2 minggu setelah kejadian "helloween berdarah", semua tidak seperti dulu..
Lagi.
Lagi dan lagi.
Kehilangan.
"Aku membawa Mie peyoung, Baji-san. Sesuai dengan janjiku."
Terlihat seorang lelaki berambut undercut sedang duduk didepan makam seorang Baji Keisuke. Dengan Mie peyoung setengah porsi didepannya, dia mengingat kembali masa lalunya. Dimana pertama kali dia bertemu dengan seseorang yang sangat dia hormati.
"Saat pertama kali bertemu, kau juga begitu, ya..."
"Setengah-setengah."
Chifuyu mengingat kembali masa itu. Saat pertama kali bertemu dengan orang klimis berkacamata tapi tidak tau menulis kanji, mengajarinya bagaimana cara menulis kanji, serta melihat dengan mata kepala sendiri ternyata klimis berkacamata itu hanyalah sebuah topeng yang digunakan untuk membuatnya naik kelas. Tak disangka, seseorang yang culun dan bodoh bisa menjadi kuat, hebat, dan terlihat sangat menyeramkan, walaupun bodohnya masih ada. Tapi hal itu tak membuat Chifuyu mengundurkan diri untuk bersama dengan Baji Keisuke, karena dialah Chifuyu menggunakan bahasa sopan kepada siapa saja.
Dan sekarang, yang tersisa, hanyalah air mata yang terus mengalir.
"Baji-san hiks, curang sekali kau, hiks kau hanya bilang trima kasih? Hiks mulai sekarang apa yang harusku lakukan?"
Seseorang mendekati Chifuyu. Chifuyu yang menyadari hal itu menengadah ke atas. Matanya memblak kaget melihat sesosok orang yang berkaitan dengan Baji Keisuke. Mungkin Chifuyu tau, orang itu pasti lebih tersakiti dibanding dirinya.
Orang itu mengatupkan kedua tangannya, berdoa terlebih dahulu sebelum memulai percakapan dengan orang yang disayanginya. Setelah selesai berdoa, rambutnya dibawa oleh semilir angin. Dia menatap Mie peyoung yang ada dikuburan itu, dia pun tersenyum sendu.
"Dia mengajarimu ya, Matsu-chan?"
Chifuyu seketika terdiam, apa maksudnya diajari?
"A-apa maksudmu, Shugino-chan?" Tanya Chifuyu yang masih menatap ke atas, dimana dia menatap wajah Shugino.
"Setengah-setengah. Aku mengajarinya waktu kami masih kecil, karena aku menyukai mie peyoung sama sepertinya, kami makan saling berbagi. Yah.. walaupun mienya ada lebih, tapi kami sudah terbiasa setengah-setengah.." jelas Shugino sambil tertawa kecil, kemudian tangannya terulur untuk mengelus batu nisan itu.
"Arigato na, Kei-chan." Ucap Shugino yang tersenyum pahit sambil menundukkan kepalanya.
Chifuyu yang mendengarkan hal itu sedikit terkejut. Pikirnya, karena waktu itu mienya tinggal satu, jadi dia memutuskan untuk setengah-setengah dengan Chifuyu. Ternyata pemikirannya itu salah.
Chifuyu yang masih menatap Shugino, melihat punggungnya yang mendukung sebuah peti gitar. Dia pun bertanya pada Shugino.
"Untuk apa kau membawa gitar?" Tanya Chifuyu yang masih terisak. Shugino juga lupa dengan tujuannya membawa gitar itu, kemudian dia duduk disebelah Chifuyu dan mengeluarkan gitarnya itu. Terlihat dia seperti siap untuk memainkannya.
"Kau tau, gitar ini diberi nama 'Kematian' olehku." Ucap Shugino sambil memetik beberapa senar gitar. Chifuyu juga heran, ada ya gadis yang menamai sesuatu dengan nama yang tidak masuk akal?
"Gitar ini dihadiahi padaku pada ulang tahunku yang ke-7 tahun. Mereka mengumpulkan uang untuk membeli gitar ini." Chifuyu yang mendengar kata 'Mereka' berpikir, siapa yang dimaksudnya?
"Baji-san, desuka?" Tanya Chifuyu ragu-ragu.
Shugino tersenyum pada Chifuyu yang dapat membuatnya terdiam dengan senyuman penuh arti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Akashi's Blood || Tokyo Revengers X Oc ||
Cerita Pendek"Lari! ada boys hunter!" "Kalau kalian melihat gadis bergelang lonceng, larilah!" "Keturunan Akashi semuanya kuat!" "Manji-chan! Kei-chan! Shugi-chan! tunggu aku!" "nee, Shin-chan dan aniki selalu sama-sama terus, apa kalian berdua gay?" "Salam kena...