satu persatu dengan telaten. Pagi ini hanya dia yang mengurusi Dipa dan Difan, karena Awan dan Langit masih tidur, sedangkan Zayden entah kemana.

"Den anti Ipa maw ain boweh?"

"Boleh, mau main apa?"

"Maw ain upet upet."

"Ifan uga maw ain upet upet."

"Euhm...petak umpet ya?" Jaeden tampak berpikir sebentar.

"Boleh deh. Nanti Eden ajak kakak kakak yang lain juga ya?"

"Iyah!"

"Oke. Sekarang makan lagi ya, dihabisin."

"Key!"

Jaeden mengusak rambut kedua sepupu kecilnya dengan gemas, lalu tak lama kemudian tiga pemuda lain datang bergabung di ruang tengah, karena Jaeden memang sedang menyuapi si bayi di ruang tengah sambil menonton Pororo.

Dua pemuda yang bermuka mirip bin sama itu datang dengan penampilan khas seperti orang bangun tidur. Sedangkan satu pemuda yang lain datang dengan penampilan rapih, serta wangi.

"Mau kemana lo?" Tanya Jaeden yang sadar kalau adiknya sudah rapi.

"Mau kencan."

"Sama Yuna?"

"Iya. Bolehkan?"

"Hm." Dingin Jaeden dengan terus menyuapi si kembar.

"Ai maw mana? Fan kut dak?"

"Difan di rumah sama Eden dulu ya, Ai mau pergi sama temen Ai." Pamit Zayden.

"Ipa maw kut Ai!"

"Fan uga! Maw kut!"

"Eee maaf baby, kalian ga bisa ikut. Ai cuma sebentar kok, janji."

"Kok na Ipa maw kut Ai!"

"Fan uga Ai! Fan maw kut Ai! Dak maw Den! Maw ma Ai!"

Ouh jangan seperti ini. Kenapa mereka menjadi rewel? Pikir Zayden.

Zayden melirik Jaeden untuk memberikan pertolongan agar ia bisa pergi.

Mendapat sinyal meminta pertolongan dari Zayden, Jaeden langsung bergerak membujuk kedua bayi itu.

"Sst sst Dipa, Difan, dengerin Eden." Jaeden berusaha menarik perhatian keduanya agar tidak menatap kearah Zayden.

"Kalian ga usah ikut Ai. Nanti kita pergi jalan jalan sendiri, gimana?"

"Dak maw Den! Maw Ai!" Sahut Difan.

"Sekarang Eden tanya. Kenapa kalian mau sama Ai?-" Jaeden mengibas ngibaskan tanganya di belakang si kembar untuk kode agar Zayden cepat pergi.

Kode itu ditangkap cepat oleh Zayden. Dia mengucapkan terimakasih dan berpamitan tanpa suara, lalu pergi keluar secara mengendap endap.

"-Ai lebih ganteng ya daripada Eden? Iya? Atau Ai lebih baik?" Tanya Jaeden pura pura merajuk.

"Ai bih baik!" Ujar Difan.

"Ai uga bih anteng!" Sahut Dipa.

"Berarti Eden enggak baik dan ganteng dong? Eden merasa tersakiti." Drama Jaeden sambil berbaring di lantai seolah akan pingsan.

My Priorities [ JAZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang