• • •setelah mengobati luka anak itu, kini mereka kembali kekelas mereka dikarenakan Jam pelajaran tampaknya akan segera dimulai.
Nafra mulai bosan, pelajaran terasa berlangsung sangat lama. Kalau badannya baik baik saja, Anak ini akan bolos saja rasanya.
hingga lama berkutat dengan pelajaran mereka, akhirnya bel Istirahat terdengar berbunyi. Nafra bersorak gembira, akhirnya dia makan juga.
"yoklah kantin Nafra mau makannnn" Seru anak tersebut.
"Nafra lo sebenernya ga cocok jadi SMA, masuk SD aja sana" Ujar Eiden, Nafra mengernyit heran.
"loh kenapa? Kan Nafra udah beli baju SMA, masa harus masuk sd. kan sayang uang Nafra" ucapnya lagi, Davier terbahak. Eiden menepuk jidatnya pelan, Nafra ini pintar pintar bego. sedangkan Leondra hanya tersenyum tipis seraya mengusak rambut Nafra pelan.
"terserah anak bayi dah" Ujar Eiden.
"Nafra engga bayi, kan Nafra udah besar. segini banyak, banyak bengetttt" ceritanya dengan kedua tangan yang menggambar bulatan besar di udara.
"iya deh yang udah besar." ucap Davier seraya merangkul gemas Nafra.
"ohya umm, Nafra bau engga?" Tanya anak itu, ketiganya mengernyit heran.
"Iya Nafra bau" Jawab Eiden cepat, anak itu melepas rangkulan Davier padanya.
"Nafra malu. Parfum Nafra abis jadi Nafra bau asem, bau keringat" ujarnya lagi dengan nada murungnya.
"Nafra gak bau asem kok, Karna keringatnya Nafra itu bau harummmmmm" Ucap Davier seraya memeluk gemas Nafra, memang benar wangi Nafra sekarang seperti wangi bayi.
selain tampangnya yang seperti bayi, anak itu juga memang menggunakan perlengkapan wewangian bayi. Karna katanya itu lebih murah. seperti sekarang ini, Anak itu sangat wangi bayi. walau katanya dirinya sudah bau keringat.
"tapi kan Nafra engga pake parfum" ucapnya lagi, kadang anak itu merasa minder berteman dengan tiga orang ini. dirinya kaum fakir tidak akan pernah cocok bersanding dengan ketiganya.
"Nafra wangi kok, udah ayok kekantin Nafra lapar kan?" kini Leondra mulai buka suara yang dibalas anggukan semangat oleh Nafra.
"ayooo letsgooooo" Ketiga remaja dan satu anak kecil tersebut pun mulai menuju kantin, Nafra terlihat sangat mungil ketika berjalan dengan ketiganya. masalahnya tinggi anak itu hanya sedada ketiganya. bisa dibayangkan bagaimana gambaran keempatnya berjalan bersama.
sesampainya mereka dikantin, ketiganya langsung memesan makanan dan menunggunya. Nafra sudah sangat lapar dirinya kan tadi tidak sarapan,
"Nafra nanti mau pergi kerja?" Tanya Eiden pada Nafra yg dibalas anggukan olehnya.
"tapi kan tangan kaki Nafra masih luka luka" Ucapnya lagi seraya memperhatikan luka Nafra yang masih terlihat basah.
"emang kenapa? Nafra masih bisa jalan kok" Jawab anak itu.
"tapi kan masih sakit, nanti besok aja kerjanya kali Naf" Kali ini Davier yang berucap.
"tanggung tau jumat besok Nafra kan sebulan full kerja, nanti gaji Nafra full hahayyyyy"seru anak itu.
ketiga nya hanya mengangguk memaklumi. ketiganya kasihan dengan nasib bocah menggemaskan ini, di umurnya yang masih bisa dibilang kecil dirinya harus banting tulang menghidupi dirinya sendiri.
dua tahun berteman dengan bocah ini, ketiganya hampir tau semua kisah hidup anak ini. mulai dari kehidupan keras dirinya di panti asuhan lalu kehidupannya yang sekarang semenjak meninggalnya kakek Hanum.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAFRAZAN
Teen FictionBagi Nafra, ada tiga cara mengatasi kesusahan hidup dalam keadaan sebatangkara yang miskin melintir ini. -REUSE untuk Penggunaan kembali jiwa lemah yang mencoba tetap tegar dengan baik dan benar. -REDUCE untuk Mengurangi overthinking berlebihan aga...