• • •
masih dengan segala pemikiran pemikiranya, handphone mahal milik Adnial Terdengar kembali berbunyi.
Vindra menelpon.
"ada apa" Ucapnya masih dengan fokus menyetir mobilnya.
"Nafra tidak ada di sekolah, adek sepertinya tidak masuk padahal jam pertama sudah berjalan beberapa menit yang lalu."
"Dia juga tidak ada di rumahnya, suruh semua berpencar. sampaikan pada Ayah!"
disisi lain Nafra, anak itu kini berpindah posisi dari yg awalnya berada di atas kasur menjadi di bawahnya. dengan hanya beralaskan selimut tipis dan boneka kuning kesayangnya.
Kasur tempat tidurnya memiliki celah besar yg kadang sering dijadikannya tempat tidur bila merasa gerah, karna katanya bisa membuat ia merasa adem. Apalagi bila hanya beralaskan kain tipis dan dikelilingi boneka beserta bantal bantal kesayangannya.
alternatif lain yang cukup worth it, mengingat dirumah anak itu tidak memiliki kipas angin atau pendingin ruangan lainnya.
"ugh, kepala Nafra sakit.." keluh anak itu lirih, badannya benar benar sedang tidak enak sekarang.
panas terasa membakar seluruh tubuhnya, dirinya gerah namun tak urung keringat dingin juga bercucuran didahi anak itu. maka dari itu dirinya memutuskan pindah kebawah kasur, enakan tidur dilantai gaisse apalagi rasanya badan dia membara seperti ini.
gpplah yaw dirinya bolos 2 hari, gak bakal bodoh juga dirinya kan pintar. saking pintarnya dia lompat kelas 2 kali, nahlo lagi sakit sempat sempatnya sombong ye si Nafra.
hingga perlahan anak itu kembali terlelap, meninggalkan alam sadar yg tengah ricuh dengan dirinya yg rak tak kunjung di temukan.
-
Adnial kini sudah berada di depan pintu rumah Nafra, rumah kecil itu tampak sunyi. benar benar seperti tak ada kehidupan di dalamnya.
"dobrak pintunya." ujar Adnial pada beberapa anak buahnya.
mendengar perintah sang tuan, 2 dari beberapa orang tersebut mulai melakukan Perintah tuan muda mereka.
pintu terbuka, menampilkan ruang kecil sederhana tempat adik bungsu tersayangnya tinggal. Adnial meringis, benarkah adiknya tinggal disini? disaat dirinya dan seluruh keluarganya dikelilingi harta dan kekayaan yang terlalu sangat berkecukupan. sang adik disini tampak hidup berdamping dampingan dengan berbagai kekurangan material.
Adnial memutari rumah kecil itu, mencari keberadaan sang adik yg tak dirinya temukan, hanya ada kucing putih yg sedang mengeong garang ketika melihat kehadiran Adnial. gelisah mulai menggerogoti relung hati kecilnya. Disaat kepastian sudah ada di depan mata, kini cobaan lain harus mereka rasa.
Ruangan terakhir yg tak dirinya periksa tersisa satu bilik di penghujung ruang, dengan tergesah gesar Adnial membuka tirai ruangan tak berpintu yg bisa dirinya tebak adalah Kamar.
sunyi. kasur dengan penopang besi usang itu tampak kosong, kamar tempat harapan terakhir keberadaan sang adik benar benar tak memberi petunjuk. Nafra benar benar tak ada disini,
Adnial menarik nafasnya lalu membuangnya kasar.
sekali lagi Adnial menatap tempat tidur kosong adiknya tinggal lalu keluar dengan segala kegusaran hati. tanpa menyadari sosok kecil yg tengah tertidur dengan tenang dilantai bawah kasur yang tertutup seprei panjang tersebut.
sedangkan Disisi lain, Alamsyah kini menghampiri tempat kerja sang putra bungsu yang dirinya dapat dari data dan penuturan Adnial. mendengar kata ketiga putranya Adnial, Vindra dan Raizel yg tak menemukan keberadaan putra bungsunya Alamsyah dengan ambisinya mulai menuju tempat tersebut. tempat harapan terakhir yg belum dirinya dan ketiga putra lainnya datangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAFRAZAN
Teen FictionBagi Nafra, ada tiga cara mengatasi kesusahan hidup dalam keadaan sebatangkara yang miskin melintir ini. -REUSE untuk Penggunaan kembali jiwa lemah yang mencoba tetap tegar dengan baik dan benar. -REDUCE untuk Mengurangi overthinking berlebihan aga...