Chapter 9

216 27 8
                                    

Hwayeon sedang duduk di ruang tamu bersama suaminya. Sesekali dia melirik ke halaman depan. Tangannya tampak bergerak cemas. Perasaannya sekarang pun sedang tak karuan.

"Dia akan pulang. Tidak perlu khawatir begitu," ujar Taejin yang sedang membaca koran edisi kemarin yang belum diselesaikannya.

"Ponselnya tidak aktif. Wajar kalau aku khawatir," balas Hwayeon. "Chanyeol juga tak bisa dihubungi."

"Bersabarlah sebentar. Mungkin mereka kehilangan sinyal karena cuaca buruk."

Tepat saat Taejin selesai bicara, suara mobil Sehun terdengar memasuki pekarangan rumah. Hwayeon langsung berdiri dan bergegas keluar untuk menemui putranya.

"Ke mana saja kau? Ditelpon tidak diangkat. Ibu sangat khawatir!"

Sehun yang baru keluar dari mobil menatap Hwayeon heran. Dia baru saja tiba dan sudah dicerca pertanyaan seperti ini.

"Maaf, ponselku mati. Aku tidak membawa charger," jawab Sehun sekenanya.

"Mengapa kau memakai pakaian seperti ini?" tanya Hwayeon lagi ketika melihat piyama yang Sehun kenakan sejak semalam.

"Bajuku basah kuyup. Penginapan tempat kami menginap menyediakan piyama ini dan aku membelinya."

"Chanyeol di mana? Kau sudah mengantarnya pulang?"

"Tentu saja, Ibu. Memangnya aku bawa ke mana dia."

Tanpa menunggu sang ibu menanggapi, Sehun berjalan masuk ke dalam rumah. Jujur saja, dia masih mengantuk sekarang. Tapi dia harus mandi terlebih dahulu mengingat dia belum mandi dari semalam.

"Ayah," sapa Sehun pada Taejin.

"Bagaimana tadi malam?"

"Begitulah." jawab Sehun, tak tahu harus menjawab apa. Terlalu banyak hal yang membuat perasaannya campur aduk.

"Kalian tidur sekamar?"

Sehun seketika tidak tahu harus membalas apa. Dia sedikit takut akan dimarahi jika dia mengatakan bahwa mereka sekamar. Tapi, mereka tidak melakukan apapun, seharusnya tidak menjadi masalah besar.

"Aku berusaha menyewa dua kamar, tapi penginapan terlalu penuh semalam."

"Kalian sekamar?" tanya Hwayeon dengan nada terkejut. "Sehun—"

"Aku tidak melakukan apapun, Ibu. Aku juga sudah bertanya berkali-kali apa dia nyaman dengan keputusan itu. Dia baik-baik saja. Lagipula, kami tidak satu ranjang," jawab Sehun terlalu tergesa-gesa, berusaha membela dirinya. "Aku ke kamar dulu."

Sehun berjalan masuk tanpa menunggu lagi. Dia tidak mau ditanya-tanya lebih jauh, setidaknya untuk sekarang.

***

"Jadi, bagaimana acara tadi malam?" tanya Hwayeon pada Sehun yang baru saja keluar dari kamar untuk makan malam.

Sehun mengurung dirinya seharian di kamar. Itu karena dia memiliki beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan, dan juga, memikirkan soal Chanyeol, tentu saja.

Bukan memikirkan yang aneh-aneh. Dia hanya tidak bisa melupakan wajah omega itu ketika melihat Lee Bohyuk, bagaimana genggaman tangannya tiba-tiba mengencang. Belum lagi saat di restoran. Chanyeol jelas masih dihantui trauma mendalam. Hatinya kembali sakit mengingat bahwa dia tidak ada di sana saat semua itu terjadi.

"Semuanya baik-baik saja, kan?"

Sehun tersadar dari lamunan singkatnya. Dia menarik kursi makan dan duduk di sana.

"Semua tidak baik-baik saja, sayangnya," ujarnya sembari mengambil mangkuk nasi serta sumpit. "Lee Bohyuk juga hadir di sana. Seharusnya aku bisa memperkirakan hal itu."

Trapped In Silk // HunYeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang