PART 1

38.7K 2K 12
                                    

Warn! Dilarang berekspektasi tinggi pada work ini, apa lagi bereksperimen.

.

"Lee Jeno bangsat! Sialan! Bajingan! Dimana kau hah?! Keluarkan aku dari sini!"

terdengar teriakan dan tendangan nyaring dari gudang sekolah yang sudah cukup sunyi karena beberapa murid sudah pergi meninggalkan sekolah. Teriakan dan tendangan itu seudah berlangsung lama, tapi si pelaku tidak terlihat akan menghentikan aksinya sampai ada yang mendengarnya.

Dua remaja laki-laki yang ditugaskan untuk berjaga disana pun sudah sedikit ngilu mendengar teriakan dan kegaduhan nyaring dari dalam.

"Lee Jeno, sialan dimana kau dan keluarkan aku! " dua orang disana meringis mendengar teriakan yang jelas pada telinga mereka.

Seseorang datang dengan dua tas yang dibawanya, menatap datar dua orang yang berada dihadapannya. Melihat hal itu mereka langsung mendekatinya seperti sebuah pertolongan karena akhirnya mereka akan terbebas dari suara nyaring itu.

"Jeno-"

"Kalian bisa pulang, terima kasih telah menjaganya."potong Jeno, dan kedua orang itu langsung membungkuk berpamitan, begitupun dengan Jeno.

Pemuda bernama Jeno itu menghela nafas sebelum mendekati pintu gudang,suara umpatan kebencian itu semakin terdengar jelas ditelinganya.

Dug Dug Brak!

"Lee Jeno, bajingan dimana kau? keluarkan aku!"

"I'm here..." Jawab Jeno dengan nada mengejek.

Suara tendangan dari pintu berhenti, namun pemuda didalam sana sangat ingin melihat Jeno yang tega mengurungnya disana dengan barang-barang kotor dan berantakan. Dia terengah-engah karena terlalu lama berteriak dan menendang beberapa bagian pintu, matanya melirik pada jendela kaca kecil diatasnya segera mencari kursi dan menaikinya melihat Jeno yang santai dengan beberapa cemilan tengah duduk tak jauh dari pintu gudang.

"Yak Lee Jeno keluarkan aku sialan!"

Jeno menghentikan acara makannya, lalu matanya beralih melihat pemuda yang kepalanya sedikit menyembul dari kaca.

"Bereskan dulu semuanya,baru kau bisa keluar dari sana Na Jaemin-ssi." bujuknya.

"BAJINGAN KAU KIRA AKU BABU APA?! SEKOLAH INI MEMILIKI PENJAGA DAN SEORANG PEGAWAI KEBUN, KENAPA HARUS AKU?!"

Perkataan Jeno membuatnya kembali tersulut emosi, bahkan pemuda bernama Jaemin itu sudah tidak memperdulikan tenggorokannya yang kering. Setelah keluar Jaemin benar-benar ingin mencincang Jeno lalu memberikannya pada anjing-anjing kelaparan dijalanan.

"Kau pikir aku juga mau terus-menerus mengawasimu hah? Kalau saja kau tidak membuat masalah atau bahkan tawuran lagi aku tidak akan berada disini dan terjebak denganmu!"

Jaemin mengeraskan rahangnya, dia menendang keras pintu atas karena jika kalian ingat dia masih belum turun dari kursi yang ia naiki.

"Turun dan bereskan semuanya, hari sudah semakin malam dan aku lelah." Jeno kembali menyuapkan makanannya yang sempat terhenti.

Jaemin yang tak punya pilihan mendengus kesal lalu melompat dari kursi, dia mulai memunguti beberapa kardus untuk disusun. Kardus berdebu dan kotor membuat hidungnya sedikit gatal dan terus menerus bersin.

"Sialan, untuk apa sekolah ini dibangga-banggakan karena memiliki fasilitas yang bagus." Jaemin mengdumpal kesal. "Cih, nyatanya mereka memanfaatkan murid seperti diriku untuk membereskan seperti ini." Ia cemerut namun tetap mengerjakan pekerjaanya.

"Sialnya aku hari ini... Tawuran kalah, Park ssaem memergokiku, di hukum wali kelas Kim, lalu terjebak dengan rongsokan tidak berguna ini. Dan jangan lupakan Lee Jeno sialan itu!"

Jaemin menendang beberapa kardus kosong kesisi ruangan dengan kesal dan malas. Menungut beberapa kardus.

Waktu berjalan beberapa menit dan Jaemin masih asik melontarkan hinaan dan cacian pada Jeno dan sekolahnya, Jeno yang diluar pun masih bisa mendengar ocehan Jaemin dia hanya memutar bola mata malas.

Jaemin itu typical orang cerewet, pemalas juga pembuat onar. Dia adalah ketua geng tawuran, tidak ada yang berari pada Jaemin karena itu dua penjaga yang ditugaskan Jeno pun tidak berani menghentikan teriakan Jaemin karena itu akan mengancam keselamatan mereka nantinya, walau Jaemin tidak pernah membully tetap saja itu seram bagi mereka. Bahkan jitakan tangan Jaemin pun mampu membuat mereka terhuyung dan terjatuh.

Hanya beberapa siswa saja yang berani menegur dan menasihatinya, salah satunya adalah Jeno ketua osis dan dua guru, guru Park dan guru Kim selepasnya semua guru menyayangi Jaemin-mungkin.

Bruk

Jeno mendengar sesuatu yang jatuh juga ringisan dari dalam. Jeno menghela nafasnya lagi, satu lagi yang tidak bisa lepas dari seorang Na Jaemin adalah dia sangat ceroboh.

Akhirnya Jeno beranjak memilih membuka pintu ruangan, Jeno yakin Jaemin mendengar pintu dibuka akan berlari dan menghajarnya setelah itu kabur, maka dari itu Jeno harus berhati-hati.

Jeno membuka perlahan pintu gudang membuat suara sedikit ngilu karena gesekan pintu. Pemuda itu menyerengit dahinya karena dia tidak merasakan ancang-ancang bahkan teriakan dari dalam, membuatnya kembali membuka pintu agar sedikit lebar.

Ia menemukan Jaemin yang terduduk dengan beberapa isi kardus yang berantakan karena terjatuh tadi, sedangkan Jaemin hanya diam dengan memeluk lututnya membuat Jeno semakin heran dan mendekati pemuda itu.

"Jaemin aku menyuruhmu membereskan semuanya, apa yang kau lakukan?" Jeno melihat isi lukisan dari kardus yang berhamburan, dia memilih untuk membatu membereskannya kemudian dikembalikan kedalam kardus.

"Jaemin aku-" ucapan Jeno terhenti melihat tubuh Jaemin yang bergetar hebat, dengan cepat ia mendekati pemuda itu dan menepuk bahunya.

"Jaemin ada apa?" Jeno sedikit panik karena tubuh Jaemin terasa kaku dan bergetar, dia takut Jaemin terluka atau menginjak paku yang membuatnya seperti sekarang.

Katakanlah Jeno khawatir, tapi Jeno tidak ingin mengakuinya.

Payah memang Lee satu ini.

Jaemin tersentak saat Jeno kembali menepuk bahunya, dia menoleh cepat kearah Jeno yang menatapnya sedikit khawatir. Dengan cepat pemuda itu berdiri.

"A-aku tidak apa-Haishh sialah kau membuat ku terkurung selama 5 jam didalam sini!"

Jeno menghela nafasnya lelah, akhirnya dia kembali mendapat teriakan padahal tadi Jaemin membuat dirinya panik.

Tak!

Jeno menyentil dahi Jaemin membuat pemuda itu terhuyung kebelakang karena jitakan tangan Jeno yang tak main-main.

"Dengar, hentikan drama itu dan kembali bereskan semua ini. Jika tidak-kau akan aku tinggal digudang sampai besok pagi." Jeno melangkah hendak keluar.

"Tinggalkan saja, apa pedulimu. Bahkan jika aku mati pun kau tidak akan peduli!" ujar Jaemin kesal, dia kembali memungut beberapa lukisan sedangkan Jeno menatapnya dengan berkerut. Apa-apaan itu Jeno tidak pernah mendengar Jaemin yang menyerah begitu saja, biasanya Jaemin akan mencacinya atau bahkan menendangnya agar bisa keluar dari sini.

Jeno masih melihat pemuda manis itu memungut lukisan dengan kesal, tapi dari matanya dia tidak bisa bohong bahwa ada kesedihan dan kesepian mendalam yang terpancar disana. Jeno berjalan mendekati Jaemin, mencengkram tangannya yang hendak mengambil lukisan terakhir.

"Biarkan saja, aku akan menyuruh Kang ahjussi untuk membereskannya. Kita pulang sekarang."

"Lepaskan aku, aku muak denganmu. Tinggalkan saja biar aku mati kedinginan disini-"

Jeno menyumpal mulut Jaemin dengan sepotong roti yang sempat ia buka tadi. Jaemin hendak protes tapi tiba-tiba dirinya ditarik keluar dari gudang.

25 Feb 2022

Cautivador | Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang