Chapter 13

218 25 16
                                    

Pagi ini Chanyeol sedang menyiram tanaman di depan rumah mereka sembari menunggu sang ayah pulang dari berbelanja untuk makan mereka hari ini. Tanaman-tanaman ini adalah milik mendiang ibunya. Jumlahnya sekarang tidak sebanyak dulu. Banyak yang sudah mati karena tak terawat. Chanyeol berusaha untuk menjaga tanaman-tanaman yang tersisa sekarang.

Saat dia baru saja selesai menyiram tanaman, Junsik pulang dengan mengendarai sepeda motornya. Chanyeol memperhatikan belanjaan yang dibawanya. Ini lebih banyak dari biasanya. Apa Junsik akan ke luar kota cukup lama? Biasanya dia berbelanja banyak sebelum pergi ke luar kota, untuk stok Chanyeol selama di rumah. Maklum saja, Chanyeol sama sekali tidak diperbolehkan keluar bahkan untuk berbelanja sekalipun.

"Masak yang banyak. Siang ini teman Ayah akan berkunjung."

Chanyeol hanya mengangguk dan mengambil kantong belanjaan yang dibawa Junsik. Dia tak bertanya lebih lanjut siapa teman ayahnya itu. Siapapun itu, tak begitu penting baginya.

Chanyeol pun pergi ke dapur untuk memasukkan daging ke dalam kulkas. Dia lalu menyiapkan sarapan untuk sang ayah di atas meja makan. Mereka berdua sarapan tanpa banyak bicara, seperti biasanya.

***

Tamu ayahnya sudah tiba, tapi Chanyeol belum selesai memasak. Dia sengaja mulai masak agak lama agar makanannya tetap hangat ketika disantap nanti. Dia pun segera mempercepat kegiatannya. Selagi menunggu hidangan terakhir matang, dia mencuci peralatan masak yang sudah terpakai.

Setelah selesai mencuci piring, dia pun menyusun hidangan yang telah siap di atas meja makan. Dia menyiapkan tiga set peralatan makan, karena menurut sang ayah, temannya yang datang berjumlah dua orang.

Namun, selagi menyusun hidangan itu, kuping Chanyeol tak sengaja menangkap percakapan di ruang tamu yang berjarak tak jauh dari ruang makan.

"Saya sangat tersanjung sekali atas permintaan Anda itu, Tuan Choi."

Itu adalah suara Junsik.

"Tapi, apa mungkin Anda sudah tahu tentang kejadian malang yang menimpa putra saya beberapa tahun lalu?"

Jantung Chanyeol berdegup kencang. Meskipun samar, dia bisa mendengar jelas kalimat itu. Junsik jelas membicarakan dirinya.

Dengan perasaan yang tak karuan, Chanyeol mengendap-endap menuju ruang tamu. Dia bersembunyi di balik tembok untuk mendengar percakapan mereka.

"Saya sudah mendengar rumor itu. Beberapa orang bahkan sudah memperingatkan saya. Tapi saya tidak masalah sama sekali dengan itu, Tuan Park. Perawan ataupun tidak, bagi saya tidak ada bedanya."

Chanyeol bergidik mendengar kalimat itu. Apa-apaan ini? Apa maksud dari perkataan pria itu? Apa jangan-jangan dia datang untuk melamarnya?

Yang benar saja? Chanyeol sudah memiliki kekasih. Ayahnya pun tahu betul soal itu. Bukankah dia sendiri yang memaksanya untuk mendekati Sehun? Lantas, apa maksud dari semua ini?

"Anda memang berhati mulia, Tuan. Chanyeol kesulitan mendapatkan calon suami karena itu. Kami sangat beruntung bisa bertemu dengan Tuan Choi."

Chanyeol menahan rasa mual di perutnya. Tak tahan lagi mendengar semua itu, dia kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakannya. Sup tahu yang dimasaknya sudah sangat mendidih, bahkan kuahnya sudah menyusut. Dia mematikan kompor dan segera memindahkan masakan itu ke dalam panci keramik besar.

Tangan Chanyeol gemetaran saat membawa panci tersebut ke meja makan. Jantungnya seakan mau keluar dari dadanya. Dia berusaha untuk tetap tenang. Kalau dia menjatuhkan ini, maka keadaan akan jadi kacau.

Setelah semua sudah siap, Chanyeol pergi ke kamarnya. Dia mengambil tas dan ponselnya, lalu segera pergi ke minimarket melalui pintu samping. Dia bahkan tak mau melalui jalan depan rumahnya. Dia lebih memilih melewati kebun, meskipun sepatunya harus kotor karena itu. Tapi dia tak peduli. Dia tak ingin terlihat oleh siapapun yang ada di rumahnya saat ini.

Trapped In Silk // HunYeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang