Chapter 8

228 30 4
                                    

"Kau mau pulang?" tanya Sehun pada Chanyeol. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam.

Lelaki itu kini sudah tampak lebih tenang, meskipun bekas air matanya masih terlihat jelas. Dia menganggukkan kepalanya pelan.

Tanpa banyak berkata lagi, Sehun berdiri dari duduknya dan menunggu Chanyeol untuk melakukan hal yang sama. Dia bisa saja mengulurkan tangan pada omega itu, hanya sebagai bentuk pemberian rasa aman. Tapi mengingat kondisi Chanyeol masih belum stabil saat ini, dia mengurungkan niatnya.

Saat keluar dari bilik tempat mereka makan tadi, barulah mereka menyadari bahwa di luar sedang hujan deras. Padahal prakiraan cuaca menunjukkan bahwa cuaca malam ini cenderung berawan. Mobil Sehun memang terparkir tepat di depan restoran, tapi tetap saja mereka akan basah kuyup jika memaksa untuk menerobos hujan.

"Bagaimana ini?" tanya Chanyeol yang terdengar khawatir.

Wajar saja jika dia merasa seperti itu. Hujan benar-benar lebat dan anginnya begitu kencang. Pepohonan yang ada di sekitar tampak bergoyang ke kiri dan kanan. Sudah sangat lama sejak hujan seperti ini terjadi.

"Sebentar. Aku akan meminjam payung ke dalam."

Chanyeol mengangguk dan melihat Sehun yang kembali ke dalam restoran untuk meminjam payung. Dia mengusap-usap lengannya karena tiupan angin dingin yang begitu kencang. Dia sangat khawatir jika mereka harus pulang dalam kondisi cuaca yang seperti ini.

Tak berapa lama kemudian Sehun kembali dengan seorang pegawai restoran. Pegawai perempuan itu membawa dua buah payung. Sehun mengambil salah satunya dan membuka payung tersebut. Payung itu cukup lebar untuk menutupi tubuh mereka berdua. Sehun dan Chanyeol pun segera berjalan menuju mobil, diikuti oleh pegawai tersebut dari belakang.

Chanyeol masuk terlebih dahulu ke dalam mobil. Sehun menyusul kemudian dengan bantuan dari pegawai itu untuk mengambil payung yang tadi dipegangnya. Setelah mengucapkan terima kasih, Sehun pun menutup pintu dan pegawai itu pun kembali ke dalam restoran.

Di dalam mobil, Sehun tak mengucapkan sepatah katapun. Dia terlihat berkonsentrasi untuk memutarkan mobilnya dari parkiran. Chanyeol sendiri memperhatikan keadaan di depannya dengan tegang. Air hujan mengalir dengan deras di kaca depan. Wiper mobil bergerak dengan cepat, tapi Chanyeol benar-benar tidak bisa melihat apapun.

"Kau yakin ini akan aman?" Chanyeol memberanikan diri untuk bertanya pada Sehun.

"Aku akan berkendara dengan pelan," jawabnya.

Sehun menepati perkataannya itu. Setelah keluar dari parkiran, mobil berjalan dengan pelan di jalan raya. Kondisi jalan tidak begitu ramai. Hanya ada dua mobil di depan mereka yang sama pelannya.

Tiba-tiba ponsel Sehun berdering. Dia pun mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jas dan melihat singkat siapa yang menelepon.

"Ibuku menelepon. Bisa tolong kau angkat?" tanyanya sembari menyodorkan ponselnya pada Chanyeol. Pandangannya kembali tertuju ke depan.

Chanyeol pun mengambil ponsel Sehun dan langsung mengangkatnya. "Halo Bibi?"

Hwayeon yang berada di seberang telepon seketika sadar bahwa itu bukan suara putranya.

"Chanyeol? Apa itu kau?"

"Iya Bibi. Sehun sedang menyetir sekarang."

"Kalian sedang perjalanan pulang?"

"Iya."

"Apa di sana hujan?"

"Iya Bibi. Lebat sekali."

"Bibi baru saja mendapat kabar dari keponakan Bibi yang seorang polisi. Jalan menuju kota kita tertimbun longsor, jadi akses ditutup sementara. Lebih baik sekarang kalian cari penginapan terdekat. Besok kalau kondisinya sudah memungkinkan, baru kalian pulang. Berbahaya juga kalau berkendara dalam kondisi seperti ini."

Trapped In Silk // HunYeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang