00.37

4.6K 440 15
                                    


•     •     •

sebenarnya sebelum Acara diadakan, Alamsyah sudah banyak mewanti wanti resiko apa yang akan dirinya dapat. entah mengenai kacaunya Acara, atau yang paling parah menelan korban seperti contoh sang putra bungsunya di kejadian yang tadi hampir terjadi.

dan Malam itu, setelah Permintaan maaf Alamsyah ucapkan sebesar besarnya pada para tamu undangan, juga setelah selesai memberi sanksi pada oknum oknum kecil yang ikut andil dalam rencana mencelakai sang putra, Dirinya yang masih sepenuhnya dikuasai Amarah tak berkesudahan itu mulai meninggalkan kediamannya.

dengan mengendarai Mercedes Benz Maybach Exelero miliknya, Alamsyah mulai membelah jalanan yang tengah diguyur lebatnya hujan saat itu. membawa mobil mahalnya dengan kecepatan di atas rata rata, setelah beberapa anak buah yang bekerja dengannya di dunia bawah memberi info tentang posisi terkini dalang dari teror dan kegaduhan yang sudah di amankan mereka.

 "dimana?" Setelah sampai, Pertanyaan spontan langsung Alamsyah utarakan pada beberapa bodyguard yang berjaga didepan bangunan tua tempat Biasa Alam mengeksekusi dan melumpuhkan para lawannya.

"di ruangan bawah tanah, Tuan."

Alamsyah mengangguk, Mulai menuju ruangan tersebut dengan membawa Aura gelap yang dapat para Anak buahnya rasakan.

"BODOH! LEPAS SIALAN, CARA LICIK KALIAN DENGAN TUAN BODOH KALIAN TIDAK MEMBUATKU TAKUT!!" dari jauh, Teriakan penuh hasrat ingin bebas bercampur kekesalan Maksimal bisa Alamsyah dengar.

Disana, Nathaviro Pahlevi yang  diyakini menjadi dalang dan berandil besar dalam teror yang sering terjadi Akhir akhir ini tengah berteriak meminta di bebaskan.

Alamsyah tersenyum kecil, namun membatin kata kata Makian mengingat bedebah sialan di depannya ini sudah cukup membuat dirinya dan keluarga terganggu.

"ALAMSYAH SIALAN! LEPASKAN AKU SEKARANG." dalam belenggu besi yang ada disana, Orang itu berucap.

"setelah semua yang terjadi akhir akhir ini, Natha?" Alamsyah tertawa kecil. menanggapi betapa badutnya permintaan manusia tolol didepannya ini.

"kau akan menyesal, lebih daripada yang terjadi lalu."

"Maka sebelum itu Kaulah yang harus merasakan apa arti penyesalan yang sesungguhnya."

DOR!

satu peluru dari HS-9 miliknya melesat mulus mengenai bahu kiri Natha.

"Alamsyah kau benar benar akan menyesal." dalam ringisannya, Natha berucap pelan.

"benarkah?" Alamsyah bertanya dengan nada tenang, terlepas dari dirinya tipikal manusia yang tidak pandai mengeluarkan ekspresi, dirinya juga tidak ingin membuang sia sia tenaga dan suaranya untuk sekedar berteriak memaki Orang didepannya ini.

"Bahkan kau saja tidak tau apa apa, bukan?." Natha tertawa. memaki kebodohan Alamsyah yang bersikap si paling sok tau itu.

"Ya, terlalu malas juga untuk mencari tau."

DOR! DORR!!

Lagi, peluru itu menembus tubuh Natha. lelaki parubaya seumuran Alamsyah itu tampak sudah bersimbah darah. mulai terkapar, terlihat jelas banyak luka yang sebelumnya sudah Anak buah Alamsyah berikan ditambah luka tembak yang Alamsyah berikan barusan.

Natha pasrah, dirinya sadar dan mengakui yang di ucapkan Alam benar adanya. Alamsyah bukanlah lawan yang baik, yang harus dirinya hadapi. Namun, apakah Alamsyah sadar sesuatu?

"berikan kata kata terakhir mu." Alamsyah bertanya, seraya kembali mengisi pasokan peluru yang ada pada HS-9 miliknya.

"Kau akan menyesal, Alamsyah." Lagi, kata kata itu dengan intonasi meyakinkan kembali Natha ucapkan.

NAFRAZAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang