• • •Nafra kini sudah berada di kamar rawatnya, Bersama semua kakak laki lakinya dan sialnya sang bunda dan ayah juga sudah tiba disana.
Tidak perlu menjelaskan apa yang terjadi pada Alamsyah karna tanpa diberitahu pun dirinya sudah tau apa yang terjadi. mata Alamsyah ada di mana mana, dan tak menutup kemungkinan tanpa Adnial beritahu dirinya sudah paham apa yang terjadi pada anak bungsunya tadi.
"kita bersihkan dulu ya sayang, ini pasti perih ya nak?" Ucap Almira seraya perlahan mulai membersihkan dan mengompres luka membiru pada punggung sang putra.
"Tidak usah takut, Ayah sudah memberi mereka pelajaran yang setimpal." Kata Alamsyah seraya mengusak surai sang putra. dirinya marah tentu saja namun sekarang Alam sudah harus menahan dirinya untuk tidak sering marah marah. mengingat putranya yang jauh berbeda dari sifat keempat putra yang lainnya.
"Tapi Nafra juga pukul Rejafa" ucap Nafra jujur. dirinya tidak mau dikira playing victim, dirinya juga salah walau akarnya memang ada pada Rejafa sendiri.
"ya, Ayah tau."
"Tapi itu karna Rejafa duluan, dia rese. Nafra bukan anak pembawa sial, ayah.." ucap Nafra total berhasil menyerang perasaan manusia manusia yang ada di sekitarnya.
"tidak, tidak sayang dengarkan bunda. Nafra tidak seperti itu, Nafra itu spesial sayang. tidak usah membawa perkataan orang orang itu dengan serius.. sayangku," Almira mencoba memberi paham, menusia manusia luar sana memang kadang sejahat dan sekejam itu.
"jangan merasa seperti itu, nak.. kita semua menganggap Nafra spesial, manusia manusia di luaran sana tidak berhak berucap seperti itu. dan Nafra juga tidak perlu memasukan ucapan itu dengan terlalu serius. Nafra itu spesial, anak ayah dan bunda. mulai sekarang ayah janji, tidak akan ada lagi yang bisa berucap seperti itu pada Nafra. Ayah janji itu." kata Alam seraya mulai membawa sang anak masuk dalam dekapan hangatnya.
Nafra merasa nyaman juga tentu saja, dirinya membalas pelukan hangat sang ayah. menghirup aroma wangi mahal yang tak pernah dirinya endus sedekat ini pada siapapun karna nyatanya kebanyakan orang dekatnya tidak ada yang seperti Alamsyah. (duitnya) 🙏
punggungnya sudah di obati, dan yang menjadi masalah baru adalah bagaimana cara memasangkan anak itu infusannya lagi. Nafra masih perlu, selain karna mereka yang berlebihan tubuh Nafra juga memang betul-betul masih memerlukan cairan medis itu.
masih mendekap sang anak, dengan pasti Alam sudah memberi kode. Membawa Vindra perlahan mendekat dengan sebuah suntikan berisi cairan bius dan dengan secepat tak terkira mulai memasukan cairan tersebut pada lengan kecil sang adik.
"Ayah, sakit.." Nafra masih bisa merasakan perihnya benda haram yang sangat ia benci menusuk lengan mongielnya, masih bisa mencoba mengeluhkan sakitnya sebelum kegelapan benar benar membawa jiwanya terlelap.
"Maaf ya sayang." Alam mengecup dahi sang putra lalu mulai membaringkan tubuh kecil Nafra agar Vindra bisa melancarkan aksinya.
selesai dengan infusan untuk Nafrazan kini masalah dengan Agraelah yang harus mereka selesaikan. Agrael ketar ketir tentu saja, dirinya yang mengajak sang adik dan dirinya yang harus mempertanggungjawabkan hal yang barusan terjadi.
"maaf Yah, Bun, Rael gak jagain adek baik baik." katanya dengan muka total memelasnya. Dirinya merasa bersalah, menganggap sang adik mendapat luka baru karna ulah dirinya juga.
tidak sepenuhnya salah Agrael, mereka tau itu. karna yang Agrael lakukan semata mata hanya untuk pendekatan dirinya dengan Nafrazan.
"pada diem, ga bakal di hukum nih? bagus sih." ucap Agrael seraya mulai maju ingin menempati ranjang kosong sebelah Nafrazan sebelum dirinya ditarik kembali oleh Vindra.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAFRAZAN
Teen FictionBagi Nafra, ada tiga cara mengatasi kesusahan hidup dalam keadaan sebatangkara yang miskin melintir ini. -REUSE untuk Penggunaan kembali jiwa lemah yang mencoba tetap tegar dengan baik dan benar. -REDUCE untuk Mengurangi overthinking berlebihan aga...