00.07

12.8K 1K 6
                                    


• • •

Nafra masih berlari dengan menenteng sendal jepit birunya tersebut, anak itu berlari kesetanan menghindari kejaran om om berbadan besar suruhan Adnial.

Adnial gila pikirnya, tidak lagi lah Nafra mau diajak ajak oleh Adnial. ditahan tahan, Nafra kan gasuka orang dirinya mau kerja.

"hahhh hahhh hah.. issss! Nafra hahh gak suka!!" Nafra menggerutu dengan nafas terputus putus. dirinya kembali berlari begitu kesetanan apalagi kala pria berbadan besar tersebut mengejarnya. sekali lagi berucap syukur dengan dirinya yang berbadan kecil, bisa nyelap nyelip sana sini.

anak itu berbelok ke lorong sunyi yang entah dimana, hingga netranya menyapu pemandangan didepannya yg memperlihatkan sebuah taman kecil dengan bunga rimbun seolah memanggilnya beristirahat. anak itu melangkah pelan kesana setelah dirasa dirinya aman dari kejaran bodyguard Adnial.

"sepeda Nafra, hiks.." Nafra terisak pelan. anak itu begitu lelah, kalau dipikir-pikir hari ini dirinya terlalu banyak membuang tenaganya. tadi di kejar orang panti sekarang dikejar orangnya Adnial, pindah planet saja bisa tidak sih dirinya?

nafra mengatur pernafasan nya yang makin tak beraturan karna isak tangisnya, entah bagaimana dirinya akan pulang. masa harus berjalan lagi, mana di tidak punya uang. ada deng tapi kan itu uang setoran!

10 menit anak itu terdiam mengatur bagaimana nyamannya pergerakan dan tindakan tubuhnya akhirnya bibir mungil yang tampak pucat itu kembali menggerutu.

"dasar om kurbel! bikin capek aja deh, kenapa si dia engga biarin Nafra pergi aja gak perlu lari! gak tau apa Nafra kan udah capek banget lari larian mulu, mana sepeda Nafra.." bibirnya kembali melengkung, bendungan air mata kembali menumpuk di mata bulat milik bocah itu. mengingat sepeda kesayangannya tertinggal di halte rumah sakit membuatnya ingin menangis saja.

mengkesal.

Nafra mengelus air mata yang menetes di matanya sekalian dengan keringat yang bercucuran di dahi dan pelipisnya itu, sekarang bukan waktunya bersedih dan menangis.

Nafra harus pulang ini sudah mau memasuki masa kerjanya nantii kalau telat bahaya bisa bisa gajinya tidak didapatnya. mana semalam dia tidak ijin sebelum pulang, aduh dan satu lagi dia kan semalam juga sedang tidak baik baik saja dengan kevin. bisa habis Nafra kalau sampai hari ini bikin ulah lagi.

walau berat perlahan anak itu mulai bangkit untuk pulang dan bersiap, niatnya dia akan memakai uang setoran korannya dulu yang nanti diganti dengan gaji yang akan dirinya terima.

langkah demi langkah mulai Nafra tapakan dirinya akan mencari angkotan umum saja, dilihatnya halte sunyi yang ada disebrang sana. Nafra menyebrang duduk dihalte hingga angkot yang akan ditumpanginya datang dan mulai membawanya pergi.

Nafra turun dari angkotan umum yang dinaikinya, membayar lalu mulai melangkah memasuki kawasan tempatnya tinggal. ia harus berjalan sekitar 15 menitan lagi untuk bisa sampai dirumahnya. kawasan tempat tinggalnya ini memang bisa dibilang kawasan kecil mobil tidak bisa memasuki gang gang serta tempat kecil ini.

baru saja melangkah memasuki kawasannya terlihat para babu babunya, (salah) maksudnya para teman tersayangnya tengah berdiri tak jauh dari rumahnya. wah ada apanich pikir Nafra.

"hai ngab" sapa Nafra, heran dia dengan keberadaan 3 temannya ini.

"ini mukanya ngapa pucet kusut gini? abis lari larian dimana cil?" Eiden menyadari raut dan tubuh Nafra yg seperti .. rrr

"Nafra abis lari 2 kali, capek tau! Nafra di kejar om om trus sepeda Nafra ketinggalan di sana" Anak itu kembali melengkungkan bibirnya, sedih mengingat piu ato sepedanya tertinggal dan mungkin sudah hilang di halte rumah sakit.

NAFRAZAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang